Meraih Berkah Bulan Ramadhan (6)
Mereka bertanya kepada Imam Sadiq as, Manakah yang lebih baik di antara dua orang yang memulai salat bersama dan menyelesaikannya bersama-sama, sementara yang satu membaca Al-Qur'an lebih banyak dalam salatnya dan yang lain lebih banyak berdoa daripada bacaannya? Imam mengatakan, Keduanya memiliki kelebihannya masing-masing.
Penanya bersikeras mana yang lebih baik, lalu Imam as mengatakan, Doa lebih utama..... Saya bersumpah kepada Allah bahwa ini adalah ibadah. Kemudian beliau bersumpah tiga kali dengan nama Allah Swt lalu mengatakan, Demi Allah! Doa adalah bentuk ibadah yang paling baik. Kita harus berhati-hati untuk tidak mengabaikan ibadah terbaik ini di bulan terbaik ini, yaitu bulan Allah. Karena dalam doa, seseorang menemukan dirinya sepenuhnya berada di hadirat Allah.
Suatu hari, seseorang mendatangi Nabi dan membuka sebuah kotak yang berisi seekor burung dengan anak-anaknya. Pria Arab itu mengatakan, Ketika saya melewati padang pasir, saya melihat anak-anak burung ini dan berkata, Mereka mungkin mati kelaparan di gurun ini, itu sebabnya aku membawa mereka bersamaku. Dalam perjalanan, seekor burung bergerak di atas kami dan tidak menjauh dari kami. Saya mengerti bahwa itu adalah induk dari anak-anak burung. Begitu saya membuka kotak, burung itu mendarat di dalamnya karena tidak tahan jauh dari anak-anaknya.
Nabi Saw mengatakan, Allah Yang Maha Pengasih seribu kali lebih baik kepada hamba-hamba-Nya daripada burung ini terhadap anak-anaknya. Jika kita percaya pada Allah yang demikian, semua masalah kita akan terselesaikan. Sumber segala kecintaan adalah Allah, asalkan kita memanfaatkannya. Nabi Saw kemudian berkata, Rahmat Allah memiliki seratus bagian, yang Allah telah munculkan hanya satu bagian di dunia ini, sisanya akan terungkap di Hari Kiamat. Orang-orang ahli irfan menyingkap dan mempercayai sembilan puluh sembilan bagian lain di dunia ini. Orang-orang seperti itu bahkan tidak memikirkan dosa lagi.
Diriwayatkan dari Imam Ridha as, Perbaiki pikiranmu kepada Allah. Karena Allah berfirman bahwa aku bersama pikiranmu. Jika pikiranmu baik, perilaku-Ku juga baik, dan jika pikiranmu jahat, perilaku-Ku juga jahat.
Apakah mungkin menjadi seorang mukmin dan mengaku beriman, tetapi berpikiran buruk tentang Allah?! Berprasangka buruk kepada Allah, bila bukan tanda tidak beriman, pasti tanda kelemahan iman. Berprasangka baik kepada Allah adalah salah satu syarat terkabulnya doa. Diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw bahwa, “Ketika Anda berdoa kepada Allah, yakinlah itu akan dikabulkan. Kepastian ini adalah optimisme yang sama yang menyebabkan doa itu terkabul.
Berprasangka baik kepada Allah, bukan berarti kita mudah berbuat dosa dan mengatakan bahwa Allah pasti mengampuni. Namun kita harus selalu pesimis terhadap diri sendiri dan takut melakukan kesalahan lagi, sambil tetap berharap belas kasihan dan ampunan Allah. Pada hakikatnya, bila kita berprasangka buruk pun, tapi terkait dengan diri kita, dengan jiwa kita dan bila dibiarkan begitu saja, akan berujung pada keburukan.
Dalam banyak doa yang ditinggalkan para tokoh kita, banyak ayat yang mengingatkan kita untuk berprasangka baik kepada Allah. Pemikiran baik yang selalu disertai dengan pengakuan dosa masa lalu yang merupakan tanda dari seorang hamba yang malu di hadapan Tuhannya. Rasa malu yang pasti akan mencegah terulangnya dosa. Dalam doa Iftitah, yang merupakan salah satu doa paling mulia dan bermakna di bulan suci Ramadan, kita juga menyaksikan penggalan doa seperti ini, di mana kita mengakui dosa-dosa kita sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنَّ عَفْوَكَ عَنْ ذَنْبِيْ وَ تَجَاوُزَكَ عَنْ خَطِيْئَتِيْ وَ صَفْحَكَ عَنْ ظُلْمِيْ وَ سَتْرَكَ عَلَى (عَنْ) قَبِيْحِ عَمَلِيْ وَ حِلْمَكَ عَنْ كَثِيْرِ (كَبِيْرِ) جُرْمِيْ عِنْدَ مَا كَانَ مِنْ خَطَإِيْ وَ عَمْدِيْ أَطْمَعَنِيْ فِيْ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لاَ أَسْتَوْجِبُهُ مِنْكَ الَّذِيْ رَزَقْتَنِيْ مِنْ رَحْمَتِكَ وَ أَرَيْتَنِيْ مِنْ قُدْرَتِكَ وَ عَرَّفْتَنِيْ مِنْ إِجَابَتِكَ، فَصِرْتُ أَدْعُوْكَ آمِنًا وَ أَسْأَلُكَ مُسْتَأْنِسًا لاَ خَائِفًا وَ لاَ وَجِلاً
Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu atas dosaku, maaf-Mu atas kesalahan dan kezalimanku, penutupan-Mu atas kelakuanku yang buruk, dan kesabaran-Mu atas kedurhakaanku yang besar karena kesalahan dan kesengajaanku telah merakuskanku untuk memohon kepada-Mu apa yang aku tidak pantas menerimanya dari-Mu dan menganugrahkan(nya) padaku dengan rahmat-Mu, Kau unjukkan padaku kekuatan-Mu (di dalamnya) dan Kau kenalkan padaku pengabulan-Mu (dengan itu). Maka, aku menyeru-Mu dengan perasaan tentram dan aku memohon kepada-Mu dengan penuh ketenangan, tidak takut.
Mengampuni adalah salah satu sifat terbaik Allah. Dalam kitab suci Al-Qur'an, ampunan disebutkan tiga puluh empat kali dalam bentuk kata "Afw" dan "Shafh". "Afw" terkait dengan pengampunan hukuman, tetapi "Shafh" adalah derajat yang lebih tinggi dan bukan hanya tidak melakukan hukuman biasa, tetapi selain memaafkan kesalahan, juga menunjukkan wajah yang baik ke pelaku kesalahan. Sebenarnya, dalam Shafh, kesalahan orang tersebut dilupakan dan tidak ada teguran yang dilakukan terhadapnya. Dengan kata lain, Shafh adalah kita meliat wajahnya, tapi kita tidak tega, atau halaman yang kita pakai mencatat dosa dan kejahatannya kita lewati dan pindah ke halaman lain.
Rasulullah Saw menggunakan tiga kata kunci dalam memperkenalkan bulan Ramadan. Beliau bersabda:
أیُها الناس، إنّه قد أقبلَ الیکم شهرُ اللهِ بالبَرکة وَ الرّحمة وَ المَغفرة
Wahai manusia! Sesungguhnya telah tiba kepada kalian bulan Allah dengan berkah, rahmat dan ampunan.
Masing-masing dari ketiga sifat ini merupakan manifestasi dari kasih Allah. Secara umum, semua perbuatan Allah di alam penciptaan adalah dengan rahmat dan kebaikan. Terlepas dari kenyataan bahwa Allah yang Pengasih mengetahui dosa, kesalahan, dan niat buruk manusia, tetapi Dia tidak tega. Seorang hamba melakukan dosa dan pelanggaran, dan Allah bersabar bahkan Dia menutupi keburukan perbuatan hamba-Nya agar ia berhenti berbuat salah dan kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.
Sebagian orang berpendapat bahwa hanya orang yang taat dan saleh yang berhak mendapatkan rahmat dan ampunan Allah. Jadi setiap kali mereka mengangkat tangan kepada Allah dan memohon, Allah menjawab mereka dan mengabulkan doa mereka. Namun pada kenyataan menunjukkan bahwa Allah juga memperhatikan hamba-hamba-Nya yang berbuat salah dan memenuhi keinginan mereka.
Dalam doa Iftitah yang mulia, disebutkan dan disampaikan perasaan baik yang merupakan hasil dari pengampunan Allah atas kesalahan dan kesabaran-Nya dalam menghadapi banyak kejahatan dengan menyebutkan, Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu atas dosaku, maaf-Mu atas kesalahan dan kezalimanku, penutupan-Mu atas kelakuanku yang buruk.
Ya Allah, kesabaran-Mu atas kedurhakaanku yang besar karena kesalahan dan kesengajaanku telah merakuskanku untuk memohon kepada-Mu apa yang aku tidak pantas menerimanya dari-Mu dan menganugrahkan(nya) padaku dengan rahmat-Mu, Kau unjukkan padaku kekuatan-Mu (di dalamnya) dan Kau kenalkan padaku pengabulan-Mu (dengan itu). Maka, aku menyeru-Mu dengan perasaan tentram dan aku memohon kepada-Mu dengan penuh ketenangan, tidak takut.
الهی هَبْ لِی کَما وَهَبْتَ لأَوْلِیائِکَ وَ أَهْلِ طاعَتِکَ
Ya Allah! Di bulan Ramadan ini, di mana pintu-pintu rahmat-Mu terbuka, saya memohon dari-Mu, berikan juga kepadaku sebagaimana Engkau menganugerahkan kepada para wali dan mereka yang menaati-Mu.