Kehidupan Kota Menyesuaikan Perubahan Iklim
Apapun musimnya, di pusat kota selalu lebih hangat daripada di pedesaan. Terutama pada malam hari.
Panas yang diserap pada siang hari oleh bangunan dan permukaan jalan dilepaskan saat matahari terbenam. Hal ini dikenal sebagai fenomena “pulau panas perkotaan”.
Akibatnya, rata-rata terdapat perbedaan antara 2 hingga 3 derajat antara suhu malam hari di pusat kota dan di pedesaan. Dalam gelombang panas perbedaannya bisa mencapai 10 derajat.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan kota untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan daya pantul material penutup permukaan dinding dan atap bangunan.
Efek albedo cat dengan pantulan tinggi pada sambungan langit-langit dapat menurunkan suhu 1 hingga 3 derajat.
Dengan mengecat jalan dan bangunan dengan warna putih, keuntungan yang didapat hingga 10 persen di permukaan tanah dapat diperoleh.
Membuat kota lebih hijau juga penting. Atap hijau dan pembuatan taman dengan pepohonan memberikan keteduhan dapat mempertahankan tingkat evapotranspirasi yang tepat.
Jalanan bisa menjadi lebih sejuk. Khususnya dengan sistem sprinkler yang diintegrasikan ke dalam perkerasan jalan.
Aspal harus ditinggalkan demi permukaan pori-pori seperti jalan beraspal yang memungkinkan air meresap ke dalam tanah.
Pasang lebih banyak air mancur. Penguapan air dapat berkontribusi terhadap penurunan suhu lingkungan melalui pembentukan kantong-kantong dingin.
Manfaatkan angin dengan mendorong aliran udara bebas antar bangunan, sehingga mencegah stagnasi udara panas.