Korban Pelecehan Gereja Berkumpul di Kota Quebec
Para korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta Katolik dan para pendukung mereka berbaris di Kota Quebec pada hari Selasa (26/3) untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong orang lain untuk berbicara menentang pelaku pelecehan di dalam Gereja.
Lebih dari 140 orang mengajukan gugatan class action terhadap Keuskupan Agung Quebec di Kanada pada tahun 2022, dan mengklaim telah mengalami pelecehan seksual oleh lebih dari 100 staf keuskupan.
Beberapa pemimpin keuskupan agung, termasuk Kardinal Gerald Cyprien Lacroix, penasihat dekat Paus, serta Kardinal Marc Ouellet, yang pernah dianggap sebagai calon kuat Paus, termasuk di antara para terdakwa. Keduanya membantah tuduhan tersebut.
Sebagian besar peserta pawai berusia lanjut memasang salib yang melambangkan para korban di depan basilika Notre-Dame di kota tersebut.
Seorang perempuan di antara kerumunan, yang mengatakan bahwa dia telah menjadi korban pelecehan tapi meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia ragu untuk datang karena “peristiwa seperti ini tidak hanya mengungkap apa yang terjadi selama serangan tersebut, tetapi juga semua konsekuensi yang ditimbulkannya. Itu mungkin terjadi dalam hidupku”.
Paus Fransiskus telah menjadikan pemberantasan pelecehan seksual di Gereja sebagai salah satu misi utama kepausannya, dan menekankan kebijakan “tanpa toleransi” di tengah berbagai skandal yang berdampak luas.
Paus telah membentuk komisi pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, dalam upaya untuk mengangkat tabir kerahasiaan yang telah menyelubungi perilaku kriminal para pendeta selama beberapa dekade.