Lintas Warta 25 Februari 2016
Hari ini, Kamis tanggal 25 Februari 2016 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 16 Jumadil Awal 1437 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 6 Isfand 1394 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Wafatnya Ahli Perbintangan, Abu Hanifah Ad-Dainuri
1156 tahun yang lalu, tanggal 16 Jumadil Awal 281 Hq, Abu Hanifah ad-Dainuri meninggal dunia.
Ahmad bin Dawud ad-Dainuri merupakan filsuf dan ahli matematika muslim. Ia juga memiliki kemampuan luar biasa dalam bidang nahwu, bahasa, logika, perbintangan, arsitektur dan sejarah. Selain itu ia juga menguasai ilmu-ilmu keagamaan.
Abu Hanifah ad-Dainuri mendirikan pusat observasi di Isfahan. Sebagian karyanya adalah al-Akhbar al-Thiwal, al-Syi'r wa al-Syu'ara dan al-Buldan.
Ali Imad Ad-Daulah Ad-Dailaimi Wafat
1099 tahun yang lalu, tanggal 16 Jumadil Awal 338 Hq Ali bin Buyeh yang dikenal dengan sebutan Imad ad-Daulah, pendiri Dinasti Alu Buyeh meninggal dunia.
Ali Imad ad-Daulah bersama dua adiknya Rokn ad-Din Hassan dan Moiz ad-Daulah Ahmad di awal kebangkitan mereka di kota Gilan dan Tabarestan membantu Makan Dailami dan setelah itu bergabung dengan Mardavich bin Ziyar.
Imad ad-Daulah kemudian diangkat Mardavich sebagai gubernur Karaj, tapi beberapa tahun kemudian mereka berselisih paham yang berujung pada perang di antara keduanya. Dengan meninggalnya Mardavich pada 323 Hq, Imad ad-Daulah menguasai Kerman dan perlahan-lahan menguasai Fars, Kerman dan daerah-daerah di sekitarnya. Hal i ni membuat pemerintahan Abbasiah terpaksa melepas seluruh daerah kekuasaannya di Iran. Tahun 329 Hq, Imad ad-Daulah berhasil mencapai daerah Tabarestan untuk menumpas penentangnya dan setelah itu menguasai Khouzestan.
Pada 337 Hq, Ali Imad ad-Daulah jatuh sakit dan segala urusan pemerintahan diserahkan kepada anak saudaranya dan setahun setelah itu ia meninggal dunia.
Ayatullah Mir Mohammad Hossein Shahrastani Wafat
119 tahun yang lalu, tanggal 6 Isfand 1275 Hs, Ayatullah Sayid Dhiya ad-Din Mir Mohammad Hossein bin Mir Mohammad Ali Shahrastani meninggal dunia dalam usia 57 tahun.
Ayatullah Shahrastani lahir di Kermanshah sekitar tahun 1218 Hs dari keluarga ulama dan dari keturunan Marashi Mazandarani yang nasabnya bersambung kepada Imam Sajjad as. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan lanjutan ilmu-ilmu keislaman, beliau mengikuti kuliah Sheikh Mohammad Hossein Ardekani di bidang fiqih dan ushul fiqih. Bertahun-tahun menimba ilmu kepada gurunya menyampaikannya kepada derajat ijtihad. Ayatullah Shahrastani juga menuntut ilmu astronomi kepada Mirza Bagher Yazdi dan matematika kepada Mirza Allam Haravi Hairi.
Ketika berusia 50 tahun, Ayatullah Shahrastani berziarah ke Mashad dan ketika kembali ke Tehran, beliau disambut masyarakat dan memintanya untuk mengajar di sebuah madrasah kota ini. Tapi tidak berapa lama beliau kembali ke Karbala untuk mengajar di sana, sekaligus menjadi marji tertinggi Syiah.
Beliau telah mulai menulis buku sejak usia 12 tahun dan hingga akhirnya sempat menghasilkan sekitar 80 karya tulis seperti al-Istishab, Asl al-Ushul, Tahqiq al-Adillah, Tadzkirah an-Nafs, Lubab al-Ijtihad dan lain-lain.
Rohaniwan Pejuang Iran Peringatkan Rezim Pahlevi
38 tahun yang lalu, tanggal 6 Isfand 1356 Hs, ulama pejuang Khorasan memeringatkan rezim Pahlevi atas aksi kekeraran yang dilakukan aparat keamanan.
Setelah upacara peringatan 40 hari syahadah rakyat Qom pada tanggal 19 Dey di kota ini berujung pada aksi kekerasan oleh rezim Shah, dibentuk juga kebangkitan rakyat Tabriz pada 29 Bahman 1356 Hs (18 Februari 1978). Kebangkitan ini tidak diinginkan oleh rezim Shah dan pada waktu itu banyak rakyat tidak berdosa yang menjadi korban.
Di hari ketujuh peringatan syuhada 29 Bahman di Tabriz, tepatnya tanggal 6 Isfand 1356 Hs (25 Februari 1978), para ulama pejuang Khorasan mempublikasikan pernyataan dan memprotes aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan rezim Shah.
Dalam pernyataan ini disebutkan, "Rezim Shah kembali melakukan tindakan sadis dengan membantai para pejuang yang ingin menghapus kezaliman dan penindasan serta bangkit untuk melawan kekuasaan ilegal Shah Pahlevi. Tapi kami kembali mengeluarkan peringatan atas kejahatan ini dan tidak akan meninggalkan tujuan sudi ini. Demi mencapai tujuan agung, qurani dan manusiawi ini, kami akan tetap berjuang hingga nafas terakhir menghadapi aksi buas rezim Shah."
Pembunuhan di Makam Ibrahim oleh Zionis
22 tahun yang lalu, tanggal 25 Februari 1994, seorang warga Israel ekstrim membunuh massal kaum muslim Palestina yang sedang menunaikan shalat di seputar kompleks makam Nabi Ibrahim di kota al-Khalil, Tepi Barat.
Sebanyak 29 warga Palestina gugur syahid dan sejumlah lainnya luka-luka akibat berondongan senjata dari orang Zionis itu.
Teror yang terjadi di bulan Ramadhan itu menimbulkan kemarahan masyarakat Arab dan muslim, sampai-sampai, pemerintah negara-negara Arab terpaksa mengundurkan jadwal perundingan damai mereka dengan Tel Aviv.
Di Palestina sendiri, situasi menjadi memanas dan perlawanan bangsa Palestina semakin meningkat. Untuk meredam kemarahan warga Palestina, rezim Zionis menangkap pelaku teror itu dan mengadilinya. Namun pengadilan memutuskan bahwa pelaku teror itu mengalami gangguan jiwa sehingga dibebaskan dari hukuman.