Des 20, 2018 14:05 Asia/Jakarta
  • Masjid Biru di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan.
    Masjid Biru di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan.

Masjid adalah tempat terbaik untuk memperkuat iman dan basis terpenting untuk kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan kesehatan mental orang-orang Muslim.

Hasil riset mencatat bahwa kehadiran aktif di masjid sangat berpengaruh dalam mengatasi sebagian gangguan seperti, rasa kesepian, kecemasan, kesedihan, dan kemalasan. Di antara dampak positif kehadiran ini adalah optimis menjalani hidup, tumbuhnya rasa percaya diri, merasa punya sandaran yang kokoh (Allah Swt), menarik perhatian dan kasih sayang Tuhan lewat kegiatan ibadah, serta memperkuat rasa peduli dan ukhuwah melalui interaksi dengan jamaah lain.

Secara prinsip, kehadiran di masjid serta hubungan emosional dan spiritual yang terjalin dengan jamaah lain akan menghadirkan ketenangan hati dan ketentraman batin seseorang.

Dewasa ini, ketenangan hati, ketentraman batin, dan kehidupan yang jauh dari rasa cemas telah menjadi bagian dari kebutuhan dasar manusia. Untuk memastikan kesehatan mental individu, para psikolog berusaha mempelajari kepercayaan, emosi, dan perilaku menyimpang yang menyebabkan penyakit dan kecemasan. Mereka berusaha mencari sebuah kaidah untuk kehidupan yang lebih baik.

Al-Quran dalam sebuah kalimat singkat dan penuh makna, menyebut zikir kepada Allah Swt sebagai cara mujarab meraih ketenangan hati. Allah berfirman, "Sesungguhnya dengan berzikir kepada Allah akan menenangkan hati." (Surat Ar Ra'ad ayat 28)

Ketenangan hati merupakan salah satu anugerah dari Allah kepada orang-orang mukmin. "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)…" (Surat Al Fath ayat 4)

Jadi, cara yang paling ampuh untuk meraih ketenangan hati adalah berzikir dan mengingat Allah Swt, dan ketenangan itu sendiri juga berasal dari-Nya. Masjid bisa memainkan peran utama dalam menghadirkan ketenangan hati dan jiwa bagi orang-orang yang datang ke rumah Allah ini.

Masjid bisa menjadi tempat terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyingkirkan segala egoisme serta memperbaiki kekurangan. Menurut berbagai riwayat, ada banyak keutamaan bagi orang yang shalat berjamaah di masjid, di mana optimisme dan ketenangan akan tumbuh dalam diri manusia serta menjauhkannya dari pesimisme dan depresi.

Mereka selain memperoleh pahala di dunia, juga akan mendapatkan kabar gembira seperti, ketenangan di akhirat dan rumah di surga, dimuliakan oleh Allah Swt, diampuni dosa-dosanya, duduk bersanding dengan para malaikat, didoakan oleh para malaikat, dan lain-lain.

Nuansa spiritual dan ketenangan di masjid akan membawa pengaruh baik bagi jiwa dan hati manusia. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang menjadikan masjid sebagai rumahnya, Allah akan menjamin ketenangan jiwa dan kelapangan."

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh oleh ahli masjid yaitu; ketenangan hati dan jiwa di dunia serta pahala di akhirat. Oleh karena itu, interaksi dengan masjid harus selalu dijaga untuk meraih keberuntungan di dunia dan akhirat. Bahkan ada petuah yang mengatakan orang mukmin dalam masjid bagaikan ikan dalam air. Jelas kemalangan akan menimpa ikan jika ia berpisah dari air.

Di hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, "Tidak duduk suatu golongan di sebuah masjid dari masjid-masjid Allah untuk membaca al-Quran dan mengajarkannya, kecuali ketenangan akan turun kepadanya dan rahmat Ilahi akan meliputinya."

Semua riwayat tersebut menunjukkan bahwa kehadiran di masjid akan mendatangkan ketenangan dan rahmat Allah Swt. Masjid adalah benteng untuk melawan segala tantangan hidup dan tempat untuk memperoleh ketenangan.

Sejarah Masjid Biru Mazar-i-Sharif, Afghanistan

Masjid Biru (Blue Mosque) di kota Mazar-i-Sharif adalah sebuah masjid yang dipercaya oleh sebagian warga Afghanistan sebagai makam Imam Ali bin Abi Thalib as. Tentu saja berdasarkan riwayat yang sahih, makam Imam Ali terletak di kota Najaf, Irak, sementara sosok yang dikuburkan di Mazar-i-Sharif (Makam Mulia) kemungkinan milik salah satu dari keturunannya.

Mazar-i-Sharif adalah kota terbesar keempat di Afghanistan dengan populasi lebih dari 300.000 jiwa. Ini adalah ibukota provinsi Balkh dan merupakan rumah bagi kelompok multi-etnis seperti Uzbek, Turkmen, Tajik, dan Hazara. Kota ini terhubung ke Kabul di tenggara, ke Herat di barat dan ke Uzbekistan di utara.

Menurut kisah penduduk Balkh, sebuah kubah kecil dengan pintu baja dan gembok perak ditemukan di sebuah bukit yang disebut "Tel Ali." Di dalam kubah ini, terdapat al-Quran dengan khat Kufi yang ditulis di atas kulit rusa bersama sebuah pedang besar dan potongan batu marmer. Di atas batu itu tertulis, "Ini adalah makam wali Allah, Ali Singa Tuhan."

Penduduk desa bersuka cita ketika mengetahui kabar tersebut. Berita ini pun sampai ke penguasa Khurasan, Sultan Ahmed Sanjar Seljuk, ia kemudian datang ke Balkh dan menyumbangkan 50.000 dinar kepada orang-orang di wilayah itu.

Sultan Ahmed Sanjar ingin memindahkan makam itu ke pusat pemerintahannya di Marv, tetapi para tokoh Balkh merasa keberatan dan meminta agar tidak dipindahkan. Dia kemudian mengurungkan niatnya itu dan membangun sebuah bangunan kecil sebagai makam dan masjid. Dia bahkan membangun sebuah kota di sekitar makam yang disebut Mazar-i-Sharif, di mana telah menarik ribuan orang untuk hijrah ke sana. Saat itu Mazar-i-Sharif menjadi kota yang besar dan penting.

Namun, Genghis Khan dan tentara Mongol menghancurkan bangunan itu pada 1220 Masehi dan nama daerah itu kembali dikenal sebagai Tel Ali. Sultan Husayn Mirza Bayqara (salah seorang raja Timurid) merenovasi kembali dengan arsitektur yang menawan dan khas warna biru pada 1481 M. Dia membangunnya dengan cara yang lebih megah, dalam bentuk masjid biru raksasa yang masih ada sampai hari ini.

Blue Mosque secara kasar berbentuk persegi panjang, dengan sebuah makam keramat berada di tengahnya. Dua kubah biru yang megah menghiasi masjid serta sejumlah menara besar dan kecil, dan dua lengkungan di pintu masuk di sisi timur dan barat kompleks.

Seluruh bangunan ditutupi dengan ubin mosaik polikrom yang disusun dalam pola geometris, di mana didominasi oleh warna biru dengan corak yang berbeda. Saat ini banyak tokoh agama dan pejabat Afghanistan juga dimakamkan di kompleks itu.

Masjid Biru direnovasi total pada pertengahan abad ke-20 dan merupakan salah satu peninggalan bersejarah terbaik di Afghanistan. Tidak banyak struktur asli yang tersisa, sebagian besar karya seni di sini diciptakan kembali di zaman modern.

Banyak dari ubin mosaik masjid diperbarui atau diganti selama renovasi abad ke-20. Salah satu dari beberapa artefak yang tersisa dari masjid ini adalah batu marmer bertuliskan kata-kata "Ali, Singa Tuhan."

Masjid Biru telah dikenal sebagai sebuah oase untuk perdamaian, dan ini benar-benar tampak seperti itu, mengingat ribuan merpati putih mengelilingi kompleks masjid setiap waktu. Blue Mosque menawarkan tempat yang tenang dari hiruk-pikuk jalan-jalan dan pasar Mazar-i-Sharif.

Masjid ini senantiasa menjadi tempat ziarah yang paling penting di Afghanistan, baik untuk Muslim Syiah dan Sunni. Ini bukan hanya masjid dan makam keramat, tetapi juga tempat pendidikan dan pusat budaya yang paling penting di Mazar-i-Sharif.

Masjid ini juga memiliki sebuah perpustakaan, di mana sebagian besar dari koleksi bukunya kembali ke era Bokhtariyan dan Baktrian dan Kianian, Seljuk, Timurid, dan periode-periode Islam lainnya. (RM)