Kelompok Anti-Perang Israel: Sudah Cukup! Kita Dibenci Dunia
(last modified Thu, 12 Jun 2025 14:40:49 GMT )
Jun 12, 2025 21:40 Asia/Jakarta
  • Kelompok Anti-Perang Israel: Sudah Cukup! Kita Dibenci Dunia

Pars Today – Setelah berlalu lebih dari 20 bulan perang Gaza, suara protes di tengah masyarakat Israel, terhadap kebijakan Kabinet Netanyahu dan kejahatan di Jalur Gaza, semakin keras.

Aksi-aksi protes tersebut bahkan diikuti oleh komunitas warga sipil, pensiunan militer, bahkan beberapa politisi, semuanya menuntut diakhirinya segera serangan Israel ke Jalur Gaza.
 
Financial Times, Senin (10/6/2025) menyoroti peningkatan kesadaran para pemukim Zionis terkait perang Gaza, dan mengatakan jumlah orang Israel, yang menentang perang terus bertambah setiap hari.
 
Menurut FT, demonstrasi-demonstrasi memprotes perang Gaza, oleh orang-orang Israel, dalam beberapa minggu terakhir menemukan bentuk baru, dan tidak hanya menuntut pembebasan tawanan semata.
 
Sejumlah banyak warga, pensiunan tentara, seniman, aktivis perdamaian, mempertanyakan legitimasi moral atas seluruh operasi militer di Gaza. Hal ini adalah sesuatu yang luar biasa dalam atmosfer politik dan media Israel.
 
Dalam beberapa minggu terakhir terjadi perubahan nyata dalam aksi-aksi demonstrasi anti-perang oleh para pemukim Zionis di Wilayah pendudukan.
 
Media-media arus utama Rezim Zionis meskipun terbatas, sudah mulai menayangkan video-video korban jiwa di Gaza, dan beberapa politisi mulai mempertanyakan apakah Israel masih berpikir perang Gaza benar-benar adil?
 
Dalam aksi demonstrasi menuntut pembebasan tawanan Israel, para aktivis anti-perang menggelar acara tidak tidur semalam untuk mengenang korban jiwa dari pihak Palestina.
 
Jumlah aktivis dari yang awalnya hanya beberapa orang saja, terus bertambah menjadi ratusan orang, dan pada hari Selasa mereka menyalakan lilin serta menggelar pawai senyap dengan membawa foto-foto anak korban perang.
 
Media-media Rezim Zionis secara perlahan mulai menayangkan sebagian dari kenyataan kemanusiaan dalam perang yang terjadi di Jalur Gaza.
 
Surat kabar Yedioth Ahronoth, baru-baru ini mengutip berita Associated Press, terkait kematian bayi yang kelaparan di Gaza, bersamaan dengan video antrian padat warga Gaza di dapur-dapur umum.
 
Empat hari kemudian program acara dengan pemirsa terbanyak di Kanal 12 stasiun televisi Israel, memberitakan terbunuhnya anak sembilan tahun dari sebuah keluarga di Khan Yunis.
 
Dengan memanfaatkan laporan Kanal 4 TV Inggris, stasiun televisi Israel, tersebut mengatakan, “Orang-orang Israel, bisa menutup mata mereka atas bencana-bencana yang sedang terjadi atas nama mereka.”
 
Menurut FT, para politisi Rezim Zionis semacam Ehud Olmert, mantan Perdana Menteri Israel, dan Yair Golan, mantan Wakil Komandan Militer Israel, belum lama ini telah mematahkan tabu Zionis. Olmert dalam catatannya di surat kabar Haaretz, menulis, Israel, sedang melakukan kejahatan perang di Gaza, dan menganggap berlanjutnya perang berarti “kehancuran”.
 
Pada saat yang sama, Yair Golan, memperingatkan bahwa Rezim Zionis, dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan saat ini sedang berubah menjadi “pemerintahan yang dibenci”.
 
Bulan lalu lebih dari 1.300 pensiunan perwira militer Israel, menuntut apa yang mereka sebut sebagai “perang politik di Gaza”. Perang yang menurut keyakinan mereka mungkin saja memaksa para tentara Zionis untuk melakukan kejahatan perang.
 
Begitu juga lebih dari 2.500 seniman, penulis, dan aktivis perdamaian mengumumkan, perang yang telah menyebabkan lebih dari 15.000 anak terbunuh, tidak bisa dianggap bermoral. (HS)