Lintasan Sejarah 11 Januari 2019
-
11 Januari 2019
Hari ini, Jumat 11 Januari 2019 bertepatan dengan 4 Jumadil Awal 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 21 Dey 1397 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.
Ibnu Atsir Jazari Lahir
885 tahun yang lalu, tanggal 4 Jumadil Awal 555 HQ, Ibnu Atsir Jazari, sejarawan dan sastrawan terkemuka muslim, terlahir ke dunia di Irak.
Ibnu Atsir kemudian menuntut ilmu di kota Mosul, Bagdad, dan Damaskus dari ulama-ulama terkemuka pada masa itu, di antaranya Khatib Thusi.
Ibnu Atsir sangat banyak melakukan penelitian dan menuliskan hasil penelitian itu di dalam buku-buku karyanya. Karya Ibnu Atsir yang terpenting berjudul al-Kamil fi at-Tarikh yang merupakan sumber sejarah penting mengenai zaman kekuasaan Mongol.
Ibnu Atsir meninggal dunia tahun 630 di Mosul.

Chadli Bendjedid Mengundurkan Diri
26 tahun yang lalu, tanggal 11 Januari 1992, menyusul kemenangan besar Front Penyelamat Islam Aljazair (FIS), presiden negara itu, Chadli Bendjedid mengundurkan diri.
Pengunduran diri Bendjedid ini atas desakan sebagian anggota kabinetnya, terutama pihak militer, yang tidak menginginkan berkuasanya sebuah partai Islam di Aljazair. Parlemen Aljazair kemudian dibubarkan dan hasil pemilu dibatalkan. Demonstrasi besar-besaran kemudian melanda Aljazair. Mohamed Boudiaf kemudian mendirikan Dewan Tinggi Negara yang menjalankan pemerintahan dan menyatakan Aljazair dalam situasi darurat.
Chadli Bendjedid terpilih sebagai presiden Aljazair sejak tahun 1979. Situasi ekonomi yang terus memburuk, membuat rakyat Aljazair tidak puas atas kepemimpinan Bendjedi. Pada tahun 1988, setelah terjadi berbagai demonstrasi menentang pemerintahannya, Bendjedid melakukan reformasi yang di antaranya memberi kebebasan berdirinya partai-partai baru.
Pada tahun 1989, Partai Front Penyelamat Islam (FIS) berdiri dan dalam waktu singkat berhasil menarik banyak anggota serta meraih suara mayoritas dalam pemilu 1991. Setelah digagalkannya hasil pemilu oleh penguasa militer, banyak anggota FIS yang ditangkap dan partai itu dibubarkan oleh penguasa.

Wafatnya Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin
18 tahun yang lalu, tanggal 21 Dey 1379 HS Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin meninggal dunia di usia 67 tahun dan dikebumikan di masjid Imam Shadiq as yang dibangunnya.
Ayatullah Syeikh Mohammad Mahdi Syamsuddin lahir pada 15 Sya'ban 1353 Hq di kota Najaf. Setelah melewati masa kanak-kanak, Ayatullah Mahdi Syamsuddin belajar pendahuluan ilmu-ilmu agama dan setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah ilmu agama, beliau mengikuti kuliah para Ayatullah seperti Sayid Muhsin al-Hakim, Sayid Abu al-Qasim al-Khu'i, sehingga mencapai derajat mujtahid.
Bersamaan dengan upayanya menuntut ilmu, Syeikh Mahdi Syamsuddin juga menulis. Beliau terkenal dengan gaya tulisannya yang lugas di sejumlah majalah ilmiah dan sastra di kota Najaf. Begitu juga beliau membentuk lembaga penerbitan bernama Muntada al-Nasyr untuk memperluas budaya Islam, sambil tetap menjadi dosen di Universitas Fiqih Najaf.
Pada usia 36 tahun, Syeikh Mahdi Syamsuddin pergi ke Lebanon untuk membantu rakyat di sana. Dengan bantuan Imam Musa Sadr mereka membangun lembaga-lembaga sosial dan pendidikan. Beliau kemudian terpilih menjadi wakil ketua dan setelah itu menjabat ketua Majelis Tinggi Syiah Lebanon.
Ayatullah Syeikh Muhammad Mahdi Syamsuddin termasuk ulama yang mampu menggabungkan ilmu dan kefaqihan dengan jihad dan kesabaran. Selain pakar ilmu keagamaan, beliau mendukung perjuangan Imam Khomeini ra. Beliau memiliki banyak karya yang ditinggalkan seperti Tsaurah al-Husein, Anshar al-Husein, Syarh ‘Ahd al-Asytar dan al-Ghadir.
