Lintasan Sejarah 1 Juni 2019
-
1 Juni 2019
Muhammad Khunsari Wafat 315 tahun yang lalu, tanggal 26 Ramadan 1125 HQ, Muhammad Khunsari yang dikenal dengan Jamaluddin, salah seorang ulama besar Iran abad ke 11 dan 12 Hijriah, meninggal dunia.
Muhammad Khunsari dilahirkan dalam keluarga relijius dan pencinta ilmu, di kota Isfahan. Dia menguasai ilmu-ilmu di bidang logika, filsafat, teologi, fiqih, ushul fiqih, dan tafsir.
Berbekal pengetahuannnya yang luas tersebut, Jamaluddin menulis buku penjelasan atas kitab "as-Syifa" dan "al-Isyarat" karya Ibnu Sina serta kitab "Syarah Lum'ah", "al-Tahzib", dan "Mukhtasarul Ushul".

KH. Abdul Wahid Hasjim Lahir
105 tahun yang lalu, tanggal 1 Juni 1914, Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim lahir di Jombang, Jawa Timur.
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda.
Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan.
Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

Pembubaran Partai Jomhouri-e Eslami
32 tahun yang lalu, tanggal 11 Khordad 1366 HS, Partai Jomhouri-e Eslami dibubarkan.
Partai Jomhoiri-e Eslami sepekan pasca kemenangan Revolusi Islam Iran dibentuk oleh Ayatullah Sayid Mohammad Hosseini Beheshti, Sayid Ali Khamenei, Sayid Ali Abdolkareem Mousavi Ardebili, Akbar Hashemi Rafsanjani dan Doktor Mohammad Javad Bahanar dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi yang kokoh dan mengkoordinasi sumber daya manusia aktif serta menciptakan keserasian dan disiplin.
Partai ini selama berdirinya, selain berpartisipasi aktif di setiap peristiwa politik dan sosial Iran, juga memiliki peran menentukan dalam penentuan kebijakan negara lewat para pemimpinnya yang berada di jabatan-jabatan strategis pemerintah.
Aktivitas partai Jomhouri-e Eslami berlangsung hingga tahun 1363 Hs, tapi sejak saat itu secara perlahan-lahan cakupan kegiatannya mulai menurun dan pada 11 Khordad 1366 Hs, berdasarkan usulan Ayatullah Khamenei dan Hashemi Rafsanjani kepada Imam Khomeini ra tentang pembubaran partai ini. Imam Khomeini ra sendiri menyetujui pembubaran itu.
Dalam surat yang ditulis oleh para pemimpin partai ini disinggung mengenai pembubaran partai sebagai berikut, "Dirasakan bahwa keberadaan partai sudah tidak lagi bermanfaat seperti pada awal terbentuknya. Bahkan sebaliknya pembentukan partai politik di saat ini justru dapat menjadi alasan untuk terciptanya perselisihan dan keretakan yang merugikan persatuan nasional. Oleh karenanya, Dewan Pusat Partai dengan suara bulat sampai pada kesimpulan bahwa maslahat Revolusi Islam saat ini menuntut pembubaran secara menyeluruh Partai Jomhouri-e Eslami."