Mengenal Perempuan Dalam Al-Quran (10)
Sayidah Maryam adalah ibu Nabi Isa as termasuk wajah yang menonjol dalam al-Quran, dimana namanya disebutkan sebanyak 34 kali di sejumlah ayat dan surat. Sementara kisahnya yang memberi pelajaran disebutkan sebagai 30 ayat dalam surat yang sesuai dengan namanya.
Tentu saja semua mengenal nama Maryam as. Seorang perempuan terpilih dan pencari kebenaran yang bukan saja populer dan memiliki kemuliaan khusus di kalangan umat Islam, tetapi menjadi teladan suci di antara agama-agama ilahi lainnya.
Hari ini, manusia berusaha untuk mencari teladan yang jujur dan benar, berbeda dengan contoh yang ada, mereka berharap teladan ini memiliki pesan bagi kehidupan, kemuliaan dan kejujuran. Para sosiolog percaya bahwa kekacauan masyarakat disebabkan prinsip pendidikan dan budaya yang salah, yang diketengahkan mayoritas media mainstream dan penting dunia sebagai teladan palsu dan untuk menanganinya diperlukan pendekatan dengan nilai-nilai moral, kemanusiaan dan menampilkan teladan yang kokoh dan bijak bagi masyarakat manusia. Kehidupan Sayidah Maryam as dijelaskan dalam al-Quran sedemikian rupa menjadi simbol komprehensif dan dinamis bagi manusia, khususnya perempuan hari ini dan menjadi solusi untuk melangkah di jalur yang suci dan masyarakat yang sehat.
Sayidah Maryam adalah ibu Nabi Isa as termasuk wajah yang menonjol dalam al-Quran, dimana namanya disebutkan sebanyak 34 kali di sejumlah ayat dan surat. Sementara kisahnya yang memberi pelajaran disebutkan sebagai 30 ayat dalam surat yang sesuai dengan namanya. Sayidah Maryam lebih sering disebutkan sebagai ibu Nabi Isa as dan dikenal sebagai satu dari empat perempuan besar dan mulia dalam agama-agama Ibrahim.
Mengenai bagaimana al-Quran memuji Sayidah Maryam termaktub dalam ayat 12 surat Maryam, ketika Allah berfirman, "Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat."
Begitu juga pada ayat 42 surat Ali Imran disebutkan, "Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."
Al-Quran menceritakan petualangan perempuan agung dengan dengan penjelasan yang indah dan menarik, sehingga pembaca kisahnya seakan tersihir akan keagungan dan kekuasaan Allah. Kini tiba saatnya kita menikmati petulangan ini lewat bahasa al-Quran. Kita akan memulai kisahnya dari ayat 34 surat Ali Imran.
Hannah adalah istri Imran, perempuan bertakwa. Ketika hamil, ia berdoa dan bermunajat kepada Allah dan di waktu itu juga ia bernazar agar anaknya menjadi pelayan rumah Allah, sehingga hanya Allah yang disembahnya dan berada di bawah pemeliharaan-Nya. Ketika anaknya lahi, Hannah terlihat pucat dan dengan menyesal ia menampilkan kesedihannya lewat bibirnya dan berkata, "Ya Allah! Saya telah bernazar agar anakku akan melayanimu, tapi yang lahir perempuan. Sekarang saya memberinya nama Maryam dan jaga dia dan anaknya dari kejahatan setan."
Istri Imran belum selesai menuturkan doanya, ketika Nabi Allah, Zakariya yang masih termasuk keluarganya dengan gembira memasuki rumah mereka dan berkata, "Kabar gembira buatmu Hannah. Allah Swt menerima anak perempuanmu untuk melayani rumah Allah dan mengabarkan bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang diberikan." Pada waktu itu, mata Hannah bersinar-sinar karena gembira.
Gambaran Maryam yang maksum dan suci membuat para pelayan Baitul Maqdis saling berebut untuk memeliharanya. Seseorang berkata, "Saya akan memeliharanya seperti anakku sendiri." Yang lain berkata, "Engkau tidak selalu berada di tempat beribadah, tapi saya selalu berada di sini siang dan malam. Saya akan menjaganya." Zakariah bergabung dengan mereka dan berkata, "Maryam masih termasuk keluargaku dan saya adalah seorang nabi. Saya pribadi akan memelihara anak perempuan ini."
Ada seseorang yang maju di depan mereka dan berkata, "Jangan membahas masalah ini lebih dari yang ada. Lemparkan kayu untuk mengundi ke dalam air. Kayu siapa yang yang muncul ke permukaan air, maka kita akan menyerahkan pemeliharaan anak ini kepadanya."
Para pelayan rumah Allah dengan satu suara berkata, "Usulan yang sangat baik." Mereka semua menanti di dekat air dengan wajah cemas berharap dirinya yang menang. Semua merasa takjub karena kayu yang naik ke permukaan air milik Zakariya. Seakan-akan Allah berkehendak agar anak ini mengawali hidupnya di lingkungan nabi Allah. Zakariya yang tidak punya anak dengan senang berkata, "Saya akan membuat kamar untuknya di tempat tinggi dari tempat ibadah dan saya akan menjaganya seperti jiwaku sendiri."
Setelah itu, Sayidah Maryam dibawa ke Baitul Maqdis untuk ibadah dan selama di sana beliau beribadah di bawah pengawasan Nabi Zakariya as. Makanan di sana sangat sederhana dan sedikit. Tapi setiap kali Nabi Zakariya mengunjungi Maryam di mihrab, tempatnya beribadah, ia menyaksikan buah-buahan surga dan rezeki maknawi di sisi Maryam. Nabi Zakariya bertanya, "Wahai Maryam! Dari mana semua rezeki yang diperuntukkan kepadamu ini?" Cara pandang mendalam dan hati nurani Maryam sedemikian jauhnya, sehingga beliau menjawab kepada Nabi Zakariya, "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (Ali Imran ayat 37) Pada intinya Sayidah Maryam menilai segalanya berasal dari Allah dan melihatnya pada Allah. Inilah puncak penghambaan dan kesempurnaan manusia.
Ketika Maryam semakin tumbuh besar semakin bertambah pula nilai-nilai spiritual dalam dirinya. Kehormatan dan keseriusannya menjaga dirinya benar-benar terkenal di seluruh daerah. Suatu hari, ketika Maryam sedang beribadah, ia mendengar suara panggilan yang mengatakan, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'." (Ali Imran: 42-43)
Ayat-ayat al-Quran dalam kelanjutan kisah Sayidah Maryam berbicara dengan penuh kelembutan samawi dan kesucian pribadi zuhud dan penuh keramatnya dan bagaimana beliau hamil padahal begitu menjaga dirinya. Al-Quran mengingatkan peran perempuan yang memberi kehidupan dan derajatnya yang tinggi dalam menghadirkan dan mendidik manusia yang akhirnya mengubah sejarah. Maryam pribadi yang mendapat pesan dari Allah dan memberinya kehormatan akan wahyu-Nya. Dengan bersandar pada ayat 42-44 surah Ali Imran, para malaikat berbicara dengannya. Mereka memberi kabar gembira dari Allah Swt akan kelahiran Isa as. Ayat 45 surah Ali Imran menyebutkan, "(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)."
Sejak saat itu, kehidupan Sayidah Maryam memasuki tahapan baru dari kehidupannya. Kondisi ketika perempuan suci ini mendapat tuduhan dan upaya mengosongkan dirinya dari nilai-nilai yang selama ini dimilikinya. Tapi ia tetap dengan ibadanya yang menjadi jembatan kokoh antara dirinya dengan Allah yang Maha Pengasih. Dengan cara ini, beliau meraih lingkaran hubungan antara kesehatan jiwa dan ketenangan hakiki. Karenanya, di balik rahmat dan hidayat Allah dan juga ketegarannya membuatnya menjadi pribadi yang layak dipuji, sementara kesuciannya sebagai modal berharga bagi seorang perempuan.
Pada makalah selanjutnya akan dijelaskan mengenai bagaimana Maryam melahirkan anaknya.