Sep 05, 2019 09:47 Asia/Jakarta
  • 5 September 2019
    5 September 2019

Hari ini, Kamis 5 September 2019 bertepatan dengan 5 Muharam 1441 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 14 Shahrivar 1398 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.

1000 Pasukan Berkuda Bergabung dengan Umar bin Saad

1380 tahun yang lalu, tanggal 5 Muharam 61 HQ, 1000 pasukan berkuda bergabung dengan Umar bin Saad.

Karavan Karbala

Akhirnya secara bertahap, pasukan yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Saad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rab’i telah bergerak ke arah Karbala dengan seribu pasukan berkuda.

Ubaidillah memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menujuke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang keluar dari Kufah untuk membantu Imam Husein as.

Karena sekelompok warga mengetahui bahwa perang melawan Imam Husein as berada dalam hukum perang menentang-Nya dan menentang rasul-Nya, maka di pertengahan jalan mereka memisahkan diri dari pasukan musuh dan melarikan diri.

Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan seribu pasukan, begitu sampai di Karbala, pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.

Penggalan dari pidato Imam Husein as yang ditujukan pada pasukan musuh, "Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, Rasul-Nya dan Mukminin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami. Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria."

Berakhirnya Perang Rusia-Jepang

114 tahun yang lalu, tanggal 5 September 1905, perang Rusia dan Jepang berakhir.

Perang di antara Rusia dan Jepang ini dimulai pada 10 Februari 1904.

Perang Rusia dan Jepang

Peperangan itu merupakan konflik paling berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi imperialis Rusia dan Jepang di Manchuria serta Korea. Peperangan itu terutama terjadi karena perebutan Kota Port Arthur dan Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.

Setelah gagal mendapatkan perjanjian yang menguntungkan dengan Rusia, Jepang mengirimkan sebuah ultimatum pada 31 Desember 1903. Jepang juga memutuskan hubungan diplomatik pada 6 Februari dan mulai menyerang dua hari kemudian. Kedua pihak mengeluarkan pernyataan perang pada 10 Februari.

Perang itu menandai bangkitnya kekuatan Asia menandingi kekuatan Barat yang berkuasa di China saat itu. Kemenangan Jepang membuat kekuatan Barat harus memperhitungkan mereka dalam urusan politik di Asia. Selain itu, kemenangan tersebut memicu kebangkitan nasional di negara-negara Asia lainnya yang sedang terjajah oleh negara Eropa.

Ayatullah Ali Ghoddousi Gugur

38 tahun yang lalu, tanggal 14 Shahrivar 1360 HS, Ayatullah Ali Ghoddousi gugur syahid akibat ledakan bom oleh kelompok munafikin dan dimakamkan di komplek pemakaman suci Hazrat Maksumah as di Qom.

Ayatullah Sheikh Ali Ghoddousi

Ayatullah Sheikh Ali Ghoddousi lahir di kota Nahavand pada 1306 HS. Di usia 15 tahun beliau pergi ke Qom atas dorongan ayahnya yang juga ulama di daerah tempat tinggal mereka.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah agama beliau belajar fiqih untuk tingkat mujtahid pada Ayatullah al-Udzma Boroujerdi dan Imam Khomeini. Pada saat yang sama beliau belajar filsafat kepada Allamah Thathabai.

Ayatullah Ghoddousi saat mempelajari filsafat menunjukkan kejeniusannya sehingga mendapat perhatian khusus dari Allamah Thabathabai dan kemudian mengambilnya sebagai menantunya. Beliau sejak tahun 1341 HS bergabung dalam gerakan anti rezim Pahlevi dan selama berjuang beliau harus menanggung banyak kesulitan.

Syahid Ghoddousi merupakan anggota Jameeh Modarresin Qom (Asosiasi Pengajar Hauzah Qom) dan dipercayai oleh para pemimpin hauzah ilmiah. Pejuang Islam ini pasca kemenangan Revolusi Islam ditunjuk oleh Imam Khomeini sebagai Jaksa Agung.

Tags