Inilah Drone-drone Yaman untuk Melawan Saudi
Agresi militer pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman telah berlangsung lebih dari 54 bulan, namun rezim Al Saud gagal menaklukkan rakyat negara ini.
Sebaliknya, militer dan pasukan rakyat Yaman, Ansarullah berjuang dengan gigih untuk melawan pasukan agresor meski korban telah banyak yang jatuh. Mereka tidak menyerah dan bahkan mampu melakukan serangan balasan.
Militer dan pasukan relawan Yaman berhasil meningkatkan kemampuannya di tengah-tengah blokade darat, laut dan udara, dan bahkan berhasil membalas kejahatan Arab Saudi di Yaman selama beberapa tahun terakhir.
Rudal dan drone menjadi salah satu kunci kekuatan pasukan Yaman dalam melawan agresi keji Arab Saudi dan sekutunya, bahkan mampu mengubah perimbangan kekuatan.
Yaman memiliki beragam jenis drone seperti Sammad, Raqib, Hudhud, Rased, Qasef, dan lain-lain, di mana pesawat-pesawat tanpa awak ini memiliki fungsi masing-masing, di antaranya untuk operasi pengintaian, pemotretan dan pengambilan gambar, pengeboman dan lain sebagainya.
Kekuatan Yaman di bidang teknologi pesawat tanpa awak telah dibuktikan dalam serangan dahsyat ke kilang minyak Aramco yang dilindungi oleh unit-unit canggih pertahanan udara Arab Saudi termasuk rudal Patriot yang dibeli dari Amerika Serikat.
10 pesawat tanpa awak Yaman menyerang dua kilang minyak Arab Saudi di bagian timur negara Arab ini pada 14 September 2019.
Bagian-bagian penting dari kilang minyak Buqayq (Abqaiq) dan Khurais mengalami kerusakan parah dan perlu waktu berbulan-bulan untuk memperbaikinya.
Menurut juru bicara militer Yaman Brigadir Jenderal Yahya Saree, serangan drone itu sebagai balasan dan tanggapan atas serangan udara Arab Saudi dan kejahatan perang negara itu di Yaman, serta blokade darat, laut dan udara terhadap negara ini.
Dia mengatakan, operasi pesawat tak berawak dengan sandi "Balanced Deterrence-2" adalah salah satu serangan udara paling rumit yang pernah dilakukan oleh pasukan Yaman jauh di dalam wilayah Arab Saudi.
Serangan ke Aramco memiliki dampak jangka pendek dan panjang, di mana jangka pendeknya adalah 50 persen produksi minyak Saudi terhenti akibat serangan itu.
Menteri Energi Arab Saudi, Abdulaziz bin Salman mengatakan serangan drone Yaman menyebabkan terhentinya produksi lebih dari lima juta barel minyaknya.
Dampak jangka pendek lainnya adalah perusahaan Aramco menderita kerugian ekonomi yang besar atas kejadian itu. Televisi Amerika CNBC menyatakan kerugian perusahaan Aramco mencapai 31 miliar dolar.
Serangan itu juga berdampak pada bursa saham Arab Saudi. Bursa saham negara itu langsung bereaksi terhadap serangan ke Aramco dan nilainya anjlok dua persen.
Arab Saudi dan UEA melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 setelah mendapat lampu hijau dan dukungan dari Amerika Serikat.
Agresi militer tersebut telah merenggut nyawa belasan ribu warga Yaman dan menghancurkan infrastruktur vital negara ini.
Blokade darat, laut dan udara oleh pasukan agresor juga menambah penderitaan rakyat Yaman. (RA)