Okt 02, 2019 16:11 Asia/Jakarta

Arab Saudi menghadapi persoalan serius dalam beberapa pekan terakhir setelah mendapat serangan balasan bertubi-tubi dari Yaman. Di dalam kerajaan sendiri, juga terjadi konflik internal, di mana yang terbaru adalah kabar tewasnya Abdul Aziz al-Faghm, pengawal pribadi Raja Salman pada hari Sabtu, 28 Oktober 2019.

Operasi pasukan relawan dan militer Yaman yang  menarget posisi militer Arab Saudi dan pasukan bayarannya di Najran, selatan negara ini juga menimbulkan kerugian besar. Operasi bersandi "Nasrun Minallah" ini melumpuhkan tiga brigade Arab Saudi.

Dalam operasi tersebut, lebih dari 500 tentara dan pasukan bayaran Arab Saudi tewas dan terluka, dan lebih dari 2000 lainnya ditawan pasukan Yaman. Ratusan kendaraan lapis baja dan kendaraan pengangkut militer Arab Saudi juga disita oleh pasukan Yaman.

Sebelum ini, 10 pesawat tanpa awak Yaman juga melancarkan serangan balasan ke dua kilang minyak Arab Saudi di bagian timur negara Arab ini. Kilang minyak Buqayq (Abqaiq) dan Khurais di bagian timur Arab Saudi menjadi sasaran balasan Yaman pada Sabtu dini hari, 14 September 2019.

Serangan drone Yaman ke fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais, membawa dampak buruk bagi ekonomi dan keamanan negara itu. 50 persen produksi minyak Saudi terhenti akibat serangan tersebut.

Menteri Energi Arab Saudi, Abdulaziz bin Salman mengatakan serangan drone Yaman menyebabkan terhentinya produksi lebih dari lima juta barel minyaknya.

Dampak jangka pendek lainnya adalah perusahaan Aramco menderita kerugian ekonomi yang besar atas kejadian itu. Televisi Amerika CNBC menyatakan kerugian perusahaan Aramco mencapai 31 miliar dolar.

Serangan itu juga berdampak pada bursa saham Arab Saudi. Bursa saham negara itu langsung bereaksi terhadap serangan ke Aramco dan nilainya anjlok dua persen.

Di sisi lain, persoalan-persoalan lama seperti kasus pembunuhan keji terhadap Jamal Khashoggi  juga masih menghantui Arab Saudi. Abdul Aziz al-Faghm, pengawal pribadi Raja Salman dikabarkan tewas Sabtu lalu, tetapi ada banyak ketidakpastian penyebab pembunuhannya yang menimbulkan teka-teki hingga kini.

Pola pembunuhan mantan pengawal pribadi Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud ini agak mirip dengan Jamal Khashoggi. Pasalnya, pihak kepolisian rezim Al Saud dalam sebuah pernyataan menyebut Al-Faghm tewas dalam perkelahian di rumah temannya di Jeddah. 

Kemudian, Raja Salman menyampaikan belasungkawa atas kematian Al-Faghm kepada keluarganya. Pola ini juga diterapkan rezim Al Saud  dalam kasus pembunuhan Khashoggi.

Tapi klaim Polisi Saudi mengenai terbunuhnya al-Faghm di rumah temannya di Jedah dibantah oleh Mujtahid dicuitan twitternya. Ia meyakini Abdul Aziz al-Faghm terbunuh di dalam istana kerajaan Saudi.

Kemungkinan kedua kasus Al-Faghm, ia dibunuh karena kedengkian di tubuh anggota Garda Nasional Arab Saudi. Abdul Aziz Al-Faghm selama 30 tahun menjadi pengawal pribadi Raja Saudi. Oleh karena kinerjanya yang baik tahun lalu, ia dipromosikan oleh Raja Salman dan memasuki Lingkaran Pertama istana Saudi. Tampaknya ada pihak yang tidak menyukainya, dan inilah alasan pembunuhan terjadi.

Kemungkinan ketiga adalah pengulangan skenario Khashoggi terhadap Al-Faghm. Pembunuhan Al-Faghm terjadi menjelang malam ulang tahun pertama kejahatan keji terhadap Khashoggi dan hanya beberapa hari setelah Mohammed bin Salman menyatakan bertannggung jawab atas atas kasus pembunuhan Jamal Khashoggi.

Analis politik dan media meyakini Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan pengawal raja Saudi. Wartawan Saudi Ali al-Ahmed, di akun Twitter-nya menyebut kematian al-Faghm mencurigakan. Ia mengatakan pengawal pribadi raja Salman telah dipecat beberapa hari sebelumnya. Faktanya, Mohammed bin Salman tidak mempercayai Abdulb Aziz al-Faghm, dan krisis ketidakpercayaan telah mendominasi struktur kekuasaan Saudi.

Dalam nada yang sama, Mohammed Al-Masari, oposan Saudi yang tinggal di London lima bulan lalu telah memperingatkan kemungkinan pembunuhan Abdul Aziz al-Faghm di tangan putera mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Al-Masri menulis dalam pesan Twitternya, "Abdulaziz al-Faghm ... Bin Salman akan menyiram Anda dan anggota kelompokmu  besok dan menggantinya dengan beberapa orang Kolombia Black Water".

Tewasnya pelaku pembunuhan sebagaimana diklaim polisi juga mencurigakan. Polisi Saudi mengklaim Al-Faghm tewas dalam perselisihan dengan temannya, tapi yang aneh pelaku pembunuhan juga tewas  ditangan polisi yang sulit dipercaya. Perancang pembunuhan ini tampaknya telah berusaha mengambil pelajaran dari kasus Jamal Khashoggi dengan mengakhiri pelaku pembunuh Abdul Aziz supaya kasus ini ditutup dan dilupakan publik dunia.

Di sisi lain, puluhan orang terluka akibat kebakaran yang melanda Stasiun Kereta Api Cepat Haramain di Sulaymaniyah, Jeddah, Arab Saudi pada Minggu 30 Oktober 2019. Departemen Darurat dan Krisis di Urusan Kesehatan Jeddah mengatakan bahwa pihaknya telah mengevakuasi empat dari yang terluka ke rumah sakit di sebelah timur Jeddah. Sementara enam lainnya dirawat di tempat kejadian.

Kebakaran terjadi pada pukul 12.35 waktu setempat dan melalap atap lantai empat gedung stasiun itu baru bisa dipadamkan pasukan Pertahanan Sipil Arab Saudi, dengan dukungan helikopter, berjuang selama berjam-jam untuk memadamkan api. (RA)

Tags