Des 01, 2019 16:59 Asia/Jakarta

Sejak Maret 2015, Arab Saudi dan sejumlah negara Arab yang didukung Amerika Serikat memulai agresi militer ke Yaman. Invasi militer ini kian hari mencapai dimensi yang lebih luas.

Sejak serangan militer ke Yaman dimulai dan kejahatan perang koalisi pimpinan Arab Saudi meningkat, belasan ribu warga Yaman tewas dan puluhan ribu lainnya terluka.

Infrastruktur Yaman seperti rumah sakit, pelabuhan, sekolah, bandara, pabrik, pasar dan fasilitas publik lainnya menjadi sasaran serangan koalisi pimpinan Arab Saudi.

Tidak hanya itu, blokade penuh darat, laut dan udara menambah penderitaan rakyat Yaman dan menciptakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan di negara ini.  

Sebenarnya, kejahatan koalisi pimpinan Arab Saudi telah menuai gelombang protes dari opini publik, namun sayangnya, masyarakat internasional terutama PBB dan sekretaris jenderal organisasi internasinal ini bersikap pasif dalam merespon berbagai kejahatan pasukan agresor.

Mengingat catatan buruk PBB dan Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan krisis global, organisasi yang bertugas menjaga perdamaian dan keamanan dunia ini alih-alih melaksanakan tugas dan kewajibannya dan mendukung rakyat tertindas Yaman, namun justru terkesan menyertai langkah kejahatan koalisi pimpinan Arab Saudi.

Kelaparan, kekurangan gizi dan menyebarnya penyakit telah membunuh anak-anak Yaman. Hal ini di antaranya dikarenakan sistem kesehatan di Yaman telah hancur dan blokade pasukan koalisi terus berlanjut.

Setiap 10 menit setidaknya satu anak Yaman meninggal dunia karena penyakit yang dapat dicegah seperti diare, infeksi saluran pernapasan dan malnutrisi serta kelaparan. 22,5 dari 29 juta warga Yaman sangat membutuhkan bantuan mendesak, namun bantuan tidak dapat dilakukan disebabkan blokade.

Pada Desember 2016, Wakil UNICEF Meritxell Relano di Yaman mengatakan, keadaan kesehatan anak-anak di negara termiskin di Timur Tengah ini tidak pernah sebesar bencana seperti sekarang ini.

Dia menambahkan, kekurangan gizi di Yaman berada pada titik tertinggi sepanjang masa dan memburuk. Menurutnya.setidaknya 462.000 anak menderita kekurangan gizi akut yang parah, yang berarti mereka sangat kurus untuk tinggi badan mereka.

Pada November 2018, UNICEF juga melaporkan bahwa rata-rata setiap 10 menit satu anak Yaman meninggal dunia. Tercatat 400.000 anak-anak kelaparan dan 1,5 juta lainnya mengalami kekurangan gizi akut dan membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.

Pada akhir Oktober 2019, Administrator Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Achim Steiner mengumumkan bahwa satu anak di Yaman yang berusia di bawah lima tahun meninggal setiap 12 menit.

Steiner di akun Twitternya menulis, satu anak di bawah usia 5 tahun  meninggal setiap 12 menit di Yaman, di mana sebagian besar karena kekurangan air, nutrisi dasar, kesehatan dan obat-obatan akibat konflik.

Sebelumnya, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) juga mengungkapkan fakta-fakta suram bahwa seorang anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap 10 menitnya.

Menurut OCHA, lebih dari 1.400 anak telah meninggal dan lebih dari 2.140 terluka sejak agresi militer Arab Saudi dan sekutunya ke Yaman.

Belum lama ini, seorang pejabat di Kementerian Kesehatan dan Populasi Publik Yaman memperkirakan sekitar 10 bayi di bawah usia lima tahun meninggal dalam skala 10 menit akibat kelaparan akut yang kini melanda Yaman.

Taha al-Mutawakel memperingatkan bahwa blokade Arab Saudi yang kini tengah berlangsung di Yaman akan turut merenggut nyawa para bayi tersebut.

Dalam sebuah acara di Rumah Sakit al-Sabeen Maternal pada Sabtu (23/11/2019), Taha al-Mutawakel, mengatakan, enam bayi juga telah meninggal dunia setiap dua jam akibat buruknya kondisi kesehatan di negara Arab termiskin itu.

"Kami tidak meminta mainan dan video game, tapi kami meminta inkubator dan perangkat lainnya agar anak-anak itu bisa bertahan hidup," ujarnya.

Dia meminta PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya untuk mengatur ulang alokasi dana untuk Yaman.

Menurut Mutawakel, dana alokasi tersebut telah disia-siakan untuk membeli mobil dan pelayanan, namun tidak mengurangi penderitaan rakyat Yaman.

"Hentikan air mata Anda untuk anak-anak kami yang terbunuh. Anda tidak berniat untuk meredakan situasi tragis ini," kata Mutawakel dalam pidatonya kepada PBB.

Hingga sekarang, krisis kemanusiaan di Yaman telah berada pada level yang sangat mengkhawatirkan. 5.000 anak dilaporkan mengalami trauma akibat bunyi ledakan senjata pemusnah massal, yang sebagian telah dilarang oleh aturan internasional. (RA)

Tags