Apr 07, 2020 14:12 Asia/Jakarta
  • perkembangan iptek di Iran
    perkembangan iptek di Iran

Para peneliti di Universitas Ilmu Kedokteran Jundishapur, Ahvaz, dan Universitas Teknologi Mutakhir Quchan, Iran berhasil menemukan nanosensor yang sensitif dan cepat untuk mendeteksi tingkat keracunan asetaminofen serum pada serum darah manusia.

Menurut salah seorang peneliti, asetaminofen yang disebut juga paracetamol atau APAP merupakan salah satu komposisi obat yang paling banyak digunakan di dunia. Sejak tahun 1995, asetaminofen digunakan sebagai obat penurun panas dan penghilang nyeri yang sangat mudah didapatkan di mana saja. Keracunan asetaminofen setiap tahun menyebabkan 78 ribu orang dilarikan ke unit gawat darurat, dan mengakibatkan sekitar 500 kasus kematian di Amerika.
 
Saat ini, Rumack-Matthew nomogram yang memperlihatkan tingkat kekentalan serum asetaminofen berdasarkan masa yang dilalui dari penggunaan yang melebihi batas, digunakan untuk mendiagnosa pasien yang membutuhkan antidote, dan para pasien yang tingkat keracunan asetaminofennya lebih rendah dari batas pengobatan, serta tidak membutuhkan pengobatan.
 
Para peneliti mengatakan, meski sederhana dan mudah digunakan, nanogram ini memiliki sejumlah keterbatasan. Salah satu keterbatasan penting bagi para dokter di UGD adalah realitas bahwa kekentalan asetaminofen yang diukur 4 jam sebelum penggunaan, tidak dapat dibaca nomogram sehingga menyebabkan keterlambatan dalam pengobatan. Tujuan penemuan ini, katanya, adalah untuk membuat dan mengenalkan nanosensor sensitif dan cepat dalam mendeteksi tingkat serum toksik asetaminofen pada jam-jam awal penggunaan.
 
Menurut keterangan penemu nanosensor ini, karakteristik sebuah nanosensor ideal adalah kegunaannya yang sangat khusus untuk bentuk yang diinginkan, hasil yang diberikan nanosensor sesuai dengan jenis dan tingkat bentuk yang ditargetkan, kemampuan separasi dan selektivitas yang tinggi, kecepatan tinggi dalam memberikan hasil, dan tidak dipengaruhi perubahan kondisi lingkungan seperti suhu dan PH. Makalah ilmiah detail hasil penelitian ini sedang melalui proses editing, dan siap dikirim ke salah satu jurnal internasional.
 
----
 
Para peneliti Universitas Teknologi Amirkabir, Tehran membuat sensor nano dengan menggunakan nanopartikel perak yang memiliki sensitivitas dan kemampuan selektivitas tinggi, dan mampu mendeteksi ion-ion logam timbal dan merkuri di dalam air kota serta limbah industri. Menurut pelaksana proyek penelitian, pencemaran lingkungan hidup merupakan salah satu dampak industrialisasi penduduk dan perubahan hidup masyarakat dunia berkembang.
 
Limbah industri metalurgi dan kimia seperti produksi logam lembaran, pabrik pembuatan baterai, produksi kaca dan keramik, merupakan faktor terpenting pencemaran lingkungan hidup oleh timbal terutama pada air. Selain itu, merkuri juga mencemari lingkungan hidup melalui limbah tambang dan sampah rumah sakit, juga proses produksi logam dan semen. 
 
Para peneliti mengatakan, nanosensor plasmonik dan kegunaannya dapat mendeteksi ion logam berat seperti merkuri dan timbal dalam larutan air meski jumlahnya sangat sedikit. Identifikasi ini dapat dilakukan di lokasi dengan sangat cepat, sementara jika menggunakan metode-metode yang ada sekarang, kita harus mengambil sampel dari limbah industri, dan mengirimnya ke laboratorium lalu menunggu hasilnya.
 
Identifikasi ini dilakukan pertama dengan mensintesiskan nanopartikel perak dalam ukuran dan bentuk tertentu, dan dalam hal ini digunakan nanopartikel perak segitiga yang karena bentuk geometri khususnya, dapat mempengaruhi interaksi unik dengan ion. Peneliti menuturkan, salah satu kegunaan nanosensor ini adalah mendeteksi ion-ion logam berat pada limbah industri untuk mengukur tingkat pencemaran.
 
Selain itu, pengetahuan seputar kontrol sintetik dan termodinamik sintesisasi nanopartikel dapat digunakan dalam penelitian-penelitian terkait. 6 makalah ilmiah hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah ISI, Talanta, Nanotechnology, dan Sensors and Actuators B: Chemical.   
 
----
 
BrainNet

 

Para peneliti di Universitas Washington, Amerika untuk pertama kalinya berhasil menghubungkan tiga otak manusia dengan bantuan sebuah sistem bernama BrainNet. Mereka mengklaim metode yang baru ditemukan ini bisa menghubungkan tiga orang melalui otak mereka, dan menyelesaikan berbagai permasalahan.
 
Ini adalah jaringan otak petama dalam bentuknya, dan merupakan kemajuan penting di bidang komunikasi telepatik. Menurut para ilmuwan, ini adalah kali pertama seseorang bisa mengirim dan menerima informasi dengan otaknya. BrainNet juga disebut sebagai sistem pertama yang bisa digunakan secara bersamaan oleh lebih dari dua orang.
 
Dalam penelitian ini, dua orang dengan bantuan orang ketiga saling membantu melakukan sebuah aktivitas dengan menggunakan sebuah alat yang menghubungkan otak ketiganya. Uji coba dilakukan ketiga orang itu dengan memainkan permainan Tetris yang di dalamnya dua orang menjadi pengirim, dan dapat menyaksikan permainan, tapi tidak bisa mengontrolnya.
 
Orang ketiga atau penerima dapat melihat sebagian permainan, dan untuk memindahkan informasi melalui BrainNet ia tergantung pada dua orang pengirim sehingga bisa menyelesaikan permainan. Ketiga peserta permainan masing-masing berada di ruangan terpisah, dan tidak bisa berbicara satu sama lain atau saling melihat.
 
Salah seorang penemu BrainNet, Stocco mengatakan mereka mengembangkan jaringan otak dari tiga orang yang memungkinkan para peserta saling mengirimkan pikiran. Dalam hal ini, otak mereka akan saling berkomunikasi menggunakan permainan Tetris.
 
Para peneliti mengandalkan kombinasi electroencephalograms (EEGs) untuk merekam aktivitas listrik dan stimulasi magnetik transkranial (TMS) untuk mengirim info. Mereka menyebut komunikasi jaringan otak ke otak ini dengan sebutan BrainNet. Stocco dan rekan-rekanya sesama peneliti sudah melakukan penelitian sejak tahun 2015.
 
''Hasil penelitian kami meningkatkan kemungkinan antarmuka brain-to-brain di masa depan. Hal itu memungkinkan pemecahan masalah kooperatif oleh manusia menggunakan 'jejaring sosial' dari otak yang terhubung," kata Stocco.
 
Mereka membuat jaringan yang memungkinkan tiga orang untuk mengirim dan menerima informasi langsung ke otak mereka. Teknologi di balik jaringan relatif mudah. EEG mengukur aktivitas listrik otak. Mereka terdiri dari sejumlah elektroda yang ditempatkan pada tengkorak yang dapat mengambil aktivitas listrik di otak.
 
Dengan memfokuskan perhatian mereka pada LED yang berkedip dengan frekuensi berbeda, mereka dapat memodifikasi sinyal otak. Tiga orang dengan otak masing-masing dapat memutar balok yang ada di game Tetris hanya dengan menggunakan otak yang mengirim sinyal listrik.
 
Ilmuwan yang mengembangkan alat pembaca pikiran mengatakan bahwa penemuan ini akan dikembangkan lagi sehingga di masa depan kita bisa menghubungkan banyak otak sekaligus. Hasil penelitian ini dimuat pada jurnal ilmiah Scientific Reports.
 
----
 
Para peneliti di Universitas Teknik Munich, Jerman untuk pertama kalinya menciptakan sebuah obat dengan menggunakan DNA buatan yang dapat memuat tiga obat berbeda sekaligus. Obat multifungsi ini didesain sedemikian rupa sehingga setiap bagian obat yang berbeda dilepaskan di dalam tubuh pada waktu tertentu, dan dengan dosis yang sudah ditentukan, sehingga efek pengobatan yang diinginkan bisa dihasilkan.
 
Obat baru ini bisa menjadi pengganti yang tepat bagi berbagai jenis obat yang terpaksa dikonsumsi penderita penyakit berat setiap hari. Para pasien yang setiap hari harus mengkonsumsi beberapa tablet dan kapsul sesuai dosis yang ditentukan pada waktu-waktu khusus untuk menyembuhkan penyakitnya, mulai sekarang bisa mengkonsumsi satu jenis obat saja.
 
Sebagai contoh, misalnya dapat diciptakan sebuah obat yang bisa mengurangi rasa sakit saat operasi bedah, kemudian menyembuhkan radang di tubuh pasien, dan akhirnya menyembuhkan bengkak. 
 
Untuk memproduksi obat ini digunakan hidrogel khusus yang mengandung nanopartikel emas, perak dan besi oksida. Akan tetapi sampai sekarang masih belum jelas kapan obat semacam ini bisa mulai dipasarkan.[]