Filosofi Hukum dalam Islam (15)
Hari ini tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan hari kelahiran salah satu cucu Rasulullah Saw, Imam Hasan Mujtaba as, akan manyajikan topik mengenai puasa yang memiliki sejarah panjang dan bukan hanya khusus untuk umat Islam, tapi juga sudah ada sejak umat terdahulu.
Allah Swt berfirman di surah al-Baqara ayat 183 yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Ayat ini juga menunjukkan bahwa puasa juga termasuk ibadah agama besar Ilahi lainnya. Dengan mempelajari Taurat dan Injil yang ada juga disebutkan ibadah puasa telah diwajibkan di antara umat Yahudi dan Nasrani serta umat-umat lainnya.
Di Taurat disebutkan, Ketika saya datang ke gunung, di mana saya diberi lauh (tablet batu), yaitu lauh perjanjian yang Allah buat dengan kalian, saya tinggal di gunung selama empat puluh hari dan empat puluh malam, tidak makan atau minum air.
Selain itu juga disebutkan, Kebanyakan orang Yahudi berpuasa pada saat mereka ingin menunjukkan ketidakberdayaan mereka kepada Allah untuk mengakui dosa-dosa mereka. Dan dengan bertaubat mereka meraih keridhaan Allah Swt.
Puasa setahun sekali telah menjadi tradisi di antara umat Yahudi. Ada juga puasa harian dan wakut singkat untuk memperingati bencana Jerusalem serta kasus serupa.
Selain dari ajaran Yahudi, puasa juga menjadi tradisi di kaum Nasrani. "Ketika Isa diperintahkan Tuhan pergi ke padang belantara dan iblis meminta supaya dapat mengujinya...Kemudian ia berpuasa selama 40 hari. (Injil Matta, bab 4) Hawariyun , setelah Nabi Isa, juga berpuasa. Seperti disebutkan di Injil:"Mereka mengatakan bahwa bagaimana murid Yahya senantiasa berpuasa, namun murid dan pegikutmu makan dan minum?...Tapi akan datang suatu hari mereka juga berpuasa." (Injil, Bab 5)
Hal ini juga patut dicatat bahwa meski puasa seperti yang dijelaskan oleh al-Quran juga ada di umat sebelum Islam dan juga sebuah kewajiban, namun tidak ada kesamaan di tata caranya mengingat kondisi geografi dan waktu. Dapat dikatakan bahwa etika puasa di Islam tidak dapat disamakan dengan agama Samawi yang lain dan etika ini khusus untuk agama Islam. Misalnya di antara pengikut agama sebelumnya berpuasa terbatas pada menghindari memakan daging atau susu atau tidak makan dan minum secara total. Al-Quran juga menyebutkan kisah puasa Nabi Zakaria dan Sayidah Maryam (puasa tidak berbicara).
Kita juga mengetahui bahwa pengikut agama sebelumnya dan di antara kaum di berbegai belahan dunia seperti Mesir dan Yunani serta Romawi kuno, puasa juga marak dan bahkan penyembah berhala pun juga meyakini puasa serta saat ini mereka tetap menjalankan puasa menurut keyakinannya. Dengan demikian puasa dan berpuasa sebuah ibadah yang ada di seluruh agama Ilahi dan bahkan agama non Ilahi. Namun pertanyaannya adalah apa filosofi puasa dan berpuasa?
Di fase terakhir ayat 183 Surah al-Baqara yang sebelumnya telah kami sebutkan, dan setelah Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu...disebutkan alasan terpenting kewajiban puasa yakni supaya kamu bertakwa.
Meski ada banyak alasan untuk efek spiritual dan pendidikan dari puasa dalam teks dan riwayat Islam, namun al-Quran sangat menekankan efek takwa dari yang lainnya. Hal ini karena, jika takwa Ilahi telah tertanam pada seseorang, seluruh nilai moral dan manusiawi akan termanifestasi di manusia seperti ini dan mereka akan terhindar dari mereka.
Untuk memahami seberapa penting posisi dan peran menentukan takwa, kita cukup memahami bahwa di al-Quran kalimat takwa disebutkan sebanyak 17 kali. Pertanyaan pertama yang muncul adalah, apa arti takwa? Takwa adalah kekuatan spiritual yang muncul dari pergulatan terus-menerus dengan hawa nafsu dan godaan setan. Kondisi ini membuat spiritual semakin kuat dan terlindungi.
Rasulullah Saw bersabda, "Siapa saja yang menjadikan takwa sebagai kondisi hariannya, maka ia mendapat kebaikan dunia dan akhirat." Imam Ali berkata, "Takwa kunci kebaikan dan cadangan hari Kiamat, faktor kebebasan dari segala bentuk perbudakan dan juga faktor keselamatan dari kehancuran."
Oleh karena itu, takwa memainkan peran penting di seluruh perilaku dan sikap individu serta masyarakat di seluruh bidang. Melalui takwa, para wali Allah meraih derajat tinggi malakuti.
Imam Ali as berkata,"Takwa Ilahi membuat para Wali Allah berada di bawah lindungan Tuhan serta mencegah mereka melanggar larangan-Nya dan hati mereka takut melanggar perintah-Nya."
Allah Swt di Surah Yunus ayat 62-64 berfirman, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar."
Mengingat ajaran ini akan jelas bahwa mengapa Tuhan menyebutkan takwa sebagai salah satu alasan terpenting dan filosofi kewajiban puasa. Yakni supaya kita mampu meraih derajat tinggi seperti wali Allah melalui rahmat Ilahi ini.