Sep 07, 2020 16:51 Asia/Jakarta
  • perkembangan iptek di Iran
    perkembangan iptek di Iran

Sekelompok peneliti termasuk seorang ilmuwan keturunan Iran, Abolfazl Dostparast Tarshizi, berhasil menemukan gen asli penyebab penyakit Skizofrenia.

Penemuan ini membantu proses pembuatan obat yang lebih baik untuk mengobati penyakit ini. Para ilmuwan itu dalam penelitiannya menggunakan sejumlah peralatan komputer terkait transkripsi gen dalam skala luas dari jaringan otak.
 
Dengan metode ini, mereka berhasil menemukan gen asli penyebab penyakit Skizofrenia yang berpengaruh pada proses awal pertumbuhan otak manusia. Penemuan ini di masa depan dapat membantu produksi obat-obatan untuk mengatasi gangguan jiwa akibat penyakit dalam system saraf atau Neuropsikiatri. 
 
Menurut kepala tim peneliti di rumah sakit anak Philadelphia, Amerika Serikat, karena ada ratusan sampai ribuan gen yang berisiko terkena penyakit Skizofrenia, maka penemuan gen terpenting yang berpengaruh pada penyakit ini, memiliki kekhususan tersendiri.
 
Penentuan gen penyebab utama Skizofrenia membantu kita untuk memberikan pengobatan lebih baik di masa depan. Meski hanya satu dari 100 orang dewasa yang terserang penyakit ini, namun Skizofrenia dan struktur genetik Neuropsikiatri ini sangat rumit, sehingga masih menyisakan banyak pertanyaan dalam hal ini.
 
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan metode-metode biologi pada sistem komputer untuk mendeteksi jalur asli terkait penyakit Skizofrenia, sehingga penyebab asli dalam jalur ini bisa ditemukan yang berpengaruh pada ratusan gen dari hilir. Para peneliti mengkaji dua kategori informasi dari sampel biologis para penderita Skizofrenia dan orang sehat.
 
Mereka dengan menggunakan algoritma yang dikembangkan di Universitas Columbia, merekonstruksi proses transkripsi jaringan gen. Para peneliti itu menyadari bahwa gen TCF4 adalah faktor penyusun asli Skizofrenia. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Science Advances.
 
----
 
Para peneliti dengan mengkaji karakteristik-karakteristik metabolisme sel punca, berhasil mengungkap penyebab kematian sel-sel punca mesenkimal atau MSC pasca proses transplantasi. Di tengah semangat untuk menggunakan sel punca mesenkimal dalam pengobatan, upaya-upaya klinis yang sudah dilakukan tetap tidak mampu memenuhi harapan.
 
Salah satu kendala asasi kesuksesan metode pengobatan ini adalah matinya sejumlah banyak sel pasca transplantasi. Tidak adanya pembuluh darah aktif pada struktur yang sudah direkayasa untuk mentransfer sel punca mesenkimal ke lokasi target, merupakan salah satu penyebab kematian sejumlah banyak sel punca ini pasca transplantasi.
 
Pada kenyataannya sel-sel punca mesenkimal setelah transplantasi di tempat bertumpuknya sel, dengan jumlah oksigen dan bahan makanan yang sedikit. Karena alasan ini, supaya transplantasi sel punca mesenkimal relung atau yang sudah direkayasa, harus dipastikan kebutuhan sel punca mesenkimal terpenuhi saat oksigen langka. 
 
Untuk memahami lebih baik kebutuhan-kebutuhan sel punca ini pasca transplantasi, tim peneliti Prancis meneliti dampak dua faktor utama kekurangan glukosa dan tidak adanya oksigen secara terus menerus, terhadap kemampuan bertahan hidup, dan aktivitas sel punca mesenkimal. Tim peneliti menemukan bahwa sel-sel punca mesenkimal bertahan hidup secara terpisah dari Stres oksidatif.
 
Pada kenyataannya sel-sel punca mesenkimal manusia, jika tidak berada dalam kondisi kelangkaan glukosa, bisa bertahan hidup pada kondisi hampir kehilangan oksigen, dan mempertahankan kemampuan membelah diri pada kondisi laboratorium, dan lebih penting dari semua, kemampuan menyembuhkan diri pada kondisi transplantasi.
 
Tim peneliti ini membuktikan bahwa pada kondisi ketika oksigen hampir habis, sel-sel punca mesenkimal manusia kehilangan kemampuan untuk memanfaatkan Glutamina, Serina dan exogenous pyruvate sebagai sumber asupan energi, dan secara terbatas bersandar pada glukosa sebagai sumber energi, dan memanfaatkan Glikolisis anaerob untuk memasok kebutuhan ATP.
 
Dalam penelitian ini, para peneliti mengidentifikasi tiga karakter asasi metabolisme sel punca mesenkimal manusia yang sangat urgen untuk digunakan dalam pengobatan regeneratif. Sel-sel punca mesenkimal tidak bisa menyesuaikan diri dengan kelangkaan glukosa eksogen.
 
Sel-sel ini memiliki cadangan glukosa yang sangat sedikit di dalam tubuhnya, dan tidak memiliki cadangan ATP sama sekali. Karakteristik ini menyebabkan hilangnya kemampuan pengganti, dan sumber energi yang merupakan penyebab utama kematian sel punca mesenkimal pasca transplantasi.
 
Hasil penelitian ini telah menciptakan perubahan keyakinan umum yang menyatakan bahwa kelangkaan oksigen adalah penyebab asli kematian sel punca mesenkimal pasca transplantasi, dan membuktikan bahwa ketika glokusa tersedia, sel-sel ini meski hampir kehilangan oksigen, masih mampu bertahan hidup dan menyembuhkan diri.
 
----
 
Gilan University, Iran

 

Salah seorang staf pengajar di Universitas Gilan, Iran bersama sebuah tim internasional berhasil mengidentifikasi 18 spesies serangga air.
 
Peneliti ini selama 2 tahun penelitiannya bersama tim internasional yang terdiri dari pengajar akademi sains dan Universitas South Bohemia, Republik Ceko, museum sejarah alam Stuttgart, Jerman, museum sejarah alam Ukraina, dan Asghar Abdali dari Universitas Shahid Behehsti, berhasil membuat daftar nama (checklist) serangga Ephemeroptera pertama di Iran, dan setelah dilakukan kajian sistematis, molekuler dan pemindaian elektronik, merka berhasil mengidentifikasi 18 spesies baru dari Iran. 
 
Penelitian dilakukan antara tahun 1996-1997, dan meliputi kajian parameter-parameter fisik-kimia, dan pengambilan sampel larva serangga Ephemeroptera dari 38 sungai, dan anak sungai di Provinsi Gilan dan Ardabil. Salah satu sampel yang berhasil dikenali bernama Procloeon Capsicum dan hanya ditemukan di utara Iran, juga dijelaskan secara detail dalam daftar nama ini.
 
Kerja sama internasional ini masih berlangsung, dan pengambilan sampel di Provinsi Mazandaran, Golestan, Hamedan, Kurdistan, Kermanshah, Lorestan dan Khozestan juga sudah dilakukan. Kajian terhadap sampel-sampel terus dilakukan, dan dengan memperhatikan keragaman hayati yang sangat kaya di Iran, terutama serangga air, terbuka kemungkinan ditemukannya spesies-spesies baru yang tidak pernah ditemukan sebelumnya dimanapun. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Zookeys pada tahun 2018.
 
----
 
Perubahan cuaca ekstrem menyebabkan para pecinta alam, dan pendaki gunung tidak bisa tidur cukup menggunakan kantong tidur. Akan tetapi baru-baru ini sebuah perusahaan Amerika memproduksi kantong tidur cerdas pertama di dunia bernama Bundl yang bisa menyesuaikan suhu yang tepat untuk tidur seseorang dengan menggunakan sensor, dan menciptakan suhu dengan sistem pemanas listrik yang dipasang didalamnya.
 
Kantong tidur tersebut dilengkapi dengan sensor cerdas, dan memberikan kehangatan sesuai dengan kebutuhan setiap orang, sehingga ia bisa tidur cukup di alam bebas. Kantong tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok para pecinta alam. Namun pengaturan suhu yang tepat sehingga orang yang memakainya bisa tidur dengan nyaman, bukan hal yang mudah. 
 
Kantong tidur ini dijual bersama sebuah aplikasi telepon genggam sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengatur suhu yang sesuai baginya. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, pengguna bisa membagi suhu kantong tidur ini dalam tiga bagian, sehingga suhu pada bagian atas, tengah dan bawah tubuh pengguna bisa diatur secara berbeda.
 
Sistem penghangat kantong tidur ini sangat unik, dan dibuat dengan bahan karbon anti-air, ringan, hemat, mudah dan fleksibel. Sampai sekarang belum ada informasi kapan produk ini akan dilempar ke pasar, dan berapa harganya.
 
----
 
Para peneliti baru-baru ini menemukan sebuah benua kuno yang tersembunyi di bumi. Mereka menemukan benua ini saat meakukan rekonstruksi proses penyempurnaan geologis kawasan Mediterania. Benua yang dinamai Greater Adria ini memiliki luas seukuran Greenland, dan terpisah dari utara Afrika dan tenggelam di bawah Eropa Selatan 120 tahun setelah terpisah dari Afrika Utara.
 
Salah satu peneliti yang juga dosen Universitas Utrecht, Belanda, menyarankan agar kita melupakan Atlantis. Banyak pakar tanpa sadar telah menghabiskan masa liburannya di atas benua yang hilang ini. Kajian penyempurnaan barisan pegunungan pada dasarnya menunjukkan penyempurnaan benua-benua.
 
Sebagian besar barisan pegunungan yang sampai sekarang sudah diteliti, terkait dengan sebuah benua yang terpisah dari utara Afrika lebih dari 200 juta tahun lalu. Satu-satunya bagian yang tersisa dari benua ini adalah jalur yang terdapat di Laut Arktik, dan terbentang dari Turin hingga ujung Italia. Para ahli geologi menamakan wilayah ini Adria. Oleh karena itu para ilmuwan menamai benua besar yang baru ditemukan sebagai Greater Adria. 
 
Di sisi lain harus diperhatikan lempeng-lempeng tektonik pada hakikatnya adalah dasar dari konsep terbentuknya bennua dan samudra. Di berbagai bagian bumi, lempeng-lempeng tektonik saat bergerak bersamaan di tempat-tempat tertentu dengan banyak patahan, tidak mengalami perubahan. Akan tetapi di Turki dan kawasan Mediterania, teori ini tidak berlaku. Menurut para peneliti, ini adalah realitas yang aneh.
 
Di kawasan ini semuanya merunduk, patah dan berkumpul. Sebagai contoh, Himalaya jika dibandingkan dengan wilayah ini, memiliki struktur yang sangat sederhana. Sebagian besar bagian Benua Besar Adria ada di bawah air yang ditutupi karang, sedimen, dan lautan dangkal.
 
Saat Benua Besar Adria tenggelam di bawah Eropa Selatan, muncul sedimen-sedimen batuan mirip gunung. Batuan-batuan ini berubah menjadi barisan pegunungan di wilayah Alpen, Apennine, Balkan, Yunani, dan Turki. Kenyatannya, tenggelamnya satu lempeng tektonik di bawah lempeng lainnya, adalah sebab asli terbentuknya barisan pegunungan.
 
Penelitian ini membuka visi baru yang luas terkait gunung berapi, dan gempa bumi. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Gondwana Research.[]