Lintas Warta 17 September 2020
Kesalahan Strategis UEA dan Bahrain yang Tidak Bisa Dimaafkan
Prosesi penandatanganan perjanjian kompromi antara Bahrain, UEA dengan rezim Zionis telah berlangsung Selasa (15/9/2020) di Gedung Putih.
Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed, Menteri Luar Negeri Bahrain Abdul Latif al-Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS, Donald Trump mengklaim perjanjian itu akan membuka jalan bagi diakhirinya konflik dan membawa perdamaian ke kawasan Asia Barat.
Klaim ini muncul di saat banyak analis independen percaya bahwa kesepakatan kompromi dengan rezim Zionis tersebut bukan hanya tidak mengarah pada perdamaian di Timur Tengah, bahkan merupakan contoh dari kesalahan yang tidak bisa dimaafkan.
Pertama dan terpenting, rezim Zionis bukan hanya tidak membebaskan bagian manapun dari wilayah pendudukan sebagai tanggapan atas kesepakatan ini. Tetapi, mereka juga tidak menghentikan agresi dan pendudukan di berbagai wilayah Palestina. Pada saat yang sama, blokade brutal selama 14 tahun di Jalur Gaza belum berakhir.
Dalam keadaan seperti itu, tindakan UEA dan Bahrain dianggap mendukung pendudukan dan kejahatan rezim Zionis, serta meningkatkan kejahatan. Profesor sejarah universitas California, David Yaghoubian mengatakan, "Alih-alih berupaya mewujudkan stabilitas dan keamanan di kalangan masyarakat dan bekerja sama dengan negara-negara kawasan, para penguasa UEA dan Bahrain justru mengikuti ilusi Netanyahu dan Trump,".