Pergerakan Teroris di Suriah, Babak Baru Aksi Zionis-AS Menghadapi Perlawanan
(last modified Sat, 30 Nov 2024 03:55:28 GMT )
Nov 30, 2024 10:55 Asia/Jakarta
  • Tank tentara Suriah
    Tank tentara Suriah

Pada saat yang sama dengan gencatan senjata antara rezim Zionis dan Lebanon, teroris di Suriah utara sekali lagi memulai aktivitas mereka dan melakukan aksi teroris terhadap integritas wilayah negara ini.

Kelompok bersenjata ilegal yang berafiliasi dengan kelompok teroris Front Al-Nusra menyerang wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah di provinsi Aleppo dan Idlib sejak Rabu lalu.

Televisi Al-Mayadeen melaporkan bahwa kelompok teroris yang berafiliasi dengan Tahrir al-Sham (Front Al-Nusra) telah memasuki wilayah Suriah dalam bentuk beberapa kelompok melalui penyeberangan Turki.

Berdasarkan perjanjian tahun 2017 antara Iran, Rusia dan Turki sebagai penjamin perdamaian Astana, ditetapkan empat zona aman di Suriah (mengurangi ketegangan).

Tiga wilayah berada di bawah kendali tentara Suriah pada tahun 2018, tapi wilayah keempat, yang meliputi provinsi Idlib di barat laut Suriah, sebagian provinsi Latakia, Hama dan Aleppo, masih berada di tangan kelompok teroris dan dikatakan bahwa yang menguasai lebih banyak wilayah tersebut adalah  kelompok teroris Tahrir al-Sham (Front Al-Nusra).

Pada akhir musim panas 2018, para pemimpin Rusia dan Turki mencapai kesepakatan di Sochi, di mana Turki berjanji untuk melenyapkan atau melucuti senjata teroris yang berbasis di wilayah ini tanpa pertumpahan darah, sesuatu yang tidak terjadi di mata para pengamat.

Poin pentingnya adalah saat para teroris kembali meningkatkan gerakannya melawan pemerintah Suriah.

Ketika rezim Zionis dan Lebanon mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata dalam beberapa hari terakhir, aktivitas teroris terhadap Suriah kembali dimulai.

Oleh karena itu, babak baru gerakan teroris di Suriah harus dianggap sebagai babak baru aksi Zionis-Amerika terhadap Poros Perlawanan di kawasan Asia Barat, yang tampaknya dilakukan atas kerja sama beberapa negara di kawasan.

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Iran Sayid Abbas Araghchi, dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Lebanon Abdullah Bou Habib menyambut baik kesepakatan yang dicapai antara Lebanon dan rezim Zionis, dan mengacu pada perkembangan terkini di Suriah dan pengaktifan kembali kelompok teroris Takfiri, menyebut Insiden-insiden ini merupakan rancangan Amerika-Zionis untuk mengganggu stabilitas dan keamanan kawasan setelah kegagalan rezim Zionis melawan perlawanan dan menekankan perlunya menangani fenomena terorisme yang mengerikan secara efektif.

Amerika dan rezim Zionis, setelah empat belas bulan melakukan kejahatan di Gaza dan Lebanon dan kegagalan mencapai tujuan mereka melawan kelompok perlawanan, dengan gencatan senjata di Lebanon dan aktivasi kekuatan teroris di Suriah, berupaya untuk memperbarui kekuatan mereka, memperlengkapi lebih banyak kekuatan, dan meminggirkan kegagalan mereka dan memukul poros dukungan dari Pront Perlawanan di Suriah.

Perkembangan yang terjadi di Suriah saat ini sekali lagi mengungkap kebohongan besar Amerika dan negara-negara Barat mengenai slogan hak asasi manusia dan perang melawan teroris.

Hak asasi manusia dan pemberantasan teroris nyatanya merupakan alasan dan senjata modern untuk mencapai tujuan arogansi global yang belum tercapai di bidang lain.(sl)