Sep 24, 2020 19:06 Asia/Jakarta

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, kami tidak perlu membeli senjata dari Eropa jika mereka membatasi penjualan senjata ke Iran. Dia menambahkan bahwa Rusia dan China dapat menjadi mitra dagang yang baik.

Hal itu disampaikan Zarif dalam sebuah wawancara pada hari Sabtu, 19 September 2020 sebagai reaksi atas kemungkinan langkah Inggris, Prancis dan Jerman untuk membatasi penjualan senjata ke Iran setelah berakhirnya embargo senjata PBB terhadap Iran pada Oktober 2020.

"Kami belum menjadi pelanggan senjata Eropa, dan mereka tidak menjual senjata kepada kami setelah Revolusi 1979. … Mereka bahkan menjalankan kampanye selama perang yang dipaksakan Irak tahun 1980-an terhadap Iran untuk mencegah pengiriman senjata ke Republik Islam," kata Zarif seperti dikutip FNA, Minggu (20/9/2020).

Zarif menambahkan, kami tidak akan memaksa mereka untuk menjual senjata kepada kami sekarang, karena kami tidak membutuhkan senjata mereka.

Dia menekankan bahwa seperempat dari pembelian senjata berakhir di kawasan Teluk Persia, sedangkan Iran bukan bagian dari perdagangan ini.

"Namun, Iran dapat memenuhi kebutuhan strategisnya melalui negara-negara yang berinteraksi dengannya, seperti Rusia dan China; meskipun dalam banyak kasus, Iran bisa mandiri, dan merupakan eksportir (senjata) itu sendiri," ujarnya.

Zarif menuturkan, Iran telah menjadi swasembada dalam banyak aspek, tetapi jika diperlukan, negara lain akan memiliki hak untuk berdagang dengan Iran setelah embargo PBB dicabut.

Menyusul kegagalan yang memalukan di Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, AS baru-baru ini mengancam akan menggunakan sanksi "sekunder" untuk memblokir perdagangan senjata apa pun dengan Tehran setelah berakhirnya embargo tersebut.

Perwakilan Khusus AS untuk Venezuela dan Iran Elliott Abrams mengklaim bahwa Washington dapat menolak akses ke pasar AS bagi siapa pun yang berdagang senjata dengan Tehran.

Menurutnya, sanksi "akan berdampak sangat signifikan" pada produsen dan pedagang senjata yang berusaha untuk berbisnis dengan Tehran. Inisiatif AS ini juga diharapkan dapat mencegah perusahaan Eropa menjual senjata dan peralatan militer ke Iran.

Menlu Iran lebih lanjut menyinggung pernyataan terbaru Ingris, Prancis dan Jerman yang mengklaim bahwa mereka telah "melampaui komitmen mereka sendiri" terhadap Iran dengan meluncurkan Instrumen untuk Mendukung Bursa Perdagangan (INSTEX), yaitu sebuah mekanisme Eropa yang seharusnya memfasilitasi perdagangan dengan Iran di tengah sanksi Amerika Serikat.

"Mereka bercanda. Tiga negara yang memproklamirkan dirinya sebagai kekuatan dunia ini gagal menghadapi penindasan AS. Mereka gagal, meski belum banyak upaya," tuturnya.

Zarif menjelaskan, orang-orang Eropa memiliki 11 komitmen yang harus dipenuhi, dan INSTEX bukan salah satunya, tapi prasyarat. Namun, lanjutnya, mereka gagal memenuhinya dan mengatakan orang Amerika tidak mengizinkannya. Jika kami menerima kata-kata mereka sendiri, mereka mengakui bahwa orang Amerika telah mencegahnya.

"Ini di bawah martabat Eropa. Ekonomi Uni Eropa lebih besar dari Amerika. Lalu mengapa Anda gagal menolak penindasan AS, yang sekarang memengaruhi Anda?" tanya Zarif.

Pada awal September 2020, Wakil Menlu Iran Sayid Abbas Araqchi mengatakan bahwa transaksi komersial Uni Eropa melalui Instrumen yang Mendukung Pertukaran Perdagangan (INSTEX) tidak memuaskan untuk Iran dan Tehran tidak mengandalkan sistem tersebut.

"Sekarang sudah dua tahun ide (tentang INSTEX) telah dimulai dan sekarang ada dan pertukaran keuangan pertama telah dilakukan, dan sejumlah bursa keuangan lainnya sedang dalam agenda tetapi kenyataannya adalah efektivitasnya terbukti jauh lebih rendah dari harapan kami," kata Araqchi kepada wartawan setelah berpartisipasi dalam pertemuan Komisi Bersama Rencana Aksi Komprehensif (JCPOA) di Wina pada Selasa malam 1 September 2020.

Wamenlu Iran menggarisbawahi bahwa Iran tidak mengandalkan INSTEX dan tidak mempercayai dan bergantung pada Eropa dan INSTEX.

Menurut Araqchi, perdagangan Iran dan sektor komersial melakukan aktivitasnya melalui metodenya sendiri.

"Jika kami dapat membantu perdagangan negara melalui INSTEX, kami akan melakukannya tetapi kami tidak mempercayai dan mengandalkan sistem ini," pungkasnya. (RA)