Okt 14, 2020 20:02 Asia/Jakarta

Konflik Nagorno-Karabakh antara Republik Azerbaijan dan Armenia berlanjut dan telah menimbulkan korban nyawa dan materi dari kedua belah pihak. Perang ini juga mengancam stabilitas keamanan negara-negara tetanga dan berdampak buruk pada keamanan dan ekonomi di kawasan.

Negara-negara di kawasan terutama Republik Islam Iran dan Rusia telah berulang kali mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk segera menghentikan konflik dan datang ke meja perundingan.

Iran juga menyatakan kesiapannya untuk menjadi penengah guna mengakhiri perang antara Azerbaijan dan Armenia.  Para pejabat Kementerian Luar Negeri Iran selama beberapa hari terakhir mengabarkan upaya maksimal untuk meyakinkan pihak yang bertikai agar menerima rencana perdamaian yang diusulkan Iran. Namun belum ada titik terang tentang perdamaian kedua negara.

Sekalipun kesepakatan gencatan senjata sudah dicapai oleh Armenia dan Azerbaijan, namun Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengabarkan berlanjutnya pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh.

Kemenhan Azerbaijan, Sabtu (10/10/2020) mengumumkan, pertempuran sejak Jumat malam terus berlangsung di Nagorno-Karabakh dan pihak Armenia mengalami kerugian cukup besar.

Menurut Kemenhan Azerbaijan, pertempuran di sepanjang garis depan terus berlangsung sejak 9-10 Oktober 2020, dan tembakan musuh tidak pernah berhenti.

Salah satu wartawan Sputnik di lokasi melaporkan, suara sirine tanda bahaya, Sabtu (10/10/2020) terdengar di seluruh penjuru kota Stepanakert di pusat Nagorno-Karabakh.

Pasukan Azerbaijan mengklaim telah menghancurkan 13 unit tank, 4 peluncur rudal, dan sejumlah banyak peralatan militer berat Armenia.

Pada saat yang sama, Turki yang kini menjadi pendukung serius Azerbaijan dalam perang tersebut, tidak berniat untuk mengakhiri aksinya yang berpotensi menjadi ancaman serius bagi negara tetangga Azerbaijan, termasuk Rusia dan Iran.

Menurut pakar politik Mohammad Ali Dastmali, Turki berupaya memperkuat hubungan politik, ekonomi dan pertahanan dengan Azerbaijan demi kepentingannya sendiri, terutama kepentingan geopolitiknya yang memanfaatkan Azerbaijan sebagai pemasok gas bagi negaranya.

Dengan pertimbangan keamanan dan konsekuensi dari perang baru di Nagorno-Karabakh, Rusia menyerukan gencatan senjata dan mengakhiri konflik secepat mungkin. Ratusan orang telah terbunuh di kedua pihak yang berperang. 

Direktur Dinas Intelejen Luar Negeri Rusia Sergei Naryshkin mengungkapkan kekhawatiran bahwa Nagorno-Karabakh bisa menjadi pangkalan bagi kelompok-kelompok teroris untuk masuk dan menyerang negara-negara tetangga. Oleh karena itu, Rusia terus mendesak Azerbaijan dan Armenia untuk segera mengakhir konflik.

Dia menambahkan, eskalasi konflik bersenjata di Nagorno-Karabakh, bak magnet yang akan menarik milisi dari berbagai organisasi teroris internasional dengan harapan mendapat upah tinggi. Mereka, lanjut Naryshkin, bisa masuk ke negara-negara tetangga melalui Azerbaijan dan Armenia di mana ini adalah masalah yang  mengkhawatirkan.

Sebelumnya dilaporkan bahwa rezim Zionis Israel berusaha memindahkan milisi dan teroris ke wilayah Kaukasus. Sementara Turki terus mendorong pemerintahan Presiden Ilham Aliyef untuk melanjutkan perang dengan Armenia. Langkah Turki ini menunjukkan dengan jelas bahwa Ankara hanya mengejar kepentinganya dalam perang antara Azerbaijan dan Armenia.

Jika konflik ini berlanjut dan usulan perdamian diabaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai, maka korban akan semakin banyak dan dampak buruk dari perang ini akan semakin luas tidak hanya di sektor keamanan, tetapi juga di bidang ekonomi negara-negara di kawasan konflik. (RA)

Tags