Nov 01, 2020 18:06 Asia/Jakarta

Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat John Bolton telah mengaku menerima uang dari kelompok teroris MKO (Mujahedin-e-Khalq Organization) yang telah meneror belasan ribu warga Iran.

Bolton menerima uang itu pada saat MKO masih merupakan kelompok teroris terlarang dan tidak dihapus dari daftar hitam AS. Kelompok teroris ini bertanggung jawab atas berbagai kejahatan terhadap rakyat dan pejabat Iran.

MKO telah melakukan beragam serangan teroris terhadap warga sipil dan pejabat pemerintah Iran sejak kemenangan Revolusi Islam Iran pada 1979. Dari hampir 17.000 warga Iran yang terbunuh dalam serangan teroris selama empat dekade terakhir, sekitar 12.000 telah menjadi korban teror MKO.

AS dan Uni Eropa telah menghapus MKO dari daftar organisasi teroris. Teroris MKO menikmati kebebasan aktivitas di AS dan Eropa dan bahkan mengadakan pertemuan dengan para pejabat Amerika, Uni Eropa dan Arab Saudi.

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Kongres MKO di Paris, ibu kota Perancis pada 30 Juni 2018, dihadiri para mantan pejabat tinggi Barat dan Arab, dan para peserta bayaran dari negara-negara Eropa.

Para politisi Barat yang hadir dalam kongres  dan konferensi tahunan itu juga memberikan santunan besar untuk MKO agar bisa menggulingkan Republik Islam Iran. Konferensi sebelumnya dihadiri Turki al-Faisal, mantan ketua Dinas Intelijen Arab Saudi. Al-Faisal, pada konferensi tahunan kelompok teroris MKO di Paris itu menjanjian dukungan penuh untuk kemenangan MKO dalam merongrong Republik Islam Iran.

Kala itu, The Washington Times menurunkan laporan khusus terkait konferensi tahunan kelompok teroris MKO dan menulis, "Bersama dengan kelompok ini, perubahan di Iran telah dekat."

MKO atau yang disebut di Iran dengan nama Organisasi Munafikin Khalq itu, terbentuk pada tahun-tahun pertama pasca Kemenangan Revolusi Islam. MKO melakukan berbagai aksi teror bersenjata dan banyak kejahatan di Iran.

Hanya selama dua tahun dari 1979-1981, anggota teroris MKO telah meneror banyak pejabat, pasukan revolusioner dan warga Iran.

Di antara kejahatan MKO adalah peledakan kantor pusat Partai Republik Islam pada 28 Juni 1981, pemboman kantor perdana menteri Iran, koordinasi aksi bersenjata massa pada Juli 1988 dengan sandi operasi "Forough-e Javidan", serangan secara bersamaan terhadap kedubes dan konsulat Iran di 13 negara pada April 1992, serta peledakan bom di makam Imam Ridha as di kota Mashhad pada 20 Juni 1994 yang merenggut 25 nyawa dan melukai 70 orang.

Kejahatan-kejahatan MKO tersebut mendapat dukungan dari AS, rezim Zionis Israel, Perancis dan sejumlah negara lainnya. The Independent terbitan Inggris menyinggung dukungan AS kepada MKO dan menulis:

"Dukungan finansial AS kepada kelompok-kelompok teroris mencapai puncaknya pada masa pemerintahan George Bush dan kebijakan yang sama dilanjutkan dengan dukungan Obama. Barack Obama pada tahun 2008 menetapkan bujet sebesar 400 juta dolar untuk membantu kelompok-kelompok anti-Republik Islam Iran."

Sampai beberapa tahun lalu, Uni Eropa dan AS memasukkan MKO ke dalam daftar hitam kelompok teroris, namun Washington kemudian berbalik dan bukan hanya mencabut nama kelompok itu dari daftar hitam kelompok teroris, tetapi juga memayungi, mendukung dan melindunginya.

Sekarang para pejabat AS berbicara soal MKO seakan mereka sama sekali tidak mengetahui catatan panjang aksi teror dan kebrutalan kelompok teroris ini.

Pada 25 Juni 2004, Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld  memberikan status "protected persons" kepada anggota-angfota MKO.

Seymour Hersh, jurnalis terkemuka AS membeberkan bahwa anggota MKO mendapat pelatihan militer pada masa pemerintahan Bush.

Tahun 2012, televisi NBC AS melaporkan bahwa Israel telah memberikan latihan khusus kepada beberapa anggota teroris MKO untuk meneror para ilmuwan nuklir Iran.

Dengan catatan panjang aksi kejahatan dan teror tersebut, konferensi di Paris kembali menjadi panggung dukungan dan solidaritas para penguasa AS, Israel, Arab Saudi, Perancis, dan sejumlah negara terhadap terorisme MKO.

Konferensi MKO di Paris digelar ketika negara-negara Eropa termasuk Perancis telah menjadi mangsa terorisme dan karena itu, mereka mengklaim telah membulatkan tekad dalam pemberantasannya. Namun konferensi tahunan MKO sekali lagi membuktikan bahwa Barat menggunakan kelompok-kelompok teroris sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan ambisi mereka. (RA)