Nov 25, 2020 19:53 Asia/Jakarta

Ketika dunia memperingati Hari Anak Internasional, anak-anak Palestina masih hidup di bawah ancaman perang, tekanan, pengusiran, pembongkaran dan perampasan hak yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel.

Pasukan rezim Zionis Israel telah membunuh lebih dari 3000 anak Palestina sejak awal Intifadah Kedua yang juga dikenal sebagai Intifadah Aqsa pada September 2000 sementara puluhan ribuan lainnya terluka.

Angka tersebut dirilis oleh Kementerian Informasi Palestina yang menyinggung pembunuhan yang disengaja terhadap anak-anak Palestina oleh militer Israel.

Menurut Kementerian Informasi Palestina, 123 anak di bawah umur Palestina telah terbunuh dan banyak lagi yang terluka sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi mengakui al-Quds sebagai ibu kota Israel pada Desember 2017.

Sejak 2008 pasukan Israel melancarkan tiga perang di Jalur Gaza yang menewaskan dan melukai ribuan anak. Selama invasi militer Israel ke Gaza pada 2014, lebih dari 2.200 warga Gaza, termasuk ratusan anak-anak, tewas dan lebih dari 11.000 lainnya terluka.

Menurut organisasi Hak Asasi Manusia, serangan Israel terhadap warga Palestina termasuk anak-anak dilakukan secara sistematis dan disengaja dan termasuk dalam strategi Israel menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan berlebihan terhadap warga sipil.

Tidak ada pasukan Israel yang pernah diadili dalam kejahatan yang dilakukan disebabkan dukungan penuh Amerika Serikat. Meskipun Israel melakukan pelanggaran berat terhadap hukum internasional, anak-anak Palestina terus menderita karena sikap apatis internasional. Kelompok HAM telah menuntut agar penjahat perang Israel diadili, namun belum ada tindak lanjutnya. (RA)