Mar 16, 2021 15:37 Asia/Jakarta

Menurut editorial investigasi Press TV, selama beberapa minggu terakhir, sejumlah aktivitas multilateral telah dilakukan terkait kemungkinan kembalinya Amerika Serikat ke Kesepakatan Nuklir 2015, JCPOA.

Upaya AS kembali ke JCPOA tampaknya belum sampai pada kebuntuan. Pihak Eropa dalam Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) ingin menengahi AS dan Iran yang saling mengirim pesan di antara keduanya.

Tehran bagaimanapun juga tidak menganggap Eropa dapat dipercaya, dan ingin bertukar pesan dengan Washington melalui Kedutaan Besar Swiss, demikian menurut editorial Press TV. Eropa menganggap penghentian pengayaan 20 persen Iran hanya sebagai langkah kecil, sementara ia menafsirkan penghapusan sanksi minyak era Trump sebagai "tindakan yang sulit".

Mekanisme "selangkah demi selangkah" yang sudah diusulkan untuk menyelesaikan kebuntuan JCPOA telah ditolak oleh Republik Islam karena AS gagal mencairkan aset luar negeri Iran dan menghapus semua sanksi yang dijatuhkannya pada negara tersebut.

Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam telah berulang kali menekankan bahwa AS tidak terburu-buru untuk kembali ke JCPOA dan Washington harus menghapus semua sanksi dalam tindakan nyata.

Menyusul penarikan sepihak AS dari JCPOA pada 2018, dan memberlakukan "sanksi terberat" terhadap Iran, negara itu mundur dari kepatuhan penuh terhadap kesepakatan nuklir 2015.[]