Jan 19, 2022 17:59 Asia/Jakarta
  • Covid-19 dan Harapan Seniman di Tahun 2022

Sejak akhir 2019, ratusan jutaan orang di seluruh penjuru dunia telah terinfeksi Covid-19, dan jutaan lainnya meninggal. Di pusaran pandemi, Vaksinasi muncul sebagai tawaran dari dunia sains dan ilmuwannya, yang memberikan memperkuat harapan untuk mengakhiri krisis ini.

Kita sekarang berada di awal 2022. Kita semua berharap tahun ini kondisi akan membaik. Harapan yang sama disampaikan para seniman dengan menggambar visi yang jelas untuk tahun baru. Misalnya, Suleiman Mansour, yang lahir pada tahun 1947 di Birzeit, Ramallah, Palestina menggoreskan mimpinya pada karya lukis. Seniman Palestina berusia 75 tahun ini berkomitmen untuk mendukung perjuangan Palestina dengan karya-karyanya, sehingga ia dikenal sebagai "Seniman Intifadah".

Memasuki tahun baru 2022, seniman Palestina mengirimkan pesan jelas dalam salah satu lukisannya, "Namaku Palestina dan aku akan hidup", yang digarap pada tahun 2016. Selamat Tahun Baru untuk semua! Semoga tahun ini disertai dengan lebih banyak perlawanan dan perjuangan.

 

Namaku Palestina dan aku akan hidup

 

Mungkin Anda, seperti saya, melihat lukisan dan pesan seniman ini, memikirkan aspirasi rakyat Palestina dan harapan mereka untuk pembebasan tanah mereka dari penjajah Zionis. Sebuah harapan dari orang-orang yang tersingkirkan di negerinya sendiri dan menjalani hidup mereka dengan harapan ini.

Muncul pertanyaan di benak kita megenai pengaruh krisis dan situasi kehidupan individu atau sosial terhadap jiwa seniman? Bagaimana jiwa sensitif dan lembut mereka melewati krisis, dan dapatkah karya seni menjaga harapan tetap hidup dalam keadaan sulit?

Contoh paling nyata menemukan jawabannya adalah perilaku para seniman dalam dua tahun terakhir saat dunia bergelut dengan virus corona.

Kita semua tahu betapa sulitnya hidup di pusaran pandemi. Selain para pekerja medis yang pantas dipuji dan dihormati, para seniman di berbagai  tetap tegar. Para seniman sangat terpengaruh oleh epidemi tetapi tidak menyerah. Mereka masih memiliki kegembiraan, harapan, dan mimpi. Kita berada di hari-hari awal 2022, dan kita akan terus melihat harapan mereka untuk masa depan yang cerah.

Krisis selalu ada dalam kehidupan manusia. Tetapi yang membuat hidup tetap berjalan di tengah krisis adalah kebahagiaan, kegembiraan dan harapan untuk masa depan. Kebahagiaan dan harapan merupakan faktor terpenting dalam pembangunan suatu masyarakat dan salah satu unsur percepatan dalam memajukan tujuan suatu bangsa. Sebab dalam masyarakat yang bahagia, orang memiliki lebih banyak partisipasi dan tujuan.

Menurut psikolog Inggris Michael Eysenck, "Kebahagiaan adalah seperangkat kesenangan tanpa rasa sakit, ketenangan pikiran dan kepuasan batin,". Kebahagiaan dan harapan meningkatkan kualitas hidup dan menunjukkan ketenangan pikiran dan kepuasan batin, sebagaimana yang dikatakan Aristoteles, "Hal terbaik dalam hidup manusia adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan itu sangat penting sehingga hal-hal lain dalam hidup hanya untuk itu."

 

Selama lebih dari dua tahun, kita berada dalam krisis global pandemi Covid-19, yang mengurangi kebahagiaan dan harapan kita untuk masa depan. Banyak dari kita kehilangan sukacita dan kebahagiaan serta merasa berkabung di dalam atau di sekitar keluarga kita dalam menghadapi situasi sulit.

Selain itu, merebaknya virus Corona benar-benar mengubah dunia, meningkatkan ketimpangan, mengurangi keadilan sosial, dan meningkatkan efek jangka panjang dari rasisme struktural di banyak negara yang terlibat di dalamnya. Namun demikian, penulis sejarah dan filsafat dari Belanda, Rutger Bregman percaya bahwa krisis selalu menjadi titik balik bagi masyarakat, dan krisis Corona, yang awalnya dianggap membawa umat manusia ke dalam kegelapan, dapat memiliki fungsi yang sama. "Sejarah telah menunjukkan bahwa krisis dapat menjadi titik balik. Tidak ada yang tahu bagaimana virus Corona mengubah dunia," tulisnya dalam artikel terbaru di majalah Times. 

Ia melihat krisis Corona dari perspektif optimistik. Tetapi pada hari-hari, minggu-minggu, dan jam-jam ketika keputusan dibuat tentang masa depan kita, sejarah ditulis dan dibuat. Harus diakui bahwa hal-hal buruk terjadi di masa kritis, Tetapi kemampuan manusia untuk menghadapi krisis membawa kita semua kembali ke kehidupan untuk dijalani dengan optimis.

Kita telah melalui dua tahun yang sulit. Tidak diragukan lagi, para seniman sinema, teater dan musik telah banyak menderita selama ini. Terganggunya tatanan saat ini dan munculnya krisis pandemi membatasi atau bahkan menghentikan banyak kegiatan sosial, dan pertunjukan seni di seluruh dunia ditutup. Dengan ditutupnya acara-acara seperti konser musik, para artis juga berada di bawah tekanan keuangan dan mereka harus melalui masa-masa sulit.

Peshang Kamkar, seorang komposer dan musisi Iran, mengatakan, "Ini adalah waktu yang sulit. Penutupan kegiatan seni, yang masuk akal di hadapan penonton dan kehadiran mereka, memukul keras semua orang. Apalagi para seniman juga bubar dan punya banyak masalah,".

Di awal tahun 2022, para musisi mengungkapkan harapan agar situasi kembali seperti semula dan tidak terus seperti ini. Mereka mengenang, sepanjang sejarah, ada berbagai penyakit yang sayangnya telah membunuh banyak orang, tetapi kehidupan terus berjalan dan kita berharap situasinya akan membaik.

 

 

Dunia perfilman juga telah melewati tahun-tahun yang sulit. Tahun baru tampaknya menjadi tahun yang lebih baik bagi industri film. Dengan merebaknya wabah Corona, banyak bioskop tutup dan film kehilangan banyak penonton setelah penerapan protokol kesehatan untuk menghindari risiko penyebaran Covid-19.

Pada 2021, hanya 19. 200.000 dolar yang dihasilkan dari penjualan film box office. Namun, para analis percaya bahwa box office global akan mencapai lebih dari $ 33 miliar tahun ini setelah melewati krisis.

Tampaknya, untuk mencapai tingkat pendapatan sebelum wabah Corona, seseorang harus menunggu setidaknya hingga 2023. Pembuat film dan sutradara terkenal  berharap dapat menarik lebih banyak orang ke bioskop dan menebus kerugian beberapa tahun terakhir.

Penyanyi Iran Mohammad Motamedi percaya bahwa dalam situasi ketika wabah virus Corona menyebar telah menciptakan kondisi sulit bagi masyarakat, dan harapan untuk mengatasi krisis dapat memainkan peran penting dalam meredam suasana masyarakat.

Ia menegaskan, "Saya percaya bahwa pohon-pohon akan mekar lagi dan kita semua akan mendengar suara burung gelatik musim semi lagi dan kita akan melihat mekarnya bunga musim semi yang membuat kita semua merasa nyaman dengan kesegarannya,. Saya masih percaya di hari-hari sulit ini, harapan dan benih harapan akan segera kembali ke negara kita dan seluruh dunia. Kita harus melakukan yang terbaik untuk menyampaikan vitalitas dan motivasi. Pada saat yang sama, kita semua tahu bahwa penyakit yang paling sulit dapat disembuhkan dengan senjata yang disebut harapan, motivasi dan vitalitas. Kebahagiaan meningkatkan tingkat kekebalan tubuh, dan seniman dapat memainkan peran penting di dalamnya,".

Majid Nazempour, seorang pemain harpa dan psikolog mengungkapkan, "Seniman dan karyanya selalu dan berada dalam refleksi dengan masyarakat dan kondisinya. seniman menciptakan karya mereka di bawah pengaruh peristiwa masyarakat."

Selama dua tahun terakhir, ketika virus Corona tidak hanya menjadi topik hangat di masyarakat, tetapi juga sebagai krisis dan isu yang serius dan berbahaya, juga telah mempengaruhi pikiran kreatif para seniman. Di pusaran krisis, seniman tidak boleh melupakan tugas serius dan historisnya, yaitu menyuntikkan semangat dan menenangkan suasana masyarakat.

Selama dua tahun terakhir, sebagian besar negara di dunia telah dikarantina dan perjalanan serta pariwisata benar-benar terganggu. Pada saat yang sama, para seniman berusaha memberikan harapan kepada orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan menyebarkan pesan cinta dan pemikiran positif di dunia.

Salah satunya adalah Saype, seorang seniman grafiti Prancis yang terkenal, karena membuat lukisan besar menggunakan cat biodegradable di atas rumput. Nama asli artis tersebut adalah Guillaume Legros. Pada bulan-bulan awal penyebaran Covid-19, ia menciptakan sebuah karya seni di pegunungan Leysin, Swiss.

 

Beyond the Crisis

 

Karya lukis kontemporer berjudul "Beyond the Crisis", menggambarkan seorang gadis muda yang menatap cakrawala. Gadis itu sedang duduk di rumput untuk menyelesaikan gambar rantai boneka yang berpegangan tangan.

Lukisan besar ini dilukis di area seluas lebih dari 2.900 meter persegi, dan tujuan menggambarnya untuk mengirim pesan harapan dan pemikiran positif di tengah Corona, serta membangun dunia dengan nilai solidaritas dan kemanusiaan.

Mnegenai karya seni yang dibuatnya, seniman grafiti ini menulis, "Pada hari-hari epidemi ini, sebagian besar populasi dunia menghadapi keterbatasan. Meskipun kita semua terkena virus ini, kita mengalami tantangan dan perjuangan yang berbeda. Saya memutuskan untuk menggambar lukisan ini untuk berbagi pesan optimis dan rasa bernafas di udara terbuka,".

Seniman ini menambahkan, "Saya bermaksud untuk menyampaikan kepada semua pandangan optimis dan gagasan untuk hidup bersama. Ide utama dari lukisan ini untuk menghadapi tantangan dunia setelah Corona, sekaligus menegaskan membahas pentingnya harapan dan persatuan,".(PH)

 

 

 

Tags