Deforestasi di Amazon, Pemusnahan Paru-Paru Bumi
(last modified Thu, 20 Feb 2020 08:08:48 GMT )
Feb 20, 2020 15:08 Asia/Jakarta
  • Kebakaran hutan Amazon
    Kebakaran hutan Amazon

Hasil dari studi emisi gas rumah kaca yang baru-baru ini dirilis di daerah tangkapan Amazon telah menunjukkan bahwa sekitar 20 persen dari hutan ini telah menjadi sumber karbon dioksida di atmosfer. Menurut beberapa orang, penyebab paling penting dari pemanasan global adalah peningkatan gas karbon dioksida.

Meskipun bahan bakar fosil merupakan kontributor utama pemanasan global dengan menyumbang 24% dari total emisi karbon dioksida, namun menurut para pakar, mereka adalah penyebab paling penting dari pemanasan global setelah bahan bakar fosil, deforestasi dan pemotongan pepohonan. Penelitian telah menunjukkan bahwa hutan sendiri menyerap sekitar 20 persen dari total volume karbon dioksida Bumi, dan penghapusan itu akan menambah volume karbon dioksida bumi.

Hutan yang sehat, terutama hutan hujan di daerah tropis, lebih mungkin menyerap gas rumah kaca daripada melepaskannya. Jika area hutan hujan berkurang, ini bisa melepaskan miliaran ton karbon di atmosfer dan membuat pemanasan global lebih buruk. Sayangnya, akhir-akhir ini, salah satu hutan terpenting di dunia, hutan Amazon, yang dikenal sebagai "Paru-Paru Bumi", belum mengalami hari yang baik. Hutan ini bukan hanya terancam oleh perubahan iklim dan kenaikan suhu, tetapi juga menambah masalah dengan menebang pohon dan sengaja menghancurkan hutan untuk peternakan dan keperluan pertanian. Hari ini kita akan berbicara lebih banyak tentang hutan Amazon dan masalah yang mengancam bagian planet ini.

Wilayah Amazon, seluas 5,5 juta kilometer persegi, berisi hutan hujan terbesar dan merupakan salah satu dari tujuh keajaiban baru di dunia. Wilayah luas ini terletak di bawah garis khatulistiwa dan mencakup sembilan negara: Brasil, Peru, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Suriname, dan Bolivia, Guyana, serta Guinea Perancis. Lahan basah berdaun lebar Amazon memainkan peran penting dalam menjaga ekosistem Bumi, menghasilkan lebih dari 20% oksigen dunia dan menyerap 1,5 miliar ton karbon dioksida setiap tahun.

Hutan-hutan ini mengatur karakteristik panas, curah hujan, angin dan iklim dunia. Hutan Amazon juga sepersepuluh habitat dari semua spesies hewan dan tumbuhan yang dikenal di planet Bumi. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Amazon memiliki 40.000 spesies tanaman, 427 mamalia, 1.294 spesies burung, 378 spesies reptil, 427 spesies amfibi, dan 3.000 spesies ikan.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa hutan hujan Amazon telah menyusut hampir 20 persen selama setengah abad terakhir. Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam juga secara tegas mengakui bahwa jika tren ini berlanjut, 36 hingga 57 persen spesies tanaman Amazon akan berisiko punah. Penelitian para ilmuwan ini telah membentang seluas 5,5 juta kilometer persegi hutan Amazon. "Pohon yang berisiko kepunahan adalah varietas kenari Brasil dan pohon palem, dimana penduduk Amazon bergantung pada buah, biji-bijian, benih, dan manfaat obanya. Pohon-pohon ini memainkan peran penting dalam stabilitas tanah dan perubahan iklim. Studi menunjukkan bahwa wilayah hutan Amazon dengan tren saat ini berkurang 28% pada tahun 2050," kata Nigel Pittman, pakar konservasi di Museum of Chicago.

Sebagian besar dari pepohonan Amazon sedang menuju kepunahan

Para ilmuwan mengatakan salah satu alasan utama deforestasi Amazon adalah bahwa kenaikan suhu rata-rata dua derajat Celcius di atas suhu di masa pra-industri yang akan menghancurkan 5 persen tutupan hutan Amazon pada akhir abad ini. Jika suhu rata-rata naik tiga derajat, itu akan menghancurkan 2 persen tutupan hutan di wilayah Amazon. Namun terlepas dari pemanasan global, salah satu alasan utama perusakan hutan Amazon adalah fenomena deforestasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, jutaan pohon di Amazon telah hilang karena penebangan dan kebakaran. Amazon adalah sumber penting penangkapan karbon pada 1980-an dan 1990-an, sehingga dapat menyerap dua miliar ton karbon dioksida setiap tahun dari atmosfer. Ini kemungkinan akan berkurang menjadi sekitar satu hingga 1,2 miliar ton karbon dioksida per tahun pada tahun 2020. Namun, angka ini tidak termasuk jumlah karbon dioksida yang memasuki atmosfer melalui kebakaran.

Bagian Brasil hutan Amazon telah kehilangan sekitar 20 persen hutannya selama 40 tahun terakhir. Penggundulan hutan disebabkan oleh menebang pohon, memperluas penanaman kedelai dan menciptakan ladang ternak. Dalam beberapa tahun terakhir, para pelanggar hukum telah menebang pohon di tanah adat dan hutan lindung lainnya di Brasil dengan gergaji mesin. Di salah satu pusat penelitian Brasil, deforestasi telah meningkat 6% pada bulan-bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan Imazon. Setengah dari deforestasi ini terjadi secara ilegal di kawasan hutan lindung.

Meskipun pemerintah Brasil telah berjanji untuk mencegah deforestasi di negara itu pada tahun 2009 dan mengurangi 80% deforestasi di negara mereka hingga tahun 2020, dibandingkan dengan apa yang seharusnya mereka kurangi antara 1996 hingga 2005, namun menurut statistik yang telah dirilis setiap tahun rata-rata 19,400 km2 hutan itu akan dihancurkan untuk keperluan pertanian dan industri. Tren ini telah meningkat secara signifikan sejak terpilihnya Jair Bolsonaro sebagai Presiden Brasil. Dia dengan jelas menyatakan bahwa dia lebih suka pembangunan daripada konservasi hutan. Proyek Bolsonaro untuk Amazon adalah pertanian komersial. Di sisi lain, mencabut larangan penjualan tanaman rekayasa genetika di Brasil adalah ancaman lain terhadap hutan hujan Amazon. Para pencinta lingkungan khawatir bahwa produk-produk ini akan membunuh spesies asli dan mengganggu rantai makanan.

Kebijakan ekonomi pemerintah baru Brasil dan peningkatan 88 persen deforestasi di Amazon

Menurut warga asli kawasan Amazon Brasil, sejak Bolsonaro terpilih sebagai sebagai presiden, para pedagang semakin berani menyerang daerah-daerah di pedalaman Amazonas. "Dengan kehadiran Bolsonaro, serangannya semakin buruk. Proyeknya untuk Amazon adalah pertanian komersial. Jika dia tidak berhenti, dia akan melanggar hak-hak kami dan memungkinkan invasi luas ke hutan. Ini bukan hal baru tetapi menjadi masalah hidup dan mati," ungkap salah satu kepala suku daerah tersebut.

Meskipun ada kecenderungan seperti itu tahun lalu (2019), deforestasi di Amazon memuncak untuk kedua kalinya. Lebih dari 22.000 kilometer persegi hutan Amazon dihancurkan tahun lalu. Peternak dan penebang kayu menghancurkan pohon-pohon tropis dan padang rumput. Petani, di sisi lain, mengubah tanah kosong ini menjadi tanah pertanian mereka. Namun, para ilmuwan percaya bahwa penggundulan hutan besar-besaran ini telah mengganggu pola iklim dan curah hujan di wilayah tersebut dan telah memasukkan karbon semacam itu ke atmosfer yang telah menetralkan manfaat hutan-hutan ini sebagai sumber penyimpanan karbon.

"Menurut perhitungan kami, jika penggundulan hutan meningkat 20-25% dan pemanasan global berlanjut sebagai hasil dari peningkatan karbon secara berlebihan, maka titik keseimbangan akan terganggu. Hari ini kami telah melewati 17% dari rute ini," ungkap Profesor Noubert, peneliti di Institut Penelitian Antariksa Nasional Brasil. Dia juga percaya bahwa temuan baru menunjukkan bahwa dalam 30 tahun ke depan, lebih dari setengah Amazon dapat diubah dari hutan hujan menjadi sabana. Menurut para ilmuan, jika Amazon hancur, 20 persen air tawar yang tersedia di planet Bumi juga akan hancur.

Atas dasar ini, para ilmuwan memperingatkan bahwa hilangnya seperlima lagi hutan hujan Brasil akan memicu lingkaran umpan balik yang disebut "pengeringan hutan", di mana hutan mulai mengering dan menghilang. Dengan deforestasi jangka panjang dan gangguan "stabilitas karbon" di atmosfer Bumi, pola curah hujan di seluruh dunia juga akan berubah dan pertanian akan menghadapi krisis. Ia tidak lagi dikendalikan oleh manusia, dan ia akan mampu menyerap begitu banyak karbon ke atmosfer sehingga akan menguras kelembaban di atmosfer dan mengalihkan sungai-sungai di atmosfer dan daratan. Dengan laju deforestasi saat ini, ini bisa terjadi dalam satu generasi.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa Amazon mungkin berada pada titik di mana ia mungkin dalam kekacauan, tetapi keserakahan tak berujung dari manusia dan keserakahan politisi masih berlanjut, dan peringatan ini telah gagal mencegah kepunahan hutan-hutan berharga yang benar-benar merupakan Paru-Paru Bumi. Tetapi sekarang hutan Amazon telah mencapai titik bahwa besok mungkin sudah terlambat jika tidak berhenti.

Tags