AS, Di Balik Menguatnya Potensi Perang Cina-Taiwan
(last modified Tue, 22 Sep 2020 08:39:50 GMT )
Sep 22, 2020 15:39 Asia/Jakarta
  • manuver militer Cina
    manuver militer Cina

Cina sampai saat ini masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan selalu memperingatkan segala upaya untuk melepaskan Taiwan dari tangannya.

Pemerintah Cina menyebut manuver Amerika Serikat, dan penjualan senjata negara itu ke Taiwan, sebagai pelanggaran kedaulatannya, serta bertentangan dengan kebijakan Satu Cina.
 
Salah satu alasan konflik Cina dan Taiwan adalah campur tangan Amerika dalam urusan internal Cina yang terus memburuk dalam beberapa minggu terakhir. 
 
Pemerintah Amerika di bawah Presiden Donald Trump yang saat ini tengah berhadapan dengan krisis dalam negeri, menjelang pemilu presiden negara ini, November 2020, berusaha mengalihkan perhatian publik dari masalah internal, dan krisis akibat wabah viru Corona.
 
Di sisi lain, pemerintah Cina, Jumat (18/9/2020) mengancam, jika diperlukan, opsi militer akan digunakan terhadap Taiwan. Ancaman ini kemudian dibalas oleh pemerintah Taiwan.
 
Sebagaimana dilaporkan Reuters, statemen keras pejabat Cina dan Taiwan berlanjut, hari Jumat (18/9) dua pejabat tinggi Beijing menegaskan, jika opsi lain tidak ada lagi bagi Cina untuk mencegah pemisahan diri Taiwan, maka opsi militer akan digunakan.
 
Kepala Delegasi Staf Gabungan, Dewan Militer Cina dalam sebuah seminar yang digelar untuk memperingati pengesahan undang-undang perang melawan separatisme yang ke-15 mengatakan, jika Taiwan terus bersikeras, maka opsi militer akan dilakukan. 
 
Ia menambahkan, jika kesempatan untuk mempersatukan kembali Cina dan Taiwan sudah habis, maka angkatan bersenjata, dan seluruh rakyat Cina, bahkan penduduk Taiwan sendiri akan melakukan semua langkah, dan mengerahkan semua fasilitas untuk menggagalkan setiap upaya pemisahan diri, dan separatisme.
 
Pejabat pemerintah Cina itu menjelaskan, kami berjanji untuk menghindari penggunaan opsi militer dalam masalah ini, namun kami berhak menggunakan semua langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas, dan kontrol situasi di Selat Taiwan.
 
Ketua Komite Tetap Dewan Nasional Perwakilan Rakyat Cina yang merupakan pejabat level ketiga di Partai Komunis Cina menegaskan, opsi militer adalah pilihan terakhir terkait Taiwan, dan Cina untuk keseratus kalinya akan mengerahkan upaya berlipat ganda untuk menyelesaikan masalah ini secara damai.
 
Kepada pasukan separatis Taiwan, ia mengatakan, upaya pemisahan diri Taiwan akan menemui jalan buntu, dan segala bentuk pelanggaran konstitusi akan mendapatkan hukuman berat.
 
Undang-undang yang melarang pemisahan diri yang disahkan di Cina pada tahun 2005 membuka kesempatan penggunaan langkah militer terhadap Taiwan jika ia memisahkan diri atau berusaha melakukan upaya ini.
 
Taiwan sejak berakhirnya perang saudara pada tahun 1949, terus berada di luar kekuasaan pemerintah Cina.
 
Sementara itu, menjawab ancaman langkah militer Cina, pemerintah Taiwan, Jumat (18/9/2020) menegaskan, ancaman perang melanggar aturan internasional.
 
Pemerintah Taiwan mengumumkan, rakyat Taiwan tidak akan pernah tunduk pada diktatorisme atau menyerah pada kekerasan.
 
Perkembangan yang terjadi saat ini di kawasan Asia Timur menunjukkan bahwa konflik Cina dan Amerika di berbagai masalah, sudang sedemikian serius, dan masing-masing negara tidak pernah mau mengalah dalam mengejar tujuan jangka panjangnya.
 
Di tengah situasi krisis Cina dan Taiwan, Amerika justru seolah memanas-manasi, dan menunggangi konflik yang tengah terjadi. Amerika sengaja menjual peralatan perangnya ke Taiwan, padahal ia tahu konflik Cina-Taiwan bisa berujung perang.
 
Sebagai negara yang mengaku paling demokratis, seharusnya Amerika mendamaikan keduanya, dan mengedepankan cara-cara damai untuk menyelesaikan masalah, bukannya memprovokasi. 
 
Kenyataannya, Cina adalah musuh besar Amerika, dan apapun yang bisa melemahkan musuhnya akan dilakukan Amerika termasuk mempersenjatai Taiwan, dan mendukungnya memisahkan diri dari Cina.(HS)