Mencermati Kesatuan Medan Tempur dari Gaza hingga Lebanon Selatan
(last modified Wed, 26 Jun 2024 03:48:56 GMT )
Jun 26, 2024 10:48 Asia/Jakarta
  • Poros Perlawanan
    Poros Perlawanan

Ancaman Israel untuk menyerang Lebanon membuat berbagai kelompok Perlawanan di kawasan, satu per satu menyatakan kesiapannya untuk berdiri di samping Hizbullah, meskipun Hizbullah sendiri mampu menangkis kemungkinan agresi tersebut.

Dalam pesannya di media sosial, Abu Alaa Al-Walai, anggota senior gerakan Asa'ib Ahl Al-Haq di Irak menulis, Hambatan geografis memaksa Perlawanan Islam Irak berpartisipasi dalam operasi Badai Al-Aqsa untuk menghancurkan posisi musuh Zionis dari jarak lebih dari delapan ratus kilometer. Namun jika rezim Zionis melakukan kebodohan dan memerangi Lebanon maka batasan ini akan dihilangkan dan pertempuran akan dilakukan dari jarak nol.

Sebelumnya, Qais Al-Khazali juga mengatakan jika rezim Zionis menyerang Lebanon, maka kelompok perlawanan tersebut akan menyasar kepentingan Washington di Irak.

Abu Alaa Al-Walai, anggota senior gerakan Asa'ib Ahl Al-Haq

Selama seminggu terakhir, pelabuhan Eilat dan Haifa yang diduduki, serta target di Golan yang diduduki, telah menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak independen yang dilakukan oleh perlawanan Irak atau bersama-sama dengan Militer Yaman.

Serangan-serangan ini telah menyebabkan rezim Israel menghadapi blokade yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah maritim, yang menimbulkan konsekuensi ekonomi yang signifikan bagi rezim penjajah ini.

Dengan meningkatnya pemberitaan media-politik mengenai kemungkinan kampanye dan serangan rezim Zionis di Lebanon Selatan, spekulasi mengenai tingkat kesiapan perlawanan menghadapi agresi darat unit lapis baja Israel dan sekaligus melakukan serangan balik terhadap musuh Zionis semakin intensif.

Menyadari dampak pukulan keras para pejuang perlawanan Islam Lebanon terhadap wilayah utara Palestina yang diduduki, media-media rezim Zionis mengumumkan bahwa operasi Hizbullah telah berubah menjadi perang luas dan penghancuran pemukiman Zionis di wilayah ini.

Penggunaan senjata modern, anti-lapis baja dan senjata presisi oleh Hizbullah Lebanon telah menyebabkan teror di kalangan penjajah, dan sebagian besar pemukiman Zionis di utara Palestina yang diduduki telah dievakuasi.

Menurut para ahli militer rezim Zionis, Hizbullah Lebanon sendiri memaksa separuh kekuatan tentara rezim ini di front utara dan mencegah kehadiran kuat tentara pendudukan di front selatan.

Selama perang 33 hari, Hizbullah mampu menghentikan kemajuan tentara Israel dan memaksa penjajah mundur dengan persenjataan yang dilengkapi dengan 15.000 rudal dan mengandalkan pasukan elitnya.

Lebih dari delapan bulan telah berlalu sejak dimulainya perang Gaza, Hizbullah menunjukkan kemampuan baru melawan tentara Zionis.

Banyak ahli percaya bahwa kondisi yang berbeda terjadi di medan perang saat ini dan bahwa perlawanan Lebanon lebih unggul dengan memiliki semua jenis senjata ofensif-defensif dan memanfaatkan pengalaman memerangi terorisme di Suriah.

Hizbullah memiliki jaringan terowongan dan parit di perbatasan Palestina-Lebanon yang diduduki, yang dapat mengejutkan musuh di berbagai titik perbatasan selama perang.

Terowongan rahasia ini memungkinkan Hizbullah untuk menargetkan tank Israel dan pengangkut personel lapis baja dengan penembak jitu, rudal anti-lapis baja, dan drone ringan.

Kapasitas lain dari jaringan tersembunyi ini adalah penetrasi pasukan Hizbullah jauh ke Wilayah Pendudukan dan penempatan ranjau jalan di jalur konvoi tentara Israel.

Dengan memanfaatkan situasi alami di front utara, kekuatan asimetris Hizbullah dapat menyerang musuh Israel jauh lebih efektif dibandingkan 17 tahun lalu.

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan Hizbullah, jumlah kekuatan gerakan ini diperkirakan sekitar 100.000 orang.

Selama beberapa hari terakhir, publikasi gambar penargetan sistem Iron Dome oleh rudal Almas Hizbullah telah menjadi salah satu kejutan terbaru perlawanan bagi unit pertahanan rezim Zionis.

Rudal anti-tank dan anti-kapal adalah mimpi buruk lain bagi Zionis dalam kemungkinan pertempuran dengan Zionis, yang dapat menghidupkan kembali kenangan perang 33 hari.

Rudal Almas

Berdasarkan hal tersebut, walaupun Hizbullah sendiri mampu menghalau invasi dan agresi rezim Zionis, tapi dengan masuknya kelompok perlawanan lain ke dalam perang ini, maka kekalahan rezim Zionis akan semakin cepat.

Menurut surat kabar Zionis Maariv, perang yang akan datang ini bukan hanya akan menjadi perang dengan kelompok Hizbullah, tetapi bahkan dengan negara Lebanon, tapi semua indikator menunjukkan bahwa perang ini telah menjadi perang regional dan sejumlah negara regional juga akan berpartisipasi di dalamnya, karena situasi di Lebanon sangat berbeda dengan situasi di Jalur Gaza.(sl)