Ketika Republik Islam Iran Menolak Klaim Troika Eropa
https://parstoday.ir/id/news/event-i169822-ketika_republik_islam_iran_menolak_klaim_troika_eropa
Amir Saeed Iravani, Duta Besar dan Wakil Retap Republik Islam Iran untuk PBB menjawab klaim perwakilan klaim Troika Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris) dengan mengirim surat kepada Dewan Keamanan dan Sekjen PBB dengan pada hari Senin (2/12) yang menyebut tuduhan mereka tidak berdasar dan bermotif politik serta meminta Troika Eropa untuk segera mengakhiri tindakan yang melanggar JCPOA dan Resolusi 2231, dan memenuhi kewajibannya.
(last modified 2025-10-15T09:31:55+00:00 )
Des 04, 2024 10:32 Asia/Jakarta
  • Bendera Republik Islam Iran
    Bendera Republik Islam Iran

Amir Saeed Iravani, Duta Besar dan Wakil Retap Republik Islam Iran untuk PBB menjawab klaim perwakilan klaim Troika Eropa (Prancis, Jerman dan Inggris) dengan mengirim surat kepada Dewan Keamanan dan Sekjen PBB dengan pada hari Senin (2/12) yang menyebut tuduhan mereka tidak berdasar dan bermotif politik serta meminta Troika Eropa untuk segera mengakhiri tindakan yang melanggar JCPOA dan Resolusi 2231, dan memenuhi kewajibannya.

Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa tindakan Republik Islam Iran dilakukan dalam kerangka hak sah yang tercantum dalam Pasal 26 dan 36 JCPOA dan sebagai tanggapan atas penarikan Amerika Serikat secara sepihak dan ilegal dari perjanjian itu.

Selain itu, Iran telah menekankan bahwa Troika Eropa telah melanggar kewajibannya dalam mencabut sanksi dan melanjutkan kebijakan permusuhannya dengan menjatuhkan sanksi baru, termasuk terhadap jalur pelayaran Republik Islam Iran dan sektor penerbangan.

Iran menggambarkan klaim yang dibuat oleh Troika Eropa bahwa surat Iran kepada Badan Energi Atom Internasional pada tanggal 22 Oktober 2024 menunjukkan niat untuk memperoleh senjata nuklir sebagai hal yang sama sekali tidak berdasar dan menyesatkan.

Surat ini dikirim hanya untuk memperingatkan tentang ancaman rezim Zionis terhadap fasilitas nuklir damai Iran.

Gedung PBB

Iran telah menekankan bahwa program nuklirnya sepenuhnya berada dalam kerangka NPT dan bahwa senjata nuklir tidak memiliki tempat dalam doktrin pertahanan Iran.

Republik Islam Iran menekankan kepatuhannya terhadap kewajiban berdasarkan Perjanjian NPT dan menetapkan haknya yang tidak dapat disangkal untuk mengembangkan, meneliti, memproduksi dan menggunakan energi nuklir untuk tujuan damai sesuai dengan Pasal 1 dan 2 perjanjian ini dan sekali lagi menekankan komitmennya untuk mencari solusi lewat jalur diplomasi.

Dalam suratnya, perwakilan Troika Eropa, terlepas dari akar krisis yang terjadi saat ini, menuduh Republik Islam Iran tidak mematuhi kewajiban JCPOA dan melanggar Resolusi Dewan Keamanan 2231.

Tampaknya tindakan Eropa ini sejalan dengan kebijakan mengintensifkan tekanan menyeluruh terhadap Iran dengan tujuan memaksa Tehran menerima tuntutan tidak logis dan ilegal dari Barat dalam rangka menciptakan berbagai pembatasan terhadap program nuklir damai Iran, di satu sisi, dan di level yang lebih luas, menerima tuntutan ambisius Amerika Serikat dan Eropa dari Iran dalam konteks pembatasan kekuatan militer pencegah dan perubahan kebijakan regionalnya.

Dalam hal ini, Troika Eropa bersama dengan Amerika Serikat memberikan suara untuk sebuah resolusi pada sidang Dewan Gubernur pada tanggal 21 November, di mana Iran diminta untuk mengambil "langkah-langkah mendesak" untuk menyelesaikan dugaan masalah Safeguard.

Republik Islam Iran sebelumnya telah mengumumkan mengambil tindakan balasan atas segala tindakan dan penyalahgunaan Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional untuk mencapai tujuan yang tidak sah dan politis.

Berdasarkan hal tersebut, ketua Organisasi Energi Atom Iran mengeluarkan perintah untuk mengambil tindakan efektif, termasuk peluncuran sejumlah besar sentrifugal baru dan canggih dari berbagai jenis.

Tampaknya negara-negara Eropa yang kini mengaku ingin menindak Iran atas nama Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah melupakan kebuntuan JCPOA yang terjadi saat ini, serta tindakan Iran di bidang pengembangan teknologi dan meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya Ini adalah reaksi langsung Tehran terhadap kabar buruk dan pengingkaran janji Troika Eropa, serta penarikan Amerika Serikat dari perjanjian nuklir JCPOA.

Dalam kerangka perjanjian nuklir JCPOA, Republik Islam Iran telah berusaha untuk sepenuhnya melaksanakan kewajiban nuklirnya dan membatasi kegiatan, bahan, dan fasilitas nuklirnya selama beberapa tahun, tapi di masa kepresidenan Donald Trump pada Mei 2018, Amerika Serikat menarik diri dari JCPOA dan menerapkan sanksi paling berat terhadap Iran dalam kerangka kebijakan tekanan maksimum.

Di sisi lain, karena seringnya ingkar janji yang dilakukan oleh anggota kelompok 4+1 Eropa dalam memenuhi komitmennya, Tehran terlebih dahulu mengurangi komitmen nuklirnya dalam 5 langkah dan kemudian, sejalan dengan implementasi resolusi Parlemen Iran, dan mengambil langkah baru ke arah pengembangan nuklir.

Di antara kasus-kasus yang patut disebutkan dalam konteks ini adalah pengayaan 20% dan kemudian pengayaan 60%, pasokan logam uranium dan perluasan fasilitas dan peralatan nuklir, yang diduga menimbulkan kekhawatiran Washington dan sekutu Eropa dan regionalnya, terutama rezim Zionis.

Hal yang penting adalah bahwa Troika Eropa bukan hanya gagal menetralisir dampak sanksi sepihak terhadap Iran, meskipun banyak janji yang dibuat setelah Amerika keluar dari JCPOA, tapi pada masa kepresidenan Joe Biden, Troika Eropa telah menjadi mitra Amerika dalam mengintensifkan tekanan terhadap Iran. Hal ini menunjukkan bahwa Eropa terus mengingkari janjinya.

Sementara itu, negara-negara Eropa, yang kini menghadapi prospek kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dan dimulainya kembali kampanye tekanan maksimum, sudah bersatu dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.(sl)