Strategi Regional Iran, Menghormati Keinginan Rakyat Suriah
(last modified Tue, 10 Dec 2024 04:32:38 GMT )
Des 10, 2024 11:32 Asia/Jakarta
  • Bendera Republik Islam Iran
    Bendera Republik Islam Iran

Dalam pendekatan diplomasinya, Republik Islam Iran menekankan urgensi dan perhatian terhadap keinginan rakyat Suriah sesuai dengan perkembangan di kawasan.

Presiden Republik Islam Iran, Masoud Mezikian, dalam sidang pemerintah pada Minggu (8/12), mengacu pada perkembangan di Suriah, menekankan perlunya menjaga persatuan, kedaulatan, dan keutuhan wilayah negara ini seraya mengatakan, Rakyat Suriahlah yang harus memutuskan masa depan negara ini, sistem politik dan pemerintahannya.

Presiden Iran menekankan perlunya dialog antara berbagai spektrum masyarakat Suriah untuk mencapai pemahaman dan menyatakan harapan bahwa konflik dan kekerasan militer akan berakhir sesegera mungkin sehingga rakyat Suriah dapat hidup dalam lingkungan yang damai dan jauh dari konflik, kekerasan dan kekhawatiran atau campur tangan merusak pihak luar untuk menentukan nasib mereka yang layak bagi rakyat besar Suriah.

Dengan mengecam keras tindakan rezim teroris dalam penyerangan di wilayah Suriah, Pezeshkian menyerukan kewaspadaan seluruh pihak internal di negara ini serta negara-negara di kawasan terhadap penyalahgunaan rezim Zionis untuk memajukan tindakannya yang ekspansif dan ilegal terhadap bangsa-bangsa di kawasan.

Masoud Pezeshkian, Presiden Republik Islam Iran

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran juga mengeluarkan pernyataan mengenai perkembangan terkini di Suriah. Selain mengingatkan posisi prinsip Iran yang menghormati persatuan, kedaulatan nasional, dan keutuhan wilayah Suriah, Kemenlu Iran menekankan bahwa penentuan nasib dan pengambilan keputusan tentang masa depan Suriah, sepenuhnya merupakan tanggung jawab rakyat negara ini, tanpa campur tangan yang merusak atau paksaan asing.

Kelompok oposisi dan teroris di Suriah, dengan dukungan beberapa negara, melancarkan serangan besar-besaran terhadap posisi tentara Suriah di berbagai wilayah di negara itu mulai tanggal 27 November 2024, dan Damaskus akhirnya jatuh pada hari Minggu (8/12).

Republik Islam Iran memulai tindakan dan pendekatan diplomatiknya bersamaan dengan perkembangan internal di Suriah, dan dalam hal ini, Sayid Abbas Araghchi, Menteri Luar Negeri Iran bertemu dan berkonsultasi dengan para pejabat negara-negara kawasan.

Iran adalah salah satu anggota utama dan aktif dalam pertemuan Astana yang diadakan di Kazakhstan pada tahun 2016. Pertemuan para ahli di mana Tehran selalu berpartisipasi aktif dengan tujuan menentukan mekanisme bagi keluar dari krisis Suriah.

Pihak berwenang Republik Islam Iran juga terus melakukan konsultasi dan pertemuan dengan otoritas negara tetangga termasuk Turki dan Rusia dalam beberapa hari terakhir mengenai perkembangan di Suriah, yang menunjukkan posisi dan peran efektif Iran dalam perkembangan di kawasan.

Mengingat peran destruktif rezim Zionis, dan sekutu utama Tel Aviv di kawasan, Amerika Serikat, yang tidak memiliki tujuan selain ketidakstabilan dan menciptakan ketidakamanan, maka diperlukan pembicaraan dan konsultasi dengan para pejabat negara-negara di kawasan tersebut untuk menciptakan stabilitas di Suriah dan mengurangi ketegangan antara pihak-pihak yang berkonflik internal, di mana Iran mempunyai peran yang efektif dan menentukan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu mengumumkan runtuhnya perjanjian "pemisahan" antara Suriah dan rezim Israel pada tahun 1974 di wilayah Golan dan memerintahkan agar mengendalikan zona penyangga di Golan yang diduduki.

Rezim Zionis, dengan menyalahgunakan kondisi internal Suriah, bermaksud untuk menciptakan lebih banyak krisis dan ketidakstabilan di negara ini, dan tindakan Zionis dalam beberapa hari terakhir menunjukkan rencana jahat dan konspirasi mereka di wilayah tersebut.

Dalam situasi ini, dialog dan kerja sama berbagai kelompok di Suriah merupakan faktor yang efektif untuk mengurangi perbedaan dan meningkatkan solidaritas dalam menghadapi konspirasi yang tujuan utamanya adalah menciptakan ketidakstabilan dan mengintensifkan konflik internal, yang konsekuensi utamanya adalah melemahnya stabilitas nasional dan kesatuan di negara ini.

Terjaganya stabilitas internal di Suriah juga terkait dengan ketaatan dan perhatian pihak-pihak yang berkonflik terhadap kemauan rakyat negara itu.

Republik Islam Iran selalu menganggap kerja sama dan dialog regional sebagai cara paling efektif untuk menghadapi campur tangan asing di kawasan dalam mencapai kebijakan stabilitasnya.

Pendekatan efektif lainnya yang selalu ditekankan oleh otoritas Republik Islam Iran adalah dengan memperhatikan keinginan rakyat Suriah agar mereka menentukan nasib negaranya tanpa campur tangan pihak asing.(sl)