Reaksi Negara-Negara terhadap Klaim Berlebihan Trump tentang Akuisisi Wilayah
(last modified Thu, 09 Jan 2025 04:00:24 GMT )
Jan 09, 2025 11:00 Asia/Jakarta
  • Trump ingin Kanada gabung AS
    Trump ingin Kanada gabung AS

Pars Today - Setelah Presiden terpilih AS Donald Trump mengulangi klaim teritorialnya atas Kanada, Panama, dan Greenland serta tindakannya, termasuk mengirim putra Trump ke Greenland untuk mempersiapkan hal ini, negara-negara tersebut bereaksi keras terhadap tindakan Trump.

Pada hari Selasa, dalam konferensi pers sebelum upacara pelantikan masa jabatan kedua presiden, Trump mengulangi kritiknya terhadap Jimmy Carter, mantan presiden negara ini, dan tidak mengesampingkan penggunaan militer untuk mengendalikan Terusan Panama dan Greenland.

Pada hari Selasa, Trump kembali mengkritik perjanjian tahun 1977 yang ditandatangani oleh mantan Presiden AS Jimmy Carter yang menyebabkan pengalihan kendali terusan ke Panama pada tahun 1999.

Dia juga berbicara tentang rencananya untuk mengubah nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika beberapa hari yang lalu dan menyebut masalah imigrasi sebagai alasan utama perubahan besar ini.

Sesaat sebelum Natal, Trump juga mengatakan bahwa “demi keamanan nasional dan kebebasan dunia, Amerika Serikat merasa bahwa kepemilikan dan kendali atas Greenland adalah kebutuhan mutlak”.

Pada tahun 2019, selama masa jabatan pertama kepresidenannya, Trump berbicara tentang pembelian wilayah milik Denmark dan berlokasi di Arktik, dan menyebutnya sebagai “kesepakatan properti besar” dengan “kepentingan strategis”.

Donald Trump

Pernyataan ini menyebabkan krisis diplomatik dengan anggota NATO Denmark pada saat itu.

Pada hari Senin (6/01), tak lama setelah pengunduran diri Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada, Donald Trump mengulangi permintaannya agar Kanada bergabung dengan Amerika Serikat.

Setelah memenangkan pemilihan presiden November 2024, Trump mengumumkan akan mengenakan tarif sebesar 25% pada produk impor dari Kanada dan Meksiko.

Pada hari Senin, Trump menulis di media sosialnya yang disebut Truth Social, Banyak orang di Kanada ingin menjadi negara bagian Amerika ke-51. Amerika Serikat tidak dapat lagi menoleransi ketidakseimbangan neraca perdagangan dan subsidi yang dibutuhkan Kanada untuk bertahan hidup.

Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Jolly menanggapi komentar Presiden terpilih AS Donald Trump tentang negaranya, Kami tidak akan mundur saat menghadapi ancaman.

“Komentar Trump menunjukkan kurangnya pemahaman tentang apa yang membuat Kanada menjadi negara yang kuat,” tulis Jolly di jejaring sosial X pada Selasa (7/01) malam.

Dia menambahkan, Perekonomian kita kuat. Masyarakat kita kuat. Kami tidak pernah mundur dari ancaman.

Di sisi lain, Denmark juga menunjukkan reaksi keras terhadap klaim teritorial Trump.

Setelah Presiden terpilih Donald Trump menyatakan minatnya untuk mencaplok Greenland ke Amerika Serikat, putra sulungnya, Donald Jr., tiba di pulau itu dengan pesawat pribadi ayahnya.

Perjalanan putra Trump dengan pesawat pribadi ayahnya tidak direncanakan sebagai bagian dari kunjungan resmi.

Bulan lalu, Trump mengatakan dalam pidatonya bahwa kendali Amerika Serikat atas Greenland adalah kebutuhan mutlak. Pada hari Senin, dia menulis di jejaring sosial Truth Social bahwa Greenland akan kembali ke puncaknya.

Dia menulis dalam postingan di jejaring sosial ini, Greenland adalah tempat yang luar biasa dan jika itu menjadi bagian dari negara kita, masyarakat akan mendapatkan banyak manfaat.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menanggapi kunjungan putra Presiden terpilih AS Donald Trump ke Greenland, dan mengumumkan bahwa tanah tersebut tidak untuk dijual.

“Perdana Menteri Greenland Mute Egede telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa ada banyak dukungan di antara masyarakat bahwa Greenland tidak untuk dijual dan tidak akan dijual di masa depan,” kata Frederiksen pada hari Selasa (7/01).

Komentar perdana menteri Denmark ini muncul setelah Trump bulan lalu mengusulkan pembelian Greenland dari Denmark, dan menyebut pembelian wilayah Arktik oleh AS sebagai “kebutuhan mutlak”.

Javier Martínez-Acha, Menteri Luar Negeri Panama juga menanggapi ancaman Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat, untuk merebut kembali kedaulatan Terusan Panama oleh Amerika Serikat, dan menekankan bahwa kedaulatan Terusan Panama “tidak dapat dinegosiasikan”.

Menolak negosiasi apa pun dengan Trump mengenai Terusan Panama, dia mengatakan, Tidak ada yang perlu dibicarakan.

Dia menambahkan, Presiden Jose Raul Mulino sebelumnya telah mengumumkan bahwa kedaulatan atas terusan kami tidak dapat dinegosiasikan dan merupakan bagian dari sejarah perjuangan kami.

Dia menekankan bahwa Terusan Panama “dikembalikan ke Panama tanpa dapat ditarik kembali”.

Presiden terpilih AS sebelumnya telah menyatakan dalam beberapa kesempatan bahwa jika biaya kapal AS yang melewati Terusan Panama tidak dikurangi, dia ingin merebut kembali Terusan Panama yang digali oleh AS dan dibuka pada tahun 1914.

Posisi Trump mengenai akuisisi Kanada, Greenland, dan Panama sekali lagi mengungkap sikap nyata Amerika Serikat terhadap negara lain, yaitu pandangan top-down berdasarkan dominasi yang jelas.

Pada abad ke-21, Amerika memiliki pandangan imperialis yang sama terhadap negara-negara lain seperti pada abad ke-19 dan ke-20, meskipun terjadi perubahan dan perkembangan besar di tingkat global.

Amerika hanya mengejar tujuan dan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan hukum internasional, khususnya hak atas kedaulatan dan integritas wilayah, dan menuntut aneksasi tiga negara dan wilayah penting, yaitu Kanada, Greenland dan Panama, ke dalam wilayah mereka.(sl)