Apa Rahasia Manajemen Krisis Imam Khamenei dalam Perang Melawan Rezim Zionis?
https://parstoday.ir/id/news/iran-i174524
Perang 12 hari yang dipaksakan rezim Zionis terhadap Iran, meskipun terbatas secara geografis dan waktu, dianggap sebagai laboratorium penting bagi Iran dalam situasi krisis.
(last modified 2025-07-13T12:15:30+00:00 )
Jul 13, 2025 09:00 Asia/Jakarta
  • Apa Rahasia Manajemen Krisis Imam Khamenei dalam Perang Melawan Rezim Zionis?

Perang 12 hari yang dipaksakan rezim Zionis terhadap Iran, meskipun terbatas secara geografis dan waktu, dianggap sebagai laboratorium penting bagi Iran dalam situasi krisis.

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengambil langkah-langkah efektif dalam mengatasi tantangan ini, yang membawa Iran meraih kemenangan melawan musuh.

Serangan militer agresif rezim Zionis terhadap Iran dimulai pada 13 Juni. Selama serangan ini, fasilitas nuklir, pusat militer, dan lokasi sipil, termasuk pusat medis, Penjara Evin, dan permukiman, menjadi sasaran, yang mengakibatkan gugurnya sejumlah komandan militer senior, ilmuwan nuklir, dan warga sipil.

Setelah serangan ini, Imam Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengeluarkan pesan yang menyatakan,"Setiap serangan terhadap keamanan nasional Iran akan ditanggapi dengan respons yang keras dan menyakitkan."

Artikel Pars Today ini mengkaji peran kunci Ayatullah Khamenei dalam mengelola perang ini dan dampaknya terhadap opini publik global.

Reorganisasi Angkatan Bersenjata Iran

Pada dini hari tanggal 13 Juni, setelah dimulainya serangan udara Israel, serangkaian ledakan terjadi di Tehran yang menyebabkan sejumlah komandan tinggi gugur. Dari perspektif manajemen krisis, ketiadaan lapisan komando pertama di negara mana pun pada dini hari dapat mengakibatkan runtuhnya rantai kendali dan tertundanya pengambilan keputusan penting. Namun, yang terjadi di Iran justru sebaliknya.

Pada jam-jam pertama perang, Pemimpin Besar Revolusi memperkenalkan para penerus yang telah gugur dan mengumumkan misinya melalui sebuah pesan mendesak. Struktur komando segera dibangun kembali dan jalur komunikasi pendukung dioperasikan.

Dalam waktu hanya beberapa jam, operasi respons tegas Iran diaktifkan, dan gelombang pertama serangan rudal presisi menargetkan sistem pertahanan dan depot logistik musuh di Tel Aviv dan bagian lain wilayah pendudukan pada malam itu.

Kecepatan tindakan ini kemungkinan besar merupakan hasil dari dua faktor: Pertama, arsitektur komando yang terbuka dan modular, yang sebelumnya telah dipraktikkan dalam latihan-latihan kompleks dan telah menyiapkan jalur-jalur komando alternatif.

Kedua, kehadiran Pemimpin Besar Revolusi Islam sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata di puncak piramida pengambilan keputusan, mampu mencegah erosi waktu dengan satu perintah.

Pengalaman hari pertama perang menunjukkan bahwa gagasan "konsentrasi dalam pengambilan keputusan dan desentralisasi pada pelaksanaan" dalam kondisi perang modern yang serba cepat dapat menjadi tulang punggung perlawanan suatu negara dan mengarah pada keberhasilan. Langkah ini patut dianggap sebagai salah satu titik terang kebijakan militer Pemimpin Besar Revolusi Islam dalam membela Iran.

Manajemen Opini Publik

Dalam kondisi krisis militer, para pemimpin puncak biasanya berbicara dari balik podium resmi atau pernyataan kering dari Staf Gabungan, tetapi Pemimpin Besar Revolusi berbicara kepada rakyat Iran tiga kali, menghadap kamera. Pentingnya tindakan ini tidak hanya terletak pada isi pesan, tetapi juga pada waktu dan jenis eksekusinya. Pesan pertama disiarkan tepat pada saat Iran menembakkan rudal pertama ke Tel Aviv.

Sinkronisitas ini membentuk kesinambungan narasi "pertahanan yang sah" bagi rakyat dan pengamat asing mengenai keputusan, eksekusi, dan informasi dalam kerangka waktu yang sama. Pesan kedua disiarkan pada hari keenam perang, ketika musuh yang gagal menahan kekuatan respons Iran selama gelombang pertama, melancarkan strategi serangan masif yang tersebar di kota-kota di Iran, terutama Tehran. Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan,"Kestabilan, ketenangan, dan penguasaan situasi" dengan pernyataan yang tenang namun tegas, secara efektif mengubah model psikologis masyarakat dari reaksi cemas menjadi kendali aktif.

Pesan ketiga setelah berakhirnya permusuhan menekankan "tidak untuk menyerah", sebuah respons yang jelas terhadap gerakan-gerakan asing yang mencoba menggambarkan berakhirnya permusuhan sebagai kekalahan Iran. Dari perspektif komunikasi krisis, ketiga pesan ini membangun jembatan bagi narasi nasional dan mencegah kesenjangan berita atau dominasi narasi musuh yang berupaya melemahkan mental publik. Kejelasan yang dipilih menggantikan slogan-slogan dan pernyataan yang berlebihan; karena alasan ini, pesan-pesan tersebut menjadi kredibel bahkan bagi publik yang selama ini kurang bersahabat terhadap pemerintah sekalipun.

Meningkatnya popularitas regional dan global

Manajemen krisis Ayatullah Khamenei dipuji tidak hanya di Iran, tetapi juga di tingkat internasional. Media dunia, termasuk Al Jazeera dan The Guardian mencatat bahwa Iran telah memaksa Israel mundur dengan korban jiwa minimal dan dampak maksimal. Tagar seperti "Leader" dan "Imam Khamenei" juga menjadi tren di media sosial, yang menunjukkan bahwa citra Iran dan kepemimpinannya telah menguat di mata publik dunia.

Tanggapan efektif terhadap Rumor

Pada hari-hari setelah perang berakhir, para pejabat Amerika Serikat dan rezim Zionis berulang kali mengangkat isu pembunuhan Pemimpin Besar Revolusi Islam.Tetapi kehadiran beliau pada acara berkabung Asyura, bahkan tanpa pidato, merupakan contoh kekuatan simbolis yang sangat efektif.

Kehadiran ini menunjukkan bahwa terlepas dari semua ancaman yang datang bertubi-tubi, stabilitas, keamanan, dan otoritas Iran tetap kokoh, dan kepemimpinannya memiliki kehadiran yang efektif dan inspiratif di samping rakyat dan pemerintah Iran.(PH)