Upaya Uni Eropa Mencari Mitra Dagang Baru
(last modified Tue, 06 May 2025 03:17:16 GMT )
May 06, 2025 10:17 Asia/Jakarta
  • Bendera Uni Eropa
    Bendera Uni Eropa

Pars Today - Tindakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah menimbulkan kekacauan dalam sistem ekonomi dan perdagangan global, terutama dimulainya perang dagang dengan dunia, telah mendorong Uni Eropa untuk berupaya memperluas dan memperdalam hubungannya dengan negara-negara di kawasan Lingkar Pasifik (Trans-Pasifik).

Para pejabat senior dan diplomat Eropa melihat kembalinya Presiden AS Donald Trump ke Gedung Putih sebagai katalisator untuk menghidupkan kembali rencana yang sempat terhenti untuk menjalin kemitraan strategis antara Uni Eropa dan Kemitraan Trans-Pasifik.

Rencana untuk menjalin hubungan dan kemitraan yang lebih kuat antara Brussels dan blok perdagangan yang beranggotakan 12 negara, termasuk Kanada, Jepang, dan Meksiko, bergerak lebih cepat dari sebelumnya sejak Trump mengumumkan tarif pada tanggal 2 April, yang dikenal sebagai "Hari Kebebasan".

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan kedua pihak ingin bekerja sama dalam menyusun aturan untuk memastikan praktik perdagangan yang adil di seluruh dunia demi kepentingan umat manusia.

Ia menekankan bahwa kedua blok sedang mengkaji apa yang perlu ditingkatkan di Organisasi Perdagangan Dunia dalam kekacauan saat ini dan bagaimana mereka dapat bekerja sama lebih erat untuk mencapainya.

Upaya sebelumnya untuk mempererat hubungan antara kedua blok pada tahun 2023, tidak diterima dengan baik.

Namun, sebuah laporan oleh Dewan Perdagangan Nasional Swedia menunjukkan bahwa kesepakatan antara blok-blok tersebut dapat menjadikan mereka "pusat gravitasi perdagangan global".

Uni Eropa

Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) ditetapkan pada tahun 2018.

Perjanjian ini merupakan pakta perdagangan antara beberapa negara di Lingkar Pasifik yang bertujuan untuk memperkuat kerja sama ekonomi, mengurangi tarif, dan menciptakan aturan bersama di berbagai bidang seperti investasi, kekayaan intelektual, dan perdagangan digital.

Perjanjian tersebut mencakup Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Inggris, dan Vietnam.

Negara-negara lain yang mengajukan permohonan untuk bergabung dengan pakta tersebut meliputi Cina, Taiwan, Ukraina, Kosta Rika, Uruguay, dan Ekuador.

Uni Eropa sudah memiliki perjanjian bilateral dengan sembilan anggota pakta tersebut.

Kementerian Luar Negeri Kanada mengatakan negara itu berkomitmen untuk memperkuat hubungan dagangnya dengan Eropa dan kawasan Indo-Pasifik.

Perdana Menteri Selandia Baru dan Singapura juga telah mendukung gagasan untuk memperdalam kerja sama antara kedua blok tersebut dalam beberapa minggu terakhir.

Diplomat Eropa mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan bilateral antara Uni Eropa dan Canberra diharapkan akan dilanjutkan setelah pemerintahan baru Australia terbentuk.

Pada tanggal 2 April 2025, Donald Trump, dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat kontroversial, mengumumkan tarif atas barang-barang yang diimpor dari 185 negara dan kawasan.

Tarif tetap sebesar 10% mulai berlaku pada tanggal 5 April, dan tarif individual pada tanggal 9 April.

Trump juga mengumumkan tarif sebesar 10% untuk barang-barang Inggris dan tarif sebesar 20% untuk barang-barang Uni Eropa.

Pada saat yang sama, Trump menaikkan tarif atas impor Cina menjadi 145%. Sebagai tanggapan, Beijing mengenakan tarif sebesar 125 persen atas impor dari Amerika.

Namun, mengingat konsekuensi mengerikan dari kebijakan tarif barunya, Trump terpaksa mengumumkan jeda selama 90 hari atas penerapan tarif baru kecuali untuk Cina.

Menyusul pengumuman tarif baru Trump, pasar keuangan global bereaksi negatif, dengan banyak indeks saham dan nilai mata uang di Asia dan Eropa jatuh.

Para pakar ekonomi telah memperingatkan bahwa tindakan ini dapat memulai periode resesi global dan meningkatnya inflasi.

Trump telah mengambil pendekatan ancaman, tekanan, dan paksaan untuk memaksa mitra dagang AS menerima dan mematuhi tuntutan Washington.

Ini berarti perang dagang habis-habisan dengan banyak negara ekonomi berkembang, terutama Cina, serta Uni Eropa, terutama Jerman sebagai negara terpenting di serikat tersebut, serta mitra blok Barat seperti Kanada, Meksiko, Jepang, dan Korea Selatan.

Para ahli telah memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang dan desakan Trump untuk mengenakan tarif baru akan berdampak serius bagi ekonomi global.

Sementara itu, bahkan sekutu strategis AS seperti Inggris tidak kebal terhadap bahaya tarif baru Trump, dan karena alasan ini, London, meskipun sebelumnya ingin melepaskan diri dari Uni Eropa sebanyak mungkin, kini telah mengambil pendekatan yang berbeda.

Sekarang, mengingat tekad Uni Eropa untuk mencari mitra dagang baru, termasuk di kawasan Lingkar Pasifik, dapat diprediksi bahwa ekonomi utama lainnya di dunia, terutama Cina, juga akan mengambil jalan yang sama dan mencari mitra ekonomi dan dagang baru selain Amerika Serikat.(sl)