Penegasan Komitmen Membangun Pangan Berkelanjutan Indonesia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat pertemuan secara virtual dengan Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) untuk Indonesia yang baru Rajendra Aryal saat menyerahkan surat kepercayaan (credential letter) di Jakarta (13/9) menyoroti ketahanan Indonesia di sektor pertanian.
Di sektor pertanian, ketahanan pangan Indonesia ditunjukkan dengan Pertumbuhan Produk Domestik (PDB) yang meningkat 2,19 persen year-on-year di tengah terjadi perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19.
"Saya berharap FAO akan terus mendukung pembangunan pertanian di Indonesia dengan fokus pada bidang-bidang strategis seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi konsumsi pangan pokok, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, pengembangan pertanian modern dan promosi tenaga ahli pertanian," kata Menlu melalui pernyataan resmi FAO Indonesia.
Menanggapi harapan Menlu Retno Marsudi itu, Rajendra Aryal mengakui pencapaian Indonesia tersebut dan menegaskan kembali komitmen FAO untuk memberikan lebih banyak dukungan.
Dukungan itu, dalam upaya terus menerus untuk melakukan transformasi sistem pangan Indonesia menjadi lebih berkelanjutan.
Pemerintah Indonesia dinilainya telah menunjukkan upaya luar biasa untuk mengatasi dampak negatif pandemi terhadap kehidupan masyarakat.
Untuk itu, FAO akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada petani kecil dan keluarganya, pekerja pangan di semua sektor, dan mereka yang sangat rentan.
Pertemuan tersebut, selain menegaskan kerja sama dwi pihak yang lebih erat untuk sistem pangan yang berkelanjutan di Indonesia, juga menyoroti bahwa transformasi sistem pertanian pangan akan bertumpu pada digitalisasi pertanian seperti "e-agriculture" dan inovasi.
Kolaborasi lebih kuat
Menurut Aryal perlu untuk melihat bagaimana inovasi teknologi dan digitalisasi, seperti "e-agriculture", dapat membantu petani dan konsumen mengatasi masalah kerawanan pangan, masalah gizi dan berkurangnya sumber daya alam.
Karena itulah dibutuhkan kolaborasi yang lebih kuat di bawah Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (South -South and Triangular Cooperation)
Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak menyepakati pentingnya kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST).
Menurut Sekretariat Negara (Setneg) dalam laman https://isstc.setneg.go.id/, Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) merupakan kerja sama pembangunan di antara negara-negara berkembang dalam rangka mencapai kemandirian bersama yang dilandasi oleh solidaritas, kesetaraan (mutual opportunity) dan saling menguntungkan (mutual benefit).
Dalam perjalanannya, model kerja sama tersebut mengalami perkembangan dengan adanya dukungan mitra pembangunan yang dikenal dengan istilah Kerja Sama Triangular (Triangular Cooperation).
Partisipasi aktif Indonesia dalam KSST dilandasi oleh kebijakan politik luar negeri Indonesia dan pelaksanaan hubungan internasional yang bebas dan aktif sebagai wujud pengejawantahan amanat UUD 1945, yaitu turut melaksanakan ketertiban dunia.
Dalam rujukan lainnya, Kerja sama Triangular bukan hanya kerja sama negara selatan saja, namun juga negara-negara utara, yakni negara maju.
Kerja sama Triangular juga melibatkan institusi multilateral seperti lembaga kemanusiaan (pendonor) atau organisasi internasional seperti PBB.
Hanya saja, campur tangan negara maju dan lembaga multilateral hanya sebatas pendukung saja, sehingga inisiatif kerja sama dalam KSST tetap diambil oleh negara-negara berkembang.
Aryal menambahkan Indonesia telah mencapai berbagai keahlian teknis di sektor pangan, pertanian, perikanan dan kehutanan.
Karena itu, FAO berkomitmen terhadap keahlian dan praktik baik Indonesia melalui KSST, tidak hanya di Kawasan Asia-Pasifik, tetapi secara global.
Menlu Retno Marsudi berharap FAO akan terus mempromosikan dan memfasilitasi kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya di seluruh dunia di bawah KSST itu.
Kepercayaan dunia
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menyatakan bahwa pembangunan sektor pertanian di Indonesia terus mendapat kepercayaan dunia.
Hal itu, katanya melalui pernyataan tertulis di Jakarta pada Selasa (22/6) 2021, terbukti dari dipilihnya Indonesia menjadi anggota Dewan FAO mewakili Asia.
Pada Sidang ke-42 Konferensi FAO yang diselenggarakan secara virtual pada 14-18 Juni 2021, Indonesia terpilih sebagai Anggota Dewan FAO.
Indonesia dinominasikan oleh Filipina dan India mewakili Grup Asia bersama dengan lima negara anggota lainnya, yaitu Bangladesh, Filipina, Jepang, Cina, dan Republik Korea.
Dalam sidang itu Mentan menyoroti pentingnya upaya berkelanjutan untuk transformasi menuju sistem pertanian pangan yang lebih inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.
Transformasi sistem pertanian pangan di Indonesia telah dilakukan dengan mengedepankan prinsip berorientasi lokal, kolaboratif, transformatif, tangguh, dan berkelanjutan.
Dalam kaitan itu, Indonesia terus berkomitmen untuk bekerja sama dengan FAO dan anggotanya, termasuk melalui KSST.
Secara khusus, ia mengatakan penguatan kolaborasi menjadi sangat penting, terlebih dalam penanganan dampak COVID-19 terhadap sistem pangan dan pertanian.
Sebagai anggota Dewan FAO 2021-2024, Indonesia dapat berperan secara aktif mewarnai berbagai kebijakan di FAO, khususnya yang terkait dalam pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030, transformasi sistem pangan berkelanjutan, dan pengawalan kerjasama teknis melalui platform Hand-in-Hand Innitiative (HIHI) yang dapat disinergikan dengan Indonesia melalui KSST.
Dalam berbagai krisis, secara riil dan juga dikuatkan dalam banyak riset, sektor pertanian terbukti tangguh untuk bisa bertahan untuk suistanable.
Pada titik inilah, maka peneguhan komitmen global untuk membantu dan bekerja sama dari semua pemangku kepentingan menjadi keniscayaan. (Antaranews.com)