Gunung Berapi Bromo Menarik Ribuan Orang untuk Ritual Pengorbanan
Ribuan umat Hindu mendaki gunung berapi aktif Indonesia pada Senin (05/06/2023) untuk membuang ternak, makanan, dan persembahan lainnya ke kawah berasap dalam upacara keagamaan yang telah berusia berabad-abad.
Mengerumuni pinggiran tipis di sekitar cekungan Gunung Bromo, umat mengangkat kambing, ayam, dan sayuran yang disampirkan di punggung mereka ke puncak berdebu sebagai bagian dari festival Yadnya Kasada.
Setiap tahun anggota suku Tengger dari dataran tinggi sekitarnya berkumpul di puncak gunung berapi, yang terkenal dengan pemandangan matahari terbitnya yang menakjubkan, dengan harapan dapat menyenangkan dewa-dewa mereka dan membawa keberuntungan bagi suku Tengger, kelompok Pribumi di Jawa bagian timur.
Slamet, seorang petani berusia 40 tahun yang seperti kebanyakan orang Indonesia hanya memiliki satu nama, membawa seekor bayi sapi sebagai persembahan.
"Kami memiliki banyak sapi di rumah dan yang satu ini bisa dianggap berlebihan, jadi kami membawanya ke sini ... untuk mengembalikannya kepada Tuhan," katanya.
“Ini juga sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberi kami kemakmuran… Kami mengembalikannya kembali kepada Tuhan sehingga kami dapat kembali ke sini tahun depan.”
Anak sapi itu beruntung lolos karena diserahkan kepada seorang penduduk desa setelah Slamet berdoa alih-alih dikorbankan ke kuali vulkanik.
Beberapa penduduk desa yang bukan suku Tengger turun ke lereng curam kawah yang dilengkapi jaring untuk mencegat sesajen yang dilempar ke jurang agar tidak terbuang sia-sia.
Petani Joko Priyanto membawa sebagian dari hasil buminya sendiri berupa kol dan wortel untuk dilempar ke dalam kehampaan berasap.
"Saya harap saya akan menerima hadiah dari Tuhan Yang Maha Kuasa," kata pria berusia 36 tahun itu.
Ritual hari Senin adalah pertama kalinya sejak pandemi COVID-19 pihak berwenang mengizinkan turis ke lokasi setelah festival dibatasi untuk jamaah tahun lalu.
Peristiwa ini berakar pada cerita rakyat abad ke-15 dari kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang membentang di seluruh Asia Tenggara.
Legenda mengatakan bahwa Putri Roro Anteng dan suaminya, yang tidak dapat melahirkan anak setelah bertahun-tahun menikah, memohon bantuan para dewa.
Doa mereka terkabul saat dijanjikan 25 anak, asalkan mereka sepakat mengorbankan anak bungsunya dengan membuangnya ke Gunung Bromo.
Anak laki-laki mereka konon rela terjun ke gunung berapi untuk menjamin kemakmuran masyarakat Tengger.
Bagi penjaga toko Rohim, yang melakukan perjalanan dari kota terdekat di Jawa pada hari Senin untuk meluncurkan kentang, daun bawang, dan uang tunai ke lahar, ini adalah kesempatan untuk berdoa memohon keberuntungan. Dia mengatakan kekayaannya telah membaik setelah kunjungan sebelumnya.
"Bisnis lebih baik dari sebelumnya, maka saya datang ke sini," kata pria berusia 32 tahun itu.
"Saya berharap bisnis saya bisa meningkat sehingga tahun depan saya bisa kembali."