Aug 14, 2019 21:27 Asia/Jakarta

Parstoday Indonesia mendapat kesempatan mengadakan wawancara khusus dengan Ketua Komisi I DPR-RI Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari di sela-sela kunjungan kerjanya ke Republik Islam Iran.

Wawancara berlangsung sebelum acara ramah tamah di Wisma Duta Besar Republik Indonesia di Golzar St. Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Selasa malam, 13 Agustus 2019.

Mungkin Bapak bisa menjelaskan tujuan dan agenda kunjungan Komisi I DPR-RI ke Iran.

Komisi I DPR-RI berkunjung ke Iran untuk serangkaian kegiatan. Kegiatan utamanya adalah melakukan pengawasan terhadap Kementerian Luar Negeri, yang dalam hal ini adalah KBRI di Tehran. Kita sudah mengadakan rapat dengan Bapak Dubes dan seluruh jajarannya pada hari pertama kami sampai.

Kami sampai pada pagi hari. Jadi kami landing sekitar jam 04.30 dan jam 10.00 kita langsung rapat sampai sekitar jam 14.00. Kami rapat dengan Duta Besar dan seluruh jajarannya untuk melakukan fungsi pengawasan dari DPR-RI.

Kemudian kami juga berkunjung ke beberapa lembaga di Iran yang ada hubungannya dengan Komisi I. Salah satunya adalah komisi bidang pertahanan dan keamanan, dan juga bidang luar negeri di parlemen Iran. Kemudian juga group kerja sama. Kita bertemu dengan advansive group di parlemen Iran.

Apakah ada prioritas yang dikejar kedua negara dalam kerja sama parlemen Indonesia dan Iran Pak?

Saya kira, hubungan parlemen Indonesia dengan parlemen Iran itu sudah terjalin cukup lama dan kegiatannya sangat aktif, saling berkunjung, saling memberi masukan, diskusi dan kerja sama di forum-forum internasional, sampai beberapa periode yang lalu, parlemen Iran memberikan dukungan penuh kepada parlemen Indonesia sehingga Indonesia menduduki satu posisi dalam parlemen dunia waktu itu.

Kalau boleh tahu Pak, apa hasil pertemuan Komisi I DPR-RI dengan Ketua Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran Mojtaba Zanouri dan Ketua Kelompok Persahabatan Parlemen Iran-Indonesia Mahmoud Sadeghi di Tehran?

Iya, (dalam pertemuan) dengan komisi pertahanan dan keamanan, kita berbicara tentang bagaimana berdiskusi tentang dinamika pertahanan dan kemanan, dan  kemudian juga hal-hal yang memungkinkan untuk dikerja samakan antara Indonesia dan Iran terkait dengan, mungkin alat-alat pertahanan dan keamanan. Salah satunya besok kita akan melihat industri radar, yang sangat dibutuhkan dalam pertahanan di Indonesia.

Iran diembargo di banyak bidang termasuk alutsista, tapi Iran masih mampu untuk memproduksi peralatan militernya sendiri. Apakah kira-kira hubungan Indonesia dengan Iran di bidang pertahanan bisa pada tingkat praktis, misalkan saling tukar alutsista, saling membeli peralatan militer atau transfer teknologi?

Saya kira dalam beberapa pembicaraan sebelumnya sudah ada, ya baru kemungkinan-kemungkinan dibuka, apa namanya, ada transaksi ya antara Indonesia dan Iran, karena memang selama ini transaksi juga sudah berjalan. Indonesia ke Iran misalnya, ada kopi, sawit. Saya kira perdagangan tetap berjalan.

Tapi untuk pertahanan belum ya Pak?

Untuk pertahanan, saya kira belum, dan kita akan melihat bagaimana kemampuan radar dari Iran. Apakah memungkinkan nanti untuk melengkapi, barang kali, sistem pertahanan di Indonesia. Tapi kita baru melihat saja.

Apakah sanksi Amerika Serikat terhadap Iran berdampak pada hubungan perdagangan antara Indonesia dan Iran?

Saya kira, dengan berbagai cara kita mengusahakan agar, apakah mulai pihak ketiga, itu banyak produk-produk Indonesia yang sudah kadung memang disenangi di masyarakat Iran, kita pertahanankan dan kalau bisa, kita tingkatkan. Tentang mekanismenya nanti biar Kementerian Perdagangan yang mengurusinya. Tapi dari aspek parlemen saya bicara, bagaimana agar hal-hal yang sudah selama ini terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan Iran, kita bisa melanjutkan kembali, dan kalau bisa ditingkatkan. Toh misalnya ada beberapa perusahaan makanan dari Indonesia yang sudah sangat dikenal di sini dan cukup besar transaksinya. Sawit Indonesia. Kita ketahui sawit Indonesia di Eropa kan dibanned ya. Kenapa tidak kita cari pasar di sini. Toh pasar di sini cukup terbuka.

Apa pendapat Bapak mengenai sanksi Amerika Serikat terhadap Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Apakah ini tidak melanggar hukum diplomatik?

Begini, sesuai dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, kita bebas dan tidak mengikuti blok manapun, hanya saja kemudian kita juga harus aktif dalam upaya perdamaian dunia. Hal-hal yang merupakan bagian dari upaya mencapai perdamaian dunia itu menjadi concern Indonesia, termasuk hal-hal yang terjadi di sini. Jadi kita ikut berkontribusi bagaimana agar dunia ini bisa damai dan tidak ada permusuhan.

Apakah ini kunjungan pertama Bapak ke Iran?

Iya, ini saya pertama kali masuk Iran.

Setelah melihat Iran, bagaimana pendapat Bapak tentang Iran setelah Revolusi Islam sejak tahun 1979?

Saya melihat begini. Iran menjadi sosok negara di mana meski dalam kondisi diembargo seperti ini, dia bisa bertahan bahkan dia tetap bisa melakukan pembangunan yang saya enggak bayangkan sepesat dan semaju ini.

Apakah ke depannya ada fokus tertentu yang dikejar dalam kerja sama antara parlemen Indonesia dan Iran?

Begini, kalau kerja sama di parlemen tentunya kita saling memberi masukan tentang dinamika parlemen. Jika terjadi seperti ini, bagaimana. Itu kira-kira. Kita saling memberi masukan. Kita memberikan masukan kepada Iran, kemudian kami juga minta masukan dari Iran.

Terimakasih yang sebesar-besarnya atas waktu yang diberikan kepada kami Pak.

Iya, sama-sama.

Kunjungan kerja Ketua Komisi I DPR-RI ke Iran didampingi oleh para wakilnya antara lain: Satya Widya Yudha, Asril Hamzah Tanjung dan Hanafi Rais. (RA)

Tags