7 Oktober; Netanyahu Lari dari Tanggung Jawab dan Meluasnya Perpecahan Politik di Israel
(last modified Tue, 29 Apr 2025 04:18:32 GMT )
Apr 29, 2025 11:18 Asia/Jakarta
  • PM Zionis Benjamin Netanyahu
    PM Zionis Benjamin Netanyahu

Pars Today - 18 bulan setelah 7 Oktober 2023, pemerintah Zionis Israel masih terlibat dalam Operasi Badai Al-Aqsa, dan Perdana Menteri Netanyahu berusaha menghindari tanggung jawab dan mengalihkan kegagalan besar ini kepada orang lain.

Operasi Badai Al-Aqsa yang dilancarkan oleh para pejuang Hamas terhadap rezim Zionis pada 7 Oktober 2023 merupakan kejutan besar di bidang intelijen, keamanan, dan militer.

Sebaliknya, ini menjadi kegagalan intelijen terbesar kabinet Zionis. Kegagalan ini begitu parah bagi rezim Zionis hingga mencoba mengurangi keparahannya dengan melakukan genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza.

Namun, terlepas dari kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukannya, konsekuensi dari operasi 7 Oktober tidak akan terhapus dari kancah politik Israel dan bahkan akan tetap ada dalam jangka panjang.

Salah satu konsekuensi terpenting adalah semakin dalamnya perpecahan politik dalam struktur kekuasaan Israel.

Para pejabat Israel saling tuduh karena gagal mengantisipasi operasi 7 Oktober, sementara para pengkritik Benjamin Netanyahu menggunakan operasi tersebut untuk menekannya.

Karenanya, Netanyahu berusaha melepaskan diri dari tanggung jawab dalam hal ini dengan menyalahkan para pengkritik dan penentang.

Dalam insiden terbaru, perbedaan pendapat antara kepala Shin Bet Ronen Bar dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah diketahui publik.

Minggu lalu, Bar menyerahkan dokumen setebal 8 halaman tentang operasi 7 Oktober, yang menyatakan bahwa ia telah memberi tahu semua otoritas dan lembaga terkait sebelum serangan.

Ia juga mengatakan bahwa Netanyahu memintanya untuk memberikan informasi tentang para aktivis yang berpartisipasi dalam protes tersebut.

Surat kabar Ma'ariv menggambarkan pernyataan Ronen Bar sebagai "bom peradilan".

Sementara Benjamin Netanyahu menggambarkan pernyataan tersebut sebagai tuduhan palsu.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Minggu malam, media berbahasa Ibrani melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi dokumen yang diajukan oleh kepala Shin Bet Ronen Bar minggu lalu dalam pembelaan setebal 23 halaman, yang menggambarkan semua pernyataan yang dibuat oleh kepala Dinas Keamanan Publik Israel sebagai palsu dan tidak berdasar.

Surat kabar Israel HaYom melaporkan di situsnya bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengajukan pembelaannya mengenai pernyataan Ronen Bar ke Mahkamah Agung Israel, di mana ia menggambarkan Ronen Bar sebagai penyebab kegagalan intelijen terbesar dalam sejarah Israel.

Selama pembelaan, Netanyahu membuat tuduhan yang sangat serius terhadap kepala Shin Bet, sembari menekankan bahwa Ronen Bar membuat kesalahan besar dalam interaksinya dengan Gaza pada tahun 2023 dan membuat pernyataan palsu mengenai persiapan keamanan dan upaya untuk menunda persidangan perdana menteri.

Pernyataan Ronen Bar terhadap Netanyahu di Mahkamah Agung Israel muncul setelah Netanyahu telah mencopotnya dari jabatannya.

Pernyataan-pernyataan ini, serta reaksi Netanyahu terhadapnya, menunjukkan bahwa operasi 7 Oktober membuka jalan bagi meningkatnya perpecahan internal di Wilayah Pendudukan, dan perpecahan ini akan terus berlanjut untuk waktu yang lama.(sl)