Rusia: Sikap AS dan Israel soal Program Nuklir Iran sepenuhnya tidak masuk Akal
(last modified Tue, 01 Jul 2025 08:07:21 GMT )
Jul 01, 2025 15:07 Asia/Jakarta
  • Mikhail Ulyanov
    Mikhail Ulyanov

Pars Today - Perwakilan Rusia untuk organisasi internasional yang berkantor di Wina menyatakan bahwa "posisi Amerika Serikat dan rezim Israel terkait program nuklir Iran sama sekali tidak masuk akal," dan menyatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti atas klaim anti-Iran mereka.

Menurut Pars Today mengutip ISNA, Mikhail Ulyanov, perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina, menyatakan: "Posisi Amerika Serikat dan Israel terkait program nuklir Iran sama sekali tidak masuk akal. Bahkan tidak ada sedikit pun ketidakberpihakan di dalamnya. Washington dan Tel Aviv telah meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Tehran sedang dalam perjalanan untuk memproduksi senjata nuklir, meskipun tidak ada bukti tentang hal ini."

 

Ulyanov menambahkan: Selama seperempat abad, Israel secara konsisten mengklaim bahwa "Iran tinggal beberapa minggu lagi untuk memproduksi bom nuklir." Prediksi ini berulang kali jauh dari kebenaran, tetapi Tel Aviv bersikeras pada klaimnya.

 

Mengacu pada perjanjian JCPOA, perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina menyatakan: "Pada tahun 2015, sebuah 'kesepakatan nuklir' dicapai yang seharusnya memuaskan semua pihak. Menurut kesepakatan itu, Iran setuju untuk memberlakukan pembatasan serius pada program nuklirnya di bawah kendali paling ketat dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan imbalan pencabutan semua sanksi yang tidak sah. Perjanjian itu berhasil dilaksanakan selama tiga tahun hingga Trump menarik diri darinya pada bulan Mei 2018 dan meluncurkan 'kampanye tekanan maksimum' terhadap Tehran.

 

Diplomat Rusia itu menyatakan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah menyepakati cara memastikan kepatuhan Iran tanpa syarat terhadap hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Non-Proliferasi melalui cara politik dan diplomatik dan pada saat yang sama mencabut sanksi.

 

Ia menambahkan: "Sejak April, Iran dan Amerika Serikat telah mengadakan pembicaraan tidak langsung yang bertujuan untuk menemukan solusi diplomatik baru, meskipun Tehran bersikeras bahwa programnya bersifat damai, sementara Washington mengklaim bahwa mereka ingin memastikan bahwa Iran tidak dapat membangun senjata nuklir.

 

Sementara itu, rezim Israel melancarkan serangan militer terhadap Iran pada Jumat pagi, 13 Juni, dengan dalih bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman, yang menyebabkan konflik antara Tehran dan Tel Aviv yang berlangsung selama 12 hari.

 

 

Amerika Serikat, sebagai tanggapan atas permintaan rezim Israel, melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir damai Iran, yang berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional. Sebagai tanggapan atas agresi ini, Iran menargetkan pangkalan militer AS di Qatar, yang dikenal sebagai "Al-Udeid". (MF)