Mengapa Investor Lebih Pilih Malaysia dan Vietnam Ketimbang Indonesia?
Presiden Joko Widodo Rabu kemarin (04/09/2019) saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta menyampaikan kekecewaannya karena investor asing masih sedikit menanamkan modal ke Indonesia.
Menurut Jokowi, para investor asing justru lari ke negara-negara tetangga, seperti Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
"23 memilih di vietnam, 10 lainnya perginya ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Enggak ada yang ke kita. Tolong ini digarisbawahi," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (4/9/2019), sebagaimana hasil pantauan Parstodayid dari Kompas, Kamis, 5 September.
Mengapa Malaysia dan Vietnam?
Dipilihnya Vietnam bukan tanpa alasan. Negara ini dinilai memiliki keunggulan dibanding Indonesia dalam menarik minat relokasi dari Cina.
Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo juga mengakui kelebihan yang dimiliki Vietnam dan Kamboja sampai Malaysia sehingga pengusaha China mau berinvestasi atau merelokasi perusahaannya di sana.
"Ini lebih keamanan dan stabilitas yang diterapkan di situ, lebih merasa nyaman bagi investor," kata Juan kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019), sebagaimana dikutip Parstodayid dari Detikcom, Kamis (5/9/2019
Ia menjelaskan, kondisi aman dapat dilihat dari tidak adanya demonstrasi para pekerja di sana. Keadaan ini berbanding terbalik dengan Indonesia, buruh kerap melancarkan demonstrasi, terutama soal kenaikan upah setiap menjelang akhir tahun.
Selain itu, ia menganggap, persoalan tenaga kerja di Indonesia yang menuntut kenaikan upah tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas. Faktor stabilitas, keamanan, kemudahan perizinan dan produktivitas tenaga kerja menjadi kunci keberhasilan Vietnam dan Kamboja.
Menperin Menanggapi Kekesalan Jokowi
Menanggapi itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini pemerintah mengejar investasi dari Taiwan.
"Iya, itu kan yang kita sedang mau dorong, yang juga investor dari Taiwan, jadi sekarang investor Taiwan ada dua projek satu petrokimia, kedua elektronik. Kemarin sudah rapat di Taiwan, saat sekarang sedang survei lokasi," katanya di Kantor Bank Indonesia (BI) Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Disinggung penyebab perusahaan-perusahaan itu enggan masuk Indonesia, Airlangga tidak menerangkan dengan jelas. Ia menuturkan berikutnya akan kembali dikejar.
"Mereka pilihannya memang di situ (selain Indonesia), tapi berikutnya kita kejar," ujarnya.
Saat disinggung soal izin, Airlangga menepis hal itu jadi penyebab perusahaan yang angkat kaki dari China enggan masuk ke Indonesia, tapi dia tak menjelaskan secara rinci.