Bagaimana Ekonomi Indonesia Menghadapi Gejolak Ekonomi Global?
(last modified Mon, 09 Sep 2019 09:51:49 GMT )
Sep 09, 2019 16:51 Asia/Jakarta
  • Bank Indonesia
    Bank Indonesia

Kondisi ekonomi global saat ini masih bergejolak dan penuh ketidakpastian. Akibatnya, perekonomian di emerging market atau negara berkembang termasuk Indonesia masih dibayangi dampak buruk dari kondisi tersebut, tak terkecuali kondisi perbankan. Apa lagi lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

PT Bank Mandiri Tbk memandang perkembangan ekonomi dunia terakhir ini kurang supportif terhadap perkembangan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun 2018 lalu.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan dalam acara Macro Economic Outlook 2019, di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/9). Sebagaimana hasil pantauan Parstodayid dari Liputan6, Senin (09/09/2019).

Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Panji Irawan mengungkapkan, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan tahun ini 3,2% atau lebih rendah dibandingkan perekonomian tahun lalu 3,6%. Kemudian prospek ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Perang dagang AS-Cina

Panji menjelaskan perang dagang ini berdampak negatif terhadap ekonomi global karena menurunkan volume perdagangan dunia, sehingga bisa menekan pertumbuhan ekonomi global.

Dia menyebutkan, bagi Indonesia, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina telah berdampak negatif terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan harga-harga komoditas. Harga minyak Kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terus tertekan ke tingkat harga sekitar US$ 500 per ton, padahal harga rata-rata 2017 sebesar US$ 648 per ton dan tahun lalu turun lagi menjadi US$ 556.

Sekalipun demikian, Panji melihat melihat kondisi perbankan nasional juga masih cukup kuat menghadapi risiko-risiko yang timbul akibat tekanan ekonomi global, perang dagang dan pelemahan harga komoditas.

Panji menegaskan, ketangguhan tersebut juga tercermin dari Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan nasional tercatat masih cukup tinggi, yaitu sebesar 22,6 persen pada bulan Juni 2019.

Selain itu, kualitas asset perbankan nasional juga terus membaik, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,5 persen, menurun dibandingkan bulan Juni 2018 yang sebesar 2,67 persen.

Kendati demikian, dia mengungkapkan kondisi saat ini juga melahirkan tantangan baru bagi perbankan nasional kedepan, dan akan terus meningkat.

"Tantangan-tantangan ini mungkin akan menekan permintaan kredit perbankan nasional. Pada saat yang bersamaan, bank-bank nasional pun akan lebih selektif dalam penyaluran kredit mempertimbangkan prospek bisnis yang semakin ketat," ujarnya.

Dia mengungkapkan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal 1 dan 2 memang di bawah ekspektasi banyak pihak. Tapi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara emerging market lainnya.

Tags