Indonesia-Maroko; dari Kerja Sama Ekonomi hingga Intelijen
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Senin (28/10) menerima lawatan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourrita di kantornya di Jakarta. Kedua menteri ini menggelar pertemuan tertutup sekitar satu jam membahas kerjasama bilateral serta isu regional dan global.
Dalam jumpa pers bersama usai pertemuan tersebut, Retno mengatakan Maroko adalah sahabat lama dan merupakan mitra penting bagi Indonesia di kawasan Afrika Utara. Dia mengingatkan tahun depan menandai 60 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.
Retno menambahkan ia dan Bourrita membahas prioritas kerjasama kedua negara ke depan, terutama di bidang ekonomi. Dia menambahkan dua dari empat nota kesepahaman yang ditandatangani hari ini terkait dengan memajukan kerjasama ekonomi, yaitu di bidang perikanan dan perindustrian.
MoU ditandatangani langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan Menteri Luar Negeri, Kerja Sama Afrika, dan Ekspatriat Maroko Nasser Bourita.
MoU ini akan mempererat jalinan kerja sama di bidang pelatihan perikanan, penelitian teknis dan ilmiah di bidang perikanan laut, pengolahan dan pemasaran produk perikanan, IUU Fishing, serta memajukan kemitraan sektor swasta kedua negara.
Selain itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga menerima usulan Maroko dalam menjalin kerja sama pengembangan kapasitas (capacity building) dari "the Higher Institute for Maritime Studies of Morocco" sebagai salah satu tindak lanjut bidang kerja sama MoU yang disepakati.
MoU akan berlaku selama tiga tahun mendatang. Pasca penandatanganan MoU, pihak Indonesia dan Maroko secara bersama akan menyusun bentuk-bentuk kegiatan konkret dan rinci dengan rentang waktu 2-3 tahun. Berbagai bentuk kegiatan tersebut akan dimasukan pada plan of actions (rencana aksi) implementasi MoU yang dikoordinasikan dengan para pihak di negara masing-masing.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri RI juga menawarkan kesiapan Indonesia untuk memasok minyak sawit, teh, dan kopi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Maroko. Tawaran itu disampaikan Retno Marsudi di depan Menlu Maroko, Nasser Bourita, di Jakarta, kemarin.
Retno mengatakan, Pemerintah RI juga tengah membahas kerja sama internasional di bidang vaksin dan farmasi. “BUMN di Indonesia siap bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan vaksin dan farmasi yang tidak saja di Maroko, tetapi Timur Tengah, Eropa, dan negara Afrika lain,” tutur Retno di Jakarta, Senin (28/10).
Selain bidang industri dan ekonomi, Retno mengungkapkan, BUMN dan perusahaan swasta Indonesia akan berpartisipasi dalam proyek pembangunan infrastruktur dan transportasi di Maroko. Misalnya dalam pembangunan jalan, jembatan, proyek rel kereta api, dan perumahan.
Retno meyakini, kerja sama tersebut akan menguntungkan kedua belah pihak. “Perjanjian selanjutnya yaitu saya mendorong agar Indonesia dan Maroko dapat menjajaki joint venture antara perusahaan pupuk Indonesia dan Maroko untuk investasi fosfor,” lanjutnya.
Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjalin kerja sama dengan Pemerintah Maroko dalam bidang pencegahan terorisme.
Salah satu bentuk kerja sama, yakni bertukar data intelijen. Kerja sama itu ditandai dengan penandatatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang dilakukan Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius dan Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita.
“Banyak hal yang kita kerjasamakan, khususnya intelligence sharing (berbagi data intelijen), juga kemudian program pecegahan dan penindakan yang bisa kita kerjasamakan dengan pemerintahan Maroko,” tutur Suhardi usai melakukan penandatangan MoU di Gedung Pancasila, Kantor Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jakarta, Senin (28/10/2019). (Antaranews/Liputan6/Sindonews)