Kebangkitan Ekonomi RI dengan Kenaikan Ekspor
https://parstoday.ir/id/news/indonesia-i95452-kebangkitan_ekonomi_ri_dengan_kenaikan_ekspor
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2021 mencapai US$ 18,35 miliar atau naik 20,31% dari bulan sebelumnya dan naik 30,47% dibandingkan periode sama tahun 2020. Dari angka US$ 18,35 miliar, sebesar US$ 17,45 miliar merupakan ekspor non migas dan US$ 0,91 miliar merupakan migas.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Apr 20, 2021 12:32 Asia/Jakarta
  • Ekspor
    Ekspor

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2021 mencapai US$ 18,35 miliar atau naik 20,31% dari bulan sebelumnya dan naik 30,47% dibandingkan periode sama tahun 2020. Dari angka US$ 18,35 miliar, sebesar US$ 17,45 miliar merupakan ekspor non migas dan US$ 0,91 miliar merupakan migas.

Berdasarkan data ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui, kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2021 sangat impresif menunjukan suatu pemulihan ekonomi yang cukup kuat. Di mana kinerja ekspor tercatat tumbuh 30,47 persen secara year on year (YoY).

Hal itu disampaikannya dalam acara konferensi 500K Eksportir Baru: Memacu Ekspor UKM pada Selasa (20/04/2021).

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati

Menurutnya ini adalah pertumbuhan yang sangat tinggi dibanding dua tahun terakhir. Terutama pada tahun lalu pada saat Indonesia menghadapi pandemi Covid-19 tahun pertama, di mana pertumbuhan ekonomi dunia merosot semua.

"Kinerja ekspor kita pada Maret sangat impresif, menunjukkan pemulihan ekonomi yang kuat tumbuh 30% YoY ini tumbuh tinggi dibandingkan 2 tahun terakhir," kata Sri Mulyani.

Bendahara Negara itu menambahkan, nilai ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor nonmigas, di mana ini menggambarkan adanya tumbuh daya kompetisi produk-produk nonmigas yaitu sebesar USD 17,448 juta. Ini juga menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia mampu untuk terus meningkatkan produk-produk nonmigas yang menembus pasar dunia.

Sri Mulyani berharap, para pengusaha ekspor dapat lebih terintegrasi dan bersinergi melalui wadah GPEI dan menciptakan serta menjaga agar para pengusaha bisa saling mendukung menjadi ready for ekspor.

Cetak 500 Ribu Eksportir di 2030

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengaku optimis mampu mencetak sebanyak 500 ribu eksportir baru di 2030. Apalagi perhatian pemerintah untuk peningkatan daya saing terus dilakukan melalui perbaikan iklim investasi, produktivitas, inovasi, dan kualitas sumber daya manusia yang terus digenjot.

"Saya optimis 500 ribu eksportir baru akan dapat tercipta sesuai dengan harapan," jelasnya.

Bendahara Negara ini menyebut ekspor sendiri merupakan kegiatan yang menggambarkan daya saing dari suatu perekonomian atau negara. Di mana itu semua adalah turunan dari berbagai skill inovasi, produktivitas dan kualitas sumber daya Indonesia.

Kesulitan UKM Menembus Pasar Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan lima kendala yang menjadi penyebab sulitnya pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk menembus pasar global.

“UKM memiliki berbagai persoalan di dalam meningkatkan kinerja dan daya saing terutama untuk mendukung ekspor,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi daring bertajuk ‘500K Eksportir Baru Memacu Ekspor UKM’ di Jakarta, Selasa. Sebagaimana hasil pantauan Parstoday dari Antaranews, Selasa (20/04/2021).

Menkeu mengungkapkan masalah legalitas, minimnya pengetahuan mengenai NPWP, pentingnya nomor induk usaha, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), izin prosedur ekspor impor, izin usaha, hingga sertifikasi keamanan pangan, serta sertifikasi halal merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah yang harus segera diselesaikan untuk mendukung eksositem eskpor.

“Ini PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah untuk menyederhanakan, namun bagi UKM untuk harus memperhatikan legalitas dari usahanya,” jelas Menkeu.

Kendala kedua,sulitnya akses UKM untuk mendapatkan pembiayaan dan minimnya utilisasi dari program penugasan khusus ekspor.

Kemudian persoalan ketiga ,lanjut Sri Mulyani, masalah pendampingan dalam meningkatkan Sumber Daya Alam (SDM) dan tata kelola perusahaan yang sangat menentukan peningkatan daya saing produk.

Lalu pada area produksi, minimnya standar produk yang sesuai standar global turut menjadi penghalang UKM menembus pasar global.

Sedangkan kendala kelima adalah terbatasnya informasi pelaku UKM mengenai peluang pasar, jangkauan pemasaran, minimnya promosi,literasi digital, hingga market riset.