Iran Aktualita, 9 Oktober 2021
(last modified Sat, 09 Oct 2021 11:17:09 GMT )
Okt 09, 2021 18:17 Asia/Jakarta
  • Rahbar hadiri wisuda taruna militer Iran secara virtual
    Rahbar hadiri wisuda taruna militer Iran secara virtual

Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti penjelasan Rahbar mengenai militer sebagai benteng negara saat menghadiri acara wisuda taruna Universitas Imam Husein as secara virtual.

Selain itu, masih ada isu lainnya seperti Presiden Raisi Tanggapi Kehadiran Israel di Dekat Wilayah Iran, Amir Abdollahian: Jika Serius, Biden Harus Cairkan Dana Iran yang Diblokir ! Iran Target Penuhi 50 Persen Kebutuhan Listriknya dari Nuklir,  Amir Abdollahian: Iran Tolak Perundingan untuk Perundingan, Jenderal Iran: Laut, Arena Determinan Perang Lawan Imperialis, Amir-Abdollahian: Iran Siap Mendukung Penuh Lebanon, Iran dan Rusia Tekankan Pengembangan Kerja Sama, Wapres Iran: Israel Provokasi Azerbaijan Sulut Kekacauan di Utara Iran

Rahbar: Angkatan Bersenjata, Benteng Kokoh Melawan Musuh

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menghadiri upacara wisuda taruna secara virtual di Universitas Imam Husein as di Tehran, Minggu (3/10/2021).

Rahbar hadiri wisuda taruna militer Iran secara virtual

Ayatullah Sayid Ali Khamenei selaku Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran menyampaikan pidato pada acara itu.

Rahbar mengatakan angkatan bersenjata kita adalah benteng yang kuat dan perisai pertahanan negara dari ancaman musuh.

"Hari ini angkatan bersenjata, tentara, IRGC, polisi, dan Basij secara hakiki merupakan perisai dari ancaman besar musuh internal dan eksternal," ujarnya.

Rahbar mengatakan keamanan sebuah negara merupakan infrastruktur fundamental bagi semua kegiatan untuk kemajuan.

Presiden Raisi Tanggapi Kehadiran Israel di Dekat Wilayah Iran

Presiden Republik Islam Iran mengatakan kebijakan bertetangga harus bersifat dua arah serta disertai dengan itikad baik dan kerja sama konstruktif.

"Kehadiran rezim Zionis dan organisasi teroris di dekat wilayah Iran tidak dapat ditoleransi," kata Presiden Sayid Ebrahim Raisi dalam rapat kabinet, Rabu (6/10/2021).

Ia menganggap kerja sama konstruktif sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan semua negara di kawasan. "Wilayah Kaukasus berpeluang menjadi contoh yang baik dari kerja sama yang erat ini," tambahnya.

Raisi menekankan pentingnya keamanan regional, dan menegaskan keamanan regional harus diwujudkan melalui mekanisme regional yang melibatkan negara-negara kawasan. Menurutnya, intervensi elemen jahat dan arogan akan merugikan kepentingan bangsa-bangsa.

Image Caption

"Pengalaman menunjukkan bahwa keamanan yang mengandalkan pihak luar pada akhirnya akan gagal," ujarnya.

Raisi menggarisbawahi bahwa jika negara-negara merusak identitas dan semangat nasional tentaranya dengan mengandalkan pasukan asing, maka tidak ada yang menolong mereka pada saat krisis.

Dia mengatakan Republik Islam Iran bersikap waspada dan sigap dalam berurusan dengan kepentingan nasionalnya.

"Kehadiran rezim Zionis dan organisasi teroris seperti Daesh di wilayah sekitar mengancam stabilitas negara-negara dan keamanan regional, dan tidak dapat diterima oleh Republik Islam Iran," pungkasnya.

Amir Abdollahian: Jika Serius, Biden Harus Cairkan Dana Iran yang Diblokir !

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran mengatakan, Presiden AS harus mencairkan 10 miliar uang Iran yang diblokir, jika serius untuk kembali ke JCPOA.

Menlu Iran, Hossein Amir Abdollahian dalam wawancara dengan televisi nasional Iran pada Sabtu malam menyinggung perundingan Wina dengan mengatakan, "Di meja perundingan, penting bagi Tehran untuk menguji motif dan keseriusan pihak lain. Oleh karena itu, pihak Barat harus mengambil tindakan jujur ​​daripada menyajikan rencana untuk meyakinkan Iran akan mendapat manfaat dari JCPOA,".

"Jangan menakut-nakuti orang-orang Iran dengan rencana seperti B maupun C. Jika Anda memiliki niat serius harus ditunjukkan dalam perilaku," ujar Amir Abdollahian.

"Anda [Barat] masih tidak memiliki kemauan atau niat untuk mengeluarkan lisensi yang dapat mengimpor obat tertentu ke Iran," tegasnya.

Mengenai langkah AS yang mengumbar janji baru terhadap Iran, Amir Abdollahian menegaskan, "Amerika ingin memberi tahu Iran dengan cara apa pun supaya menghentikan kegiatan nuklirnya dan kembali ke JCPOA, tapi mereka sendiri tidak bersedia untuk mencairkan dana milik rakyat Iran sebesar 10 miliar dolar,"

Iran Target Penuhi 50 Persen Kebutuhan Listriknya dari Nuklir

Kepala Organisasi Energi Atom Iran mengatakan Republik Islam berusaha untuk memenuhi sekitar 50% dari kebutuhan listriknya melalui energi nuklir.

Image Caption

Mohammad Eslami dalam wawancara dengan kantor berita Sputnik, Minggu (3/10/2021), menambahkan Tehran akan meneruskan pengayaan uranium, tapi kami tidak akan pernah menggunakannya untuk membangun senjata nuklir.

"Kami telah menetapkan tujuan untuk memenuhi 50% dari kebutuhan negara kepada 10.000—16.000 MW listrik dengan membangun pembangkit listrik (nuklir) baru dengan kapasitas gabungan 8.000 MW," jelasnya.

Menurut Eslami, Barat tidak ingin negara lain memiliki akses ke teknologi maju di bidang energi nuklir. Dalam pandangan mereka, semua kemajuan dan penemuan di bidang ini harus secara eksklusif berada di bawah kendali dan pengawasan Barat.

Iran, lanjutnya, adalah sebuah negara kaya dari segi sumber daya alam dan sumber daya manusia. Hal ini memungkinkan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri dan membangun basis pelatihan ilmiahnya di bidang energi nuklir.

"Berdasarkan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan Perjanjian Perlindungan Komprehensif, tim inspektur IAEA telah melakukan inspeksi secara langsung dan menggunakan kamera selama bertahun-tahun. Langkah ini dilakukan sesuai dengan Statuta IAEA," ungkap Eslami.

Dia menegaskan rezim atau negara yang memusuhi Iran, secara sengaja dan tidak sah mempolitisasi proses ini, yang merupakan bentuk diskriminasi.

Amir Abdollahian: Iran Tolak Perundingan untuk Perundingan

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir Abdollahian mengatakan perundingan Wina harus membuahkan hasil yang signifikan bagi bangsa Iran, karena perundingan bukan untuk perundingan.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, yang berada di Moskow atas undangan rekannya dari Rusia, Sergei Lavrov, dalam pertemuan dengan duta besar dan staf Iran di Rusia hari Rabu (6/10/2021) mengatakan, "Jika perundingan mendatang di Wina digelar, maka harus memenuhi hak-hak rakyat Iran dan berkontribusi terhadap program pembangunan ekonomi berkelanjutan pemerintah ke-13,".

"Jika negosiasi harus melalui jalur delapan tahun terakhir dan negosiasi untuk negosiasi, maka Republik Islam Iran pasti akan membuat keputusan yang tepat pada saat itu," ujar Menlu Iran.

"Di bulan depan, sebuah seminar akan diadakan di Tehran yang akan menghadirkan para duta besar Iran untuk negara-negara tetangga dan Suriah guna memberi tahu mereka tentang program penting pembangunan ekonomi berkelanjutan dari pemerintah Iran baru tanpa terikat sanksi," tegasnya.

Jenderal Iran: Laut, Arena Determinan Perang Lawan Imperialis

Komandan Angkatan Laut, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC menyebut laut sebagai arena determinan dalam perang melawan kubu imperialis.

Laksamana Muda Alireza Tangsiri, Selasa (5/10/2021) mengatakan, personel muda AL IRGC harus selalu siap, sehingga mampu melindungi kepentingan bangsa Iran di laut.

Ia juga menyinggung posisi Republik Islam Iran di hadapan musuh, dan kubu imperialis global. Menurutnya, prestasi terpenting yang dicapai oleh perlawanan dan perjuangan rakyat Iran adalah mengetahui bagaimana cara mengalahkan musuh, dan memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk melakukan pekerjaan besar ini.

"Meski demikian, kita tidak pernah menganggap remeh musuh, karena kita harus selalu maju dalam perlawanan, dan perjuangan," imbuhnya.

Komandan AL IRGC menegaskan, "Tugas kita hari ini adalah mengusir musuh dari front Islam, dan mengakhiri arogansi, serta agresi kubu imperialis terhadap umat Islam."

Amir-Abdollahian: Iran Siap Mendukung Penuh Lebanon

Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amir-Abdollahian mengungkapkan dukungan kuat negaranya kepada Lebanon dan menyatakan kesiapan Tehran untuk sepenuhnya mendukung Beirut, terutama dalam situasi ekonomi yang sulit saat ini.

Hal itu disampaikan Amir-Abdollahian dalam pertemuan dengan Presiden Lebanon Michel Aoun di istana negara di Beirut pada hari Kamis (7/10/2021).

Menlu Iran Hossein Amir Abdollahian

Dia mengucapkan selamat kepada Michel Aoun atas pembentukan pemerintah baru Lebanon dan menyampaikan salam hangat dari Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi.

Menlu Iran menjelaskan kepada Presiden Lebanon tentang posisi negaranya mengenai perkembangan regional dan internasional, suasana dialog antara Iran dan beberapa pemerintah asing dan Arab, serta proses perundingan nuklir JCPOA.

Setibanya di Beirut pada Rabu malam, Amir-Abdollahian menekankan bahwa Iran tidak akan pernah ragu untuk membantu Lebanon jika ada permintaan dari negara ini.

"Republik Islam Iran benar-benar yakin bahwa Lebanon akan mampu mengatasi semua kesulitan yang dihadapinya, seperti halnya rakyat Lebanon yang merupakan sahabat dan saudara ini melalui semua tahap sulit yang telah mereka alami," kata Amir Abdullahian dalam konferensi pers setelah tiba di bandara Beirut, seperti dikutip IRNA.

Selama kunjungannya ke Lebanon, Menlu Iran juga akan bertemu dengan Ketua Parlemen Nabih Berri, Perdana Menteri Najib Mikati dan mitranya dari Lebanon Abdallah Bouhabib.

Iran dan Rusia Tekankan Pengembangan Kerja Sama

Menteri luar negeri Iran dan Rusia bertemu di Moskow untuk membahas peningkatan kerja sama bilateral.

Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian dan rekannya dari Rusia Sergei Lavrov dalam pertemuan hari Rabu (6/10/2021), menekankan perluasan kerja sama Tehran-Moskow di berbagai bidang di tingkat bilateral dan regional.

"Meskipun ada pandemi Covid-19, kami terus melakukan pembicaraan rutin di tingkat politik termasuk di tingkat kepala negara," kata Lavrov.

"Tema baru dalam pembicaraan ini mencakup diterimanya Iran sebagai anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), tetapi prioritas utama berfokus pada pembicaraan JCPOA," tambahnya.

Menlu Rusia menekankan bahwa Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) harus diterapkan tanpa perlu ada masalah tambahan.

Sementara itu, Amir-Abdollahian mengatakan bahwa dalam pembicaraan baru antara Iran dan Rusia, harus ada upaya untuk mencapai lompatan serius dalam hubungan bilateral.

"Kami menjalin kerja sama regional dan bilateral. Hari ini kami akan melakukan lebih banyak pembicaraan dan menekankan pengembangan kerja sama perdagangan," jelasnya.

"Ini adalah kesempatan yang baik untuk berbicara tentang perkembangan internasional, termasuk Kaukasus Selatan, Yaman, dan Afghanistan," kata menlu Iran.

Amir-Abdollahian tiba di Moskow kemarin dengan tujuan berdiskusi dengan rekannya dari Rusia mengenai isu-isu seperti, Dewan Keamanan PBB, Afghanistan, situasi di Laut Kaspia dan wilayah Kaukasus Selatan, serta masalah Timur Tengah.

Wapres Iran: Israel Provokasi Azerbaijan Sulut Kekacauan di Utara Iran

Wakil Presiden Iran urusan parlemen mengatakan, rezim Zionis ingin melakukan provokasi untuk menyulut kekacauan di kawasan Asia Barat.

Sayid Mohammad Hossein, Sabtu (2/10/2021) menuturkan, rezim Zionis Israel memprovokasi Republik Azerbaijan, dan Wilayah Otonomi Kurdistan Irak, untuk menciptakan ketidakamanan di utara Iran.

Ia menegaskan, "Dunia harus tahu, keamanan kawasan adalah garis merah Republik Islam Iran, dan Tehran tidak akan diam menyaksikan gangguan keamanan di kawasan."

Hosseini menambahkan, "Manuver militer 'Fatehan Kheibar' adalah langkah pencegahan yang diambil Iran, dan jika sampai terjadi insiden, kami siap melindungi perbatasan Republik Islam Iran."

Menurutnya, beberapa negara kawasan berusaha mencari kekuatan, dan mereka tidak mengetahui bahwa perbatasan Revolusi Islam sudah sampai ke jantung Eropa.

"Amerika Serikat dengan mendatangi kawasan Asia Barat, kalah di Irak, dan setelah 20 tahun menjajah, melarikan diri dari Afghanistan," pungkasnya.