Pemutarbalikkan Fakta dan Penyebaran Kebencian serta Perang atas Iran
(last modified Tue, 06 May 2025 15:03:29 GMT )
May 06, 2025 22:03 Asia/Jakarta
  • Pemutarbalikkan Fakta dan Penyebaran Kebencian serta Perang atas Iran

Pars Today – Baru-baru ini artikel jurnalis Amerika Serikat Brett Stephens dimuat di surat kabar New York Times, yang di dalamnya berusaha menciptakan narasi sepihak, dan permusuhan terhadap Iran.

"Keliru jika kita berpikir bahwa masalah terbesar Iran adalah senjata nuklir". Pernyataan itu ditulis Stephens di NY Times, 15 April 2025 lalu.
 
Dalam artikelnya penulis mengklaim telah melakukan analisa realistis terkait hubungan AS dan Iran, tapi dalam praktiknya berbohong, menyampaikan stereotip politik, dan menyebarkan narasi sepihak serta permusuhan terhadap Iran.
 
Artikel tersebut alih-alih mematuhi standar-standar profesionalitas jurnalistik, sebaliknya malah memutarbalikkan fakta dan membesar-besarkan masalah secara diskriminatif, sebagai bukti propaganda anti-Iran.
 
 
1. Informasi-Informasi Keliru dan Diskriminatif soal Program Nuklir Iran
 
Stephens mengklaim Iran, telah mengayakan uraniumnya hingga 60 persen, dan negara ini dapat memproduksi senjata nuklir kurang dari dua minggu. Klaim ini sepenuhnya menyesatkan. Pasalnya, pertama, pengayaan uranium 60 persen bukan berarti kemampuan memproduksi senjata nuklir. Bahkan Badan Energi Atom Internasional, IAEA, berulangkali menegaskan bahwa tidak ada bukti apa pun, Iran berusaha memproduksi senjata nuklir. Kedua, klaim produksi senjata nuklir dalam dua minggu adalah sebuah hipotesis yang tidak ilmiah, dan tidak ada satu lembaga internasional kredibel mana pun yang membenarkan analisa semacam ini.
 
 
2. Stereotip Politik Permusuhan
 
Penulis dalam artikelnya memberikan gambaran yang membesar-besarkan masalah, dan menyebarkan kebencian terhadap Iran. Di antaranya menuduh Iran mendukung terorisme. Stephens menyebut kelompok-kelompok seperti Hizbullah sebagai teroris, padahal mereka melawan Israel, dalam kerangka perlawanan, dan banyak negara dunia menyebut kelompok ini sebagai gerakan pembebasan.
 
 
3. Kontradiksi soal Diplomasi AS
 
Stephens dari satu sisi menyerang kesepakatan nuklir tahun 2015, JCPOA, tapi di sisi lain menyampaikan usulan normalisasi hubungan dengan syarat perubahan perilaku Iran. Pandangan semacam ini menunjukkan bahwa penulis tidak ingin solusi, tapi bermaksud memaksakan tuntutan-tuntutan AS terhadap Iran.
 
 
4. Ancaman Perang dan Pelanggaran Hukum Internasional
 
Di bagian akhir artikel, Stephens terang-terangan mendukung serangan militer ke fasilitas nuklir Iran, dan menulis, “Ranting Zaitun bisa diterima ketika dipersembahkan dari ujung pedang”. Kalimat ini bukan hanya ancaman perang tapi pelanggaran tegas atas Piagam PBB.
 
 
5. Kesimpulan: Narasi Sepihak dengan Motif Politik
 
Catatan Stephens, adalah bukti propaganda anti-Iran, yang disertai dengan memutarbalilkkan fakta, stereotip politik, dan permusuhan atas Iran. Alih-alih memberikan analisa yang adil, catatan ini berusaha menjustifikasi kebijakan permusuhan AS terhadap Iran. Media-media semacam NY Times, yang berusaha mencari kredibilitas jurnalistik, seharusnya tidak memuat artikel-artikel tendensius semacam ini. (HS)