Hubungan Iran dan Republik Azerbaijan kian Positif
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir-Abdollahian Rabu (22/12/2021) berkunjung ke Baku dan bertemu dengan Presiden Republik Azerbaijan, Ilham Aliyev, sejawatnya dari negara ini dan pejabat Baku.
Amir-Abdollahian menjelang kunjungan tersebut menjelaskan, hubungan antara Tehran dan Baku, meski ada sejumlah kesalahpahaman yang muncul di hubungan kedua negara selama beberapa bulan terakhir, cukup baik, langgeng dan terus meningkat.
Meski hubungan Iran dan Republik Azerbaijan sempat terdampak agitasi, dikte politik dan media asing, tapi diplomasi yang dibarengi dengan kebijaksanaan kedua negara tidak mengijinkan hubungan ini terlilit tensi jangka panjang. Iran dan Republik Azerbaijan memiliki pandangan khusus atas hubungan ini dengan empat alasan.
Pertama; Posisi kedua negara muslim yang bertetangga dengan kesamaan kuat agama, budaya dan bahasa.
Kedua; Kapasitas yang dimiliki kedua negara untuk mengembangkan hubungan dan memajukan serta menyempurnakan rencana bersama. Iran salah satu negara yang memiliki teknologi pembangunan pusat pembangkit listrik.
Ali Akbar Mehrabian, menteri energi Iran pekan lalu saat melakukan pertemuan virtual dengan sejawatnya dari Republik Azerbaijan, Parviz Shahbazov seraya menyatakan kesiapan Iran membangun pusat pembangkit listrik bersama, juga menekankan penindaklanjutan dan pengembangan aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian pembanguan dua waduk.
Alasan ketiga; Sikap diplomasi Iran dalam menurunkan tensi regional. Kawasan Kaukasus berpotensi mengalami tensi dan krisis akibat friksi lama dan konflik wilayah antara Armenia dan Republik Azerbaijan.
Sikap mendasar Iran mendukung kedaulatan wilayah negara-negara tetangga dan menentang perubahan perbatasan resmi. Berdasarkan sikap mendasar ini, Iran secara tegas membela kedaulatan wilayah Republik Azerbaijan dan menentang disintegrasi negara ini.
Mohsen Pakaein, mantan dubes Iran di Azerbaijan mengatakan, faktanya adalah Zionis berusaha memanfaatkan transformasi perang Karabakh dan berlanjutnya tensi antara Baku dan Yerevan untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, Tel Aviv juga berusaha mengobarkan perpecahan di hubungan Iran dan Republik Azerbaijan.
Pemanfaatan kapasitas transit juga dapat disebut sabagai alasan keempat terkait urgensitas mengembangan hubungan multilateral.
Menyelesaikan kesepakatan pertukaran gas (SWAP) dengan tiga negara Turkmenistan dan Republik Azerbaijan pada KTT ECO baru-baru ini di Ashgabat dicapai dalam hal ini. Berdasarkan kesepakatan ini, Turkmenistan setiap harinya menjual 5-6 juta meter kubik gas ke Republik Azerbaijan, di mana gas ini akan tiba ke Azerbaijan melalui Iran. Sementara Iran juga akan mendapat bagian gas yang dibutuhkan di 5 provinsi negara itu sebagai hak untuk mentransfer gas ini.
Hassan Hanizadeh, pakar internasional seraya mengisyaratkan peran strategis kontrak ini mengatakan, "Kesepakatan gas Iran dan Republik Azerbaijan merupakan pembukaan ekonomi dalam kaitannya dengan negara-negara Kaukasus Selatan, yang memperkenalkan Iran sebagai koridor transfer energi gas ke negara-negara lain di Asia Barat dan bahkan selatan Teluk Persia."
Pendekatan ini menunjukkan bahwa meski bisa jadi ada perbedaan pandangan di hubungan kedua negara terkait sejumlah isu, tapi kedua pihak memiliki tekad serius untuk melewati kendala dan Tehran serta Baku akan terus melanjutkan kontak dan lobi untuk mengembangkan hubungan serta menghapus kesalahpahaman. Kunjungan menlu Iran ke Baku harus dikaji dari sudut pandang ini sebagai langkah baru untuk meningkatkan hubungan. (MF)