May 25, 2022 17:52 Asia/Jakarta
  • Ali Bagheri
    Ali Bagheri

Babak ketiga dialog politik antara Republik Islam Iran dan Italia digelar di Tehran Selasa (24/5/2022).

Dialog ini dipimpin oleh Deputi menlu Iran bidang politik, Ali Bagheri dan Sekjen Kemenlu Italia, Ettore Francesco Sequi.

Di pertemuan ini, seraya menjelaskan bahwa stabilitas dan keamanan masa depan dunia tidak melalui unilateralisme dan militerisme, Ali Bagheri mengatakan, kondisi dan dan ancaman internasional membuat konsultasi berkesinambungan, interaksi aktif dan gerakan ke arah kerja sama yang langgeng antara Iran dan Eropa menjadi alami.

Isyarat pejabat senior Iran ini terhadap kebijakan unilateralisme Amerika yang selama dua dekade terakhir dengan mengobarkan perang regional termasuk Irak dan Afghanistan serta intervensi di Suriah untuk keuntungan kelompok teroris dengan tujuan menumbangkan pemerintah sah Damaskus, telah membuka peluang bagi instabilitas dan kekacauan di Asia Barat serta meluasnya terorisme.

Iran-Italia

Washington khususnya di masa pemerintahan Presiden Donald Trump malah bertindak lebih dan terlibat di konfrontasi politik serta perdagangan bukan saja dengan rivalnya seperti Cina, bahkan juga dengan sekutu Eropanya. Dengan demikian konfergensi trans-Atlantik yang menjadi indeks huubngan Eropa dan Amerika berubah menjadi perpecahan yang terus meningkat di antara kedua pihak.

Meski Presiden AS saat ini, Joe Biden berusaha memperbaiki hubungan ini, tapi transformasi terbaru khususnya sikap Amerika terkait perang Ukraina menunjukkan bahwa Washington masih tetap menghendaki Eropa terus mengekor Amerika tanpa syarat di berbagai kasus seperti sanksi energi terhadap Rusia. Padahal hal ini sepenuhnya merugikan Eropa.

Kasus ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat tetap tidak melepas pendekatan sepihaknya, dan bersikeras melanjutkannya. Sementara Eropa seharusnya menyusun sikap dan tujuannya sesuai dengan kepentingan dan targetnya. Masalah ini menjadi perhatian deputi menlu Iran bidang politik. Seraya menyinggung bahwa faktor internal dan endogen di Iran dan Eropa mencari kesinambungan dan stabilitas hubungan, Bagheri menekankan, bahwa faktor luar dan eksogen khususnya transatlantik cenderung mendorong hubungan semakin rapuh dan tidak stabil. Oleh karena itu, kekuatan hubungan tergantung pada perlindungannya terhadap faktor destruktif eksogen (luar).

Dia merujuk pada upaya berkelanjutan Amerika Serikat untuk menjauhkan Eropa dari Iran dan untuk sepenuhnya menyelaraskan posisinya dengan sikap dan tindakan anti-Iran. Sementara pendekatan Eropa terhadap kesepakatan nuklir JCPOA menunjukkan bahwa mereka ingin menghidupkan kembali kesepakatan ini untuk kepentingannya sendiri, tapi Washington tetap mengabaikan perundingan berlarut-larut di Wina, dan terus bersikeras pada sikap sepihaknya dan hanya ingin Iran mematuhi keinginannya.

Sementara Tehran berulang kali menyatakan dan memperingatkan Eropa bahwa tanpa pencabutan sanksi zalim sepihak Amerika terhadap Tehran dan verifikasinya serta jaminan dari AS untuk tidak keluar dari JCPOA, Iran tidak akan bersedia untuk kembali menjalankan secara penuh komitmen JCPOAnya.

Masalah lain yang diperhatikan Ali Bagheri di konsultasinya dengan pihak Italia adalah kondisi sensitif internasional dan ancaman besar akibat perang Ukraina, khususnya keamanan energi dan ketahanan pangan, serta keamanan berbagai negara dunia terlebih Eropa.

Tehran berpendapat bahwa fakta ini menentukan konsultasi yang berkesinambungan, interaksi berkelanjutan dan gerakan ke arah kerja sama langgeng antara Iran dan Eropa. Deputi bidang politik menlu Iran juga menyinggung bidang umum konsultasi dan kerja sama tentang isu-isu regional serta menuntut langkah praktis guna membantu penerapan perdamaian dan stailitas di Afghanistan dan Yaman. Khususnya bahwa penarikan menggelikan Amerika dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Afghanistan simbol kekalahan unilateralisme dan aksi-aksi sepihak di tingkat internasional.

"Pelajaran paling straregis sejarah 20 tahun lalu di kawasan kita adalah kehadiran dan kinerja Barat dan NATO di Afghanistan. Hal ini dengan sendirinya mengindikasikan bahwa stabilitas dan keamanan masa depan dunia tidak muncul dari jalur unilateralisme dan militerisme," papar Bagheri. (MF)

 

Tags