Pasien Khusus Iran; Sandera Sanksi dan Aspirasi Politik AS
(last modified Tue, 13 Sep 2022 12:44:22 GMT )
Sep 13, 2022 19:44 Asia/Jakarta
  • Pelapor PBB Alena Douhan
    Pelapor PBB Alena Douhan

Alena Douhan, pelapor khusus PBB untuk Iran secara resmi merilis laporan terkait dampak sanksi terhadap Tehran dan menekankan, sanksi tantangan penting untuk penyediaan obat-obatan, khususnya untuk pasien khusus dan obat-obatan penyakit langka.

Douhan di triwulan kedua tahun 2022 tiba di Iran atas undangan Markas Besar Hak Asasi Manusia Republik Islam Iran untuk menyusun laporan mengenai dampak sanksi di berbagai bidang, dan ia menyusun laporan lengkap terkait hal ini. Laporan ini memiliki berbagai dimensi, di mana bidang kesehatan merupakan bagian terpenting.

Selama beberapa tahunlalu, pasien Iran, khususnya pasien khusus secara serisu menghadapi banyak kendala, dan mayoritas mereka meninggal dunia. Sanksi telah memicu kelangkaan obat-obatan di Iran. Meski Republik Islam Iran mencapai kemajuan besar di bidang medis, tapi produksi sejumlah obat-obatan membutuhkan impor bahan baku, dan sanki telah mencegah akses Iran ke bahan baku tersebut. Oleh karena itu, laporan Douhan disebutkan bahwa karena sanksi Iran tidak mampu memberi pelahanan medis secara langgeng sejak tahun 2011.

Image Caption

Selain itu, sanksi juga menimbulkan tekanan ekonomi besar terhadap pasien, karena penurunan tajam ekspor minyak Iran juga berdampak pada bujet di sektor kesehatan dan medis. Dan hal ini telah meningkatkan biaya pengobatan bagi para pasien, khususnya mereka yang menderita penyakit langka. Di laporan Alena Douhan disinggungbahwa sanksi terhadap pasien yang mengidap penyakit langkah termasuk berbagai jenis kanker, thalassemia, hemofilia, ichthyosis, Multiple Sclerosis (MS), Epidermolisis Bulosa (EB), Autis dan berbagai jenis diabetes.

Poin lain dalam laporan Douhan adalah bahwa beberapa produsen obat telah secara berlebihan mematuhi sanksi Amerika, dan ini juga telah memberlakukan konsekuensi berat pada pasien Iran. Laporan Douhan menyebutkan,"Meskipun teks tegas sanksi menyatakan bahwa obat-obatan dan peralatan medis tidak terpengaruh karena pengecualian kemanusiaan, pengiriman mereka ke Iran karena dampak sanksi terhadap perusahaan finansial, komersial, navigasi dan perusahaan asuransi, pembatasan pembayaran internasional dan bisnis asing telah menurun drastis. Juga, kepatuhan berlebihan dari pemasok barang-barang ini dianggap sebagai hambatan serius bagi semua orang Iran untuk memiliki hak untuk mencapai standar kesehatan tertinggi.

Alena Douhan secara khusus menyebut pasien EB. Reporter khusus mengunjungi pusat khusus untuk perawatan pasien EB di Tehran. Penyakit ini merupakan kelainan kulit langka yang berhubungan dengan sejumlah komplikasi kesehatan lainnya, yang berhubungan dengan penderitaan sejak lahir yang parah dan tidak dapat disembuhkan, dan ada kemungkinan kematian karenanya. Penderitaan ini hanya dapat dikurangi dengan menggunakan perban yang diproduksi oleh hanya satu perusahaan di Swedia. Pusat medis ini menghadapi tantangan dalam menyediakan pembalut silikon dan penyerap ini karena kepatuhan berlebihan dari produsen Swedia terhadap sanksi.

Sanksi Amerika terhadap sektor medis dan kesehatan, serta terhadap pasien Iran bahkan tidak dicabut di masa pandemi Corona. Seiring dengan merebaknya pandemi Corona, bahkan Iran kesulitan menyediakan masker dan obat-obatan yang berkaitan dengan Corona karena sanksi.

Dapat dikatakan bahwa sanksi Amerika membuat pasien khusus Iran menjadi sandera tujuan dan aspirasi politik Washington. Kondisi ini dipaksakan kepada pasien Iran ketika berdasarkan butir 25 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia "Setiap orang berhak memiliki level kehidupan yang layak untuk menjamin kesehatan dan kesejahteraan dirinya serta keluarganya, khususnya makanan, pakaian, rumah, perawatan medis dan layanan sosial."

Pemerintah Amerika dalam hal ini bahkan tidak mematuhi hukum dan ketentuan hak asasi manusia yang Washington sendiri memainkan peran mendasar dalam persiapan dan perumusannya. (MF)

 

 

Tags