Okt 15, 2022 15:50 Asia/Jakarta
  • Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan  Peserta dan panitia Kongres Syuhada Atlet dan para ibu syuhada atlet, Minggu (11/10/2022).
    Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dan Peserta dan panitia Kongres Syuhada Atlet dan para ibu syuhada atlet, Minggu (11/10/2022).

Berita terbaru di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah peristiwa penting seperti pertemuan peserta dan panitia Kongres Syuhada Atlet dengan Rahbar.

Peserta dan panitia Kongres Syuhada Atlet dan para ibu syuhada atlet bertemu dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei pada hari Minggu, 11 September 2022.

Rekaman pertemuan dan pidato Ayatullah Khamenei dipublikasikan pada hari Senin (10/10/2022) di tempat Kongres Syuhada di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.

Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam memandang sanksi olahraga setelah perang di Ukraina menunjukkan klaim kubu arogan dan pengikutnya tentang prinsip non-intervensi politik dalam olahraga hanya sekedar omong kosong belaka.

"Sanksi olahraga menunjukkan bahwa di manapun kepentingan Barat bisa dipenuhi, maka mereka dengan mudah bisa melewati garis merah yang ditetapkannya sendiri," tegas Ayatullah Khamenei dalam pidatonya  seperti dikutip Pusat Informasi Kantor Rahbar.

Ayatullah Khamenei juga menekankan perlunya penggabungan kemenangan teknis di lapangan dan nilai kemenangan.

"Atlet Iran kehilangan medali karena tidak bersaing dengan atlet rezim Zionis, itu sebenarnya kemenangan karena bertanding berarti pengakuan. Sebab, pengakuan terhadap sebuah rezim perampas, algojo dan pembunuh anak-anak berarti menginjak-injak kemenangan moral dengan mengorbankan kemenangan teknis dan penampilan, yang tidak memiliki nilai sama sekali," jelasnya.

Rahbar memandang arena olahraga saat ini dipengaruhi oleh spiritualitas syuhada olahraga, dan manifestasi kesalehan dan kepatuhan olahragawan Iran.

"Kehadiran seorang atlet perempuan di platform kejuaraan mengenakan pakaian Islami hijab dan tidak berjabat tangan dengan laki-laki asing, pemberikan medali kejuaraan kepada keluarga syuhada, menyebut nama para Imam setelah kemenangan, dan keberangkatan delegasi olahraga mengikuti Arbain, menunjukkan fenomena luar biasa dan tak tergantikan di dunia material saat ini yang penuh dengan korupsi, yang harus diperhitungkan untuk memahami kedalaman spiritual dan moral bangsa Iran," ujar Ayatullah Khamenei.

Ayatullah Khamenei juga berpesan kepada para atlet untuk menjaga kehormatan dan martabat diri, bangsa dan negaranya dengan menjaga perilaku mereka di lapangan dan di luar kompetisi.

"Pada masa lalu, arena olahraga kita selalu dihiasi atas nama Tuhan dan para Imam yang agung serta aspek agama dan moral. Tetapi Barat mencoba membawa budaya mereka sendiri bersama dengan olahraga barunya. Sambil belajar dan meningkatkan kemajuan dalam olahraga baru, kita harus menjaga budaya kita sendiri dan tidak membiarkan olahraga menjadi jembatan infiltrasi budaya barat," pungkasnya.

Final AFC Futsal Asian Cup, Timnas Iran Runner-up

Tim Nasional Futsal Republik Islam Iran dalam pertandingan final AFC Futsal Asian Cup 2022 melawan Timnas Futsal Jepang pada Sabtu (8/10/2022) malam.

Dalam pertandingan yang berlangsung di Saad Al Abdullah Hall, Kuwait City itu, Timnas Futsal Jepang mengungguli Timnas Futsal Iran dengan skor 3-2. Dengan demikian Timnas Futsal Iran menjadi Runner-up dalam turnamen tersebut.

Kini Jepang berhasil menjadi juara pada Futsal Asian Cup dan ini menjadi gelar ke-4 di AFC Futsal Asian Cup.

Pada babak pertama pertandingan skor adalah 1-1, yang diciptakan oleh Ahmed Abbasi (Iran) dan Shimizu (Jepang), Namun setelah tujuh menit berlangsung dari babak kedua, Jepang unggul dengan gol yang diciptakan Oliveira sehingga skor sementara 2-1.

Pada detik-detik akhir, Jepang dan Iran masing-masing berhasil mencetak satu gol. Hasilnya, Jepang pun berhasil memastikan diri menjadi juara Piala Asia Futsal 2022 usai mengalahkan Iran dengan skor 3-2.

Pasien Khusus, Korban Sanksi AS dan Sekutunya terhadap Iran

Juru bicara pemerintah Republik Islam Iran Ali Bahadori Jahromi mengatakan bahwa Barat membalas dendam pada Iran dengan membunuh para pasien di negara ini melalui sanksi sepihak dan ilegalnya.

Dalam tweetnya, Bahadori Jahromi menulis, 70 pasien meninggal dunia pada tahun 1397 HS, 90 pasian pada 1398 HS, 140 pasien pada 1399 HS dan tahun 1400 HS (Maret 2021-Maret 2022), 180 pasien talasemia meninggal karena sanksi. Ditambah dengan pasien Epidermolisis Bulosa (EB) dan semua yang membutuhkan obat-obatan khusus.

Pernyataan jubir pemerintah Iran ini sekali lagi menunjukkan dampak langsung dari sanksi ilegal dan sepihak Barat, khususnya Amerika Serikat (AS), di bidang kesehatan dan pasien di Republik Islam.

Barat mengklaim bahwa obat-obatan tidak pernah ada dalam daftar sanksi, tetapi dalam praktiknya, dengan menerapkan sanksi perbankan dan masalah yang ditimbulkan dalam pertukaran uang, kemungkinan memperoleh obat bagi mereka yang menderita penyakit khusus menjadi sulit dan bahkan dalam beberapa kasus tidak mungkin. Akibat dari sanksi tersebut adalah nyawa puluhan ribu pasien, termasuk penderita talasemia, kanker, dan pasien EB di Iran terancam.

EB adalah jenis penyakit keturunan yang membuat kulit menjadi rapuh dan mudah melepuh. Penderita EB dikenal sebagai "anak-anak kupu-kupu" karena kulit mereka serapuh sayap kupu-kupu sehingga pasien EB perlu perawatan khusus, bahkan gesekan ringan atau benjolan menyebabkan lepuh parah pada kulit yang sangat menyakitkan.

Faktanya, terlepas dari klaim AS bahwa tidak ada embargo pada peralatan medis dan obat, namun banyak bank, institusi dan perusahaan sangat berhati-hati dalam berbisnis dengan Iran karena takut akan kemungkinan hukuman dan sanksi. Misalnya, perusahaan Swedia, Molnlycke, telah menolak untuk mengirim perban medis untuk pasien EB di Iran karena sanksi AS. Padahal, ada hampir 1200 pasien EB di Iran  yang sangat membutuhkan perban medis ini.

Dampak sanksi tidak hanya terbatas pada pasien EB saja, namun pasien talasemia dan penderita-penderita penyakit khusus lainnya. Nyawa mereka terancam akibat sanksi kejam tersebut.

Younes Arab, Direktur Pelaksana dan anggota Dewan Direksi Asosiasi Talasemia Iran dalam pernyataannya, menyinggung keadaan pasokan obat untuk pasien talasemia di negaranya. Dia mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa antara 10 dan 35 persen dari pasien talasemia, sesuai dengan jenis obat yang diperlukan, tidak memiliki kemungkinan untuk menggunakan obat produksi dalam negeri.

"Karena sanksi kejam terhadap Republik Islam Iran dan ketidakmungkinan untuk mengimpor obat untuk pasien talasemia, maka sebuah 'genosida' mungkin akan terjadi pada pasien talasemia. Perlu dicatat bahwa 8.000 pasien talasemia dirugikan karena sanksi dan kami memiliki jumlah banyak kematian," ujarnya.

Oleh karena itu, sanksi sepihak AS terhadap Iran, yang dibarengi dengan ancaman terhadap negara-negara lain dan pencegahan untuk penyediaan layanan dan perlengkapan pusat-pusat kesehatan dan medis, serta penjualan obat-obatan khusus yang mendesak, dan transfer peralatan laboratorium, memiliki konsekuensi negatif pada masyarakat.

Sanksi itu telah menyebabkan kematian banyak pasien di Iran. Dikatakan bahwa ini adalah contoh nyata dari pelanggaran hak asasi manusia dan perilaku anti-hak asasi manusia yang dilakukan oleh AS dan sekutunya. Sejauh ini, banyak laporan telah diterbitkan oleh para pelapor PBB yang menunjukkan perilaku anti-hak asasi manusia yang dilakukan Barat.

Pelapor Khusus PBB Alena Douhan dalam sebuah pertanyaan, menyinggug perjalanannya ke Iran untuk menyelidiki efek negatif dari tindakan pemaksaan sepihak pada pemanfaatan hak asasi manusia.

Alena mengatakan, sanksi memiliki dampak signifikan pada sistem kesehatan. Yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya adalah dampak sanksi terhadap sistem kesehatan. Dia menambahkan, saya berbicara dengan pasien darurat dan mereka yang menderita penyakit genetik dan kanker, dan hasilnya adalah obat yang tepat tidak tersedia untuk mereka.

Aktivis hak asasi manusia dan ahli di bidang kesehatan menganggap sanksi sepihak dan ilegal dari pemerintah AS sebagai kejahatan diam-diam dan tersembunyi terhadap rakyat Iran, yang terus berlanjut dalam beberapa tahun terakhir, terutama di bidang kedokteran. Jubir pemerintah Iran juga menekankan untuk alasan ini bahwa Barat membalas dendam kepada rakyat Iran dengan melakukan genosida terhadap pasien.

Kerusuhan di Iran dari 1999-2022, Apa Perbedaannya?

Putaran baru kerusuhan dan kekacauan telah terjadi di Republik Islam Iran, sebuah topik yang tidak asing bagi kancah politik dan sosial Iran dalam dua dekade terakhir.

Musuh Iran telah membuat perhitungan khusus untuk menciptakan gangguan dan kerusuhan guna mencapai tujuan mereka, yaitu menarget Republik Islam Iran.

Pertanyaan mendasarnya adalah, apa perbedaan yang terjadi dalam kerusuhan di Iran selama dua dekade terakhir ini?

Perbedaan dalam faktor dan penyebab munculnya protes

Kerusuhan yang terjadi pada tahun 1378 HS (1999) dan 1388 HS (2009) berpusat pada masalah politik. Pada tahun 1378 HS (1999), dengan dalih penutupan surat kabar, dan pada tahun 1388 HS (2009) dengan dalih kecurangan dalam pemilu presiden. Pada masa itu terjadi kerusuhan di berbagai kota dan daerah di Iran.

Pada tahun 1396 HS (2017) dan 1398 HS (2019), masalah ekonomi yang berpusat pada kenaikan harga bensin (BBM) menjadi penyebab kerusuhan. Sementara kerusuhan yang terjadi pada tahun 1401 HS (2022) seputar masalah budaya dan sosial.

Dengan kata lain, dalam dua dekade terakhir, musuh dan penentang Republik Islam Iran telah mengagendakan untuk menciptakan gangguan, kekacauan dan kerusuhan dengan tujuan subversi dari dalam.

Setelah kegagalan gangguan dengan dalih masalah politik, mereka beralih ke masalah ekonomi dan mencoba menghasut masyarakat kelas bawah untuk melawan pemerintah. Dan ketika mereka menghadapi kegagalan lagi, mereka pun mencoba memobilisasi kaum muda dan remaja untuk melawan pemerintah, dengan fokus dan dalih hijab.

Perbedaan penggunaan alat media dalam menciptakan kerusuhan

Perbedaan lain antara kerusuhan pada tahun 1401 HS (2022) dan tahun 1378 HS (1999) serta tahun 1388 HS (2009) adalah perubahan penggunaan alat media untuk menciptakan kerusuhan.

Pada kerusuhan masa lalu, media juga digunakan, dan terutama media visual seperti BBC dan Voice of America. Media-media ini memainkan peran penting dalam menciptakan dan memperluas kerusuhan, dan media-media ini juga masih ada sampai sekarang dan melakukan aktivitas yang sama.

Selain itu, jaringan virtual dan sosial media juga memiliki peran yang melengkapi dan memprovokasi,  dan telah berubah menjadi media yang tersedia bagi semua orang.

Namun bedanya, pada tahun 1378 HS (1999)  dan 1388 HS (2009), sesuatu terjadi terlebih dahulu dan kemudian media meliputnya, tetapi pada tahun 1401 HS (2022), media yang menciptakan kekacauan dan kerusuhan. Dulu, media adalah narator dari gejolak dan kerusuhan tersebut, tetapi sekarang merekalah yang menciptakannya.

Perbedaan dalam waktu penciptaan kerusuhan

Perbedaan lainnya adalah pada tahun 1378 HS (1999)  dan 1388 HS (2009), aksi protes pertama kali dibentuk terlebih dahulu dan setelah beberapa waktu berubah menjadi kerusuhan, tetapi pada tahun 1401 HS (2022), kerusuhan sudah menjadi agenda sejak awal tanpa aksi protes terlebih dahulu.

Masalah ini menunjukkan bahwa meskipun musuh Republik Islam Iran mengklaim bahwa tidak ada platform dan tempat untuk protes di Iran, namun mereka pada dasarnya tidak mengejar aksi protes seperti itu, tetapi tujuan mereka adalah untuk membuat kerusuhan. 

Protes adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat dan diekspresikan melalui berbagai platform, tetapi protes seperti ini bukan protes yang diinginkan oleh musuh, tetapi protes yang membawa mereka lebih dekat ke tujuan mereka, yaitu melemahkan dan menggulingkan Republik Islam melalui penciptaaan kerusuhan.

Perbedaan perlakuan masyarakat

Pada era kerusuhan ini, cara masyarakat memperlakukan dan meresponsnya berbeda. Pada tahun 1378 HS (1999) dan 1388 HS (2009), serta pada tahun 1396 HS (2017) dan 1398 HS (2019), partisipasi orang di jalanan lebih banyak, tetapi sekarang kehadiran masyarakat semakin sedikit atau bahkan sangat terbatas.

Masyarakat tidak berminat lagi untuk turun ke jalan, dan mereka menentang segala bentuk kekacauan dan kerusuhan. Para perusuh berusaha memanfaatkan sedikitnya partisipasi masyarakat untuk memberikan slogan-slogan yang merusak dan memblow up peristiwa itu di media anti-Republik Islam Iran agar tampak besar dan bisa memprovokasi yang lainnya.

Terlepas dari semua itu, tampaknya kehadiran masyarakat di sosial media dan dalam bentuk tren dan tagar meningkat. Tren dan tagar ini, selain tidak konstruktif, juga mengungkapkan ketidakpuasan dengan perilaku dan masalah tertentu. Dalam hal ini, masyarakat berharap adanya perbaikan perilaku dan dilakukan lebih banyak upaya untuk mengurangi masalah dan meningkatkan kondisi kehidupan mereka.

Mata-Mata Dinas Intelijen Rezim Zionis Ditangkap di Kerman Iran

Ketua Pengadilan Tinggi Provinsi Kerman Iran mengabarkan penangkapan seorang mata-mata dinas intelijen Rezim Zionis Israel di provinsi itu.

Hujatulislam Ebrahim Hamidi, Selasa (11/10/2022) mengatakan, "Tertuduh bermaksud melakukan kekacauan dan sabotase di Provinsi Kerman, namun berkat kewaspadaan unit intelijen Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, rencananya berhasil digagalkan."

Ia menambahkan, "Melalui sejumlah langkah profesional intelijen luas dan teratur, para tentara rahasia Imam Zaman di unit intelijen IRGC, berhasil menangkap seorang yang terkait dengan dinas intelijen Rezim Zionis yang bermaksud menciptakan kekacauan di Kerman, dalam sebuah langkah pencegahan."

Menurut Ketua Pengadilan Tinggi Provinsi Kerman, mata-mata dinas intelijen Rezim Zionis yang ditangkap itu berkedok sebagai seorang pengusaha di Iran.

"Tertuduh beberapa kali melakukan kunjungan ke sejumlah negara dengan tujuan menyampaikan informasi, dan mendapatkan pelatihan untuk menciptakan kekacauan dan sabotase melalui para perwira intelijen. Kunjungan terbarunya dilakukan ke salah satu negara tetangga Iran," pungkas Hamidi.

Karena Intervensi, Kemlu Iran Panggil Dubes Inggris untuk Ketiga Kalinya

Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran memanggil Duta Besar Inggris untuk Tehran Simon Shercliff pada hari Senin (10/10/2022).

Pemanggilan untuk ketiga kalinya dalam tiga minggu terakhir ini dilakukan setelah pemberlakukan sanksi sewenang-wenang Inggris terhadap Iran dan intervensi para pejabat London terhadap urusan internal negara ini. Kemlu Iran menyampaikan bahwa Republik Islam berhak untuk mengambil tindakan balasan.

Pemerintah Inggris melakukan campur tangan atas urusan dalam negeri Iran terkait kerusuhan baru-baru ini di negara tersebut. London memasukkan polisi keamanan moral dan beberapa pejabat senior keamanan dan politik Iran ke dalam daftar sanksi.

Atas tindakan tersebut, Kemlu Iran memanggil Simon untuk menyampaikan bahwa Republik Islam mengecam keras langkah-langkah campur tangan Inggris.

Sebelumnya, Kemlu Iran telah memanggil Dubes Inggris pada 24 September 2022 untuk menyampaikan protes resmi atas tindakan dan upaya merusak serta provokatif terhadap Iran yang dilakukan oleh media-media berbahasa Persia yang berbasis di London.

Setelah itu, Kemlu Iran juga memanggil Simon pada 5 Oktober 2022 untuk menyampaikan protes resmi dan keras atas intervensi sejumlah pejabat Inggris terhadap kerusuhan dan perkembangan di dalam Iran.

Setelah terjadi beberapa kerusuhan di kota-kota Iran, yang sebagian besar berlanjut karena hasutan para pejabat dan media Barat serta orang-orang yang tertipu di dalam negeri, negara-negara Barat, termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS) sekali lagi berusaha untuk memicu kerusuhan di Iran dengan mengintensifkan sanksi dan mencampuri urusan dalam negeri negara ini. Mereka menemukan kesempatan untuk meningkatkan tekanan politik dan mengambil poin dari pemerintah Iran.

Inggris memiliki sejarah panjang intervensi dan segala macam konspirasi terhadap Iran. Salah satu contoh nyata adalah terkait dengan pemilu presiden Iran periode ke-10 pada tahun 1388 HS (2009). Sebelum pemilu ini, Inggris mencoba memainkan peran dalam pemilu dengan mengirimkan Duta Besar barunya bernama Simon Gass ke Tehran.

Setelah penyelenggaraan pemilu presiden dan hasutan setelahnya, orang-orang yang berafiliasi dengan Kedutaan Besar Inggris di Tehran, atas perintah London, melakukan intervensi signifikan dalam masalah yang benar-benar murni internal, dan untuk pertama kalinya, beberapa karyawan lokal Kedubes Inggris ditangkap oleh pasukan keamanan Iran, dan dua diplomat Inggris juga ditangkap dan diusir dari Iran karena perilaku intervensionis mereka.

Dalam beberapa minggu terakhir, pemerintah Inggris telah mengadopsi pendekatan yang bersifat campur tangan untuk mendukung perusuh yang melakukan kekacauan dan ketidakamanan di Iran. Inggris telah menggunakan sanksi dan alat politik serta medianya, padahal selama ini Inggris bahkan belum memenuhi tugas dan kewajibannya dalam menjaga keamanan tempat-tempat diplomatik Iran, bahkan karena kelalaian polisi Inggris, Kedubes Iran di London telah beberapa kali diserang.

David Miller, seorang sosiolog dan pakar masalah politik di Inggris, dalam sebuah pernyataan, menyinggung posisi terbaru negara-negara Barat terhadap Iran. Dia mengatakan, poin utamanya adalah mereka berusaha untuk mengintensifkan sanksi dan karena itu mereka memulai kerusuhan di Iran. Para penentang perjanjian nuklir JCPOA, yang berusaha menyabotase proses negosiasi, juga mendapat manfaat dan keuntungan atas situasi ini dan berusaha mengisolasi Iran.

Jelas bahwa intervensi dan pengenaan sanksi oleh pemerintah Barat, termasuk Inggris terhadap Iran, dilakukan ketika Republik Islam telah berulang kali memperingatkan terhadap setiap tekanan, ancaman dan intervensi oleh mereka. Tehran telah menegaskan bahwa sanksi sewenang-wenang yang diumumkan London terhadap Iran tidak ada gunanya dan Republik Islam juga berhak untuk mengambil tindakan balasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Nasser Kanaani menyebut situasi saat ini di negaranya sebagai masalah internal.

Dia menegaskan penentangannya terhadap segala upaya Barat dan AS untuk menjatuhkan sanksi dan tekanan baru dengan tujuan mendapat nilai lebih dan pemerasan.

Kanaani juga menentang segala bentuk tindakan pembatasan terhadap rakyat dan pemerintah Iran. Menurutnya, Iran akan dengan secara serius dan tegas berdiri melawan dan akan meresponsnya pada waktu yang tepat.

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36, Apa Tujuannya?

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 dimulai di Tehran dengan pidato Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi pada Rabu pagi, 12 Oktober 2022.

Tema konferensi ini adalah Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahaan dan Konflik di Dunia Islam; Solusi Praktis dan Tindakan Operasional.

Hari Minggu, 9 Oktober 2022 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, adalah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw –menurut riwayat Ahlu Sunnah– dan dimulainya Pekan Persatuan Islam di Republik Islam Iran.

Ahlu Sunnah berpendapat Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Syiah pada tanggal 17 Rabiul Awal. Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra kemudian menetapkan rentang waktu antara 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, dan menjadikannya sebagai momentum untuk mempererat persatuan di tengah umat Islam.

Pekan Persatuan merupakan sebuah kesempatan untuk mengkaji lebih jauh tentang urgensitas persatuan dan solidaritas Dunia Islam, terutama di masa sekarang yang sarat dengan fitnah dan konflik.

Forum Dunia Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam setiap tahun mengadakan Konferensi Internasional Persatuan Islam dengan kehadiran tokoh-tokoh dari dunia Islam, yang digelar bersamaan dengan peringatan Pekan Persatuan Islams (12-17 Rabiul Awal).

Sejak 1365 HS, Organisasi Dakwah Islam Iran telah menyelenggarakan empat sesi konferensi tersebut, setelah itu, Forum Dunia untuk Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam, yang didirikan pada 1369 HS atas perintah Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengadakan Konferensi Internasional Persatuan Islam pada Pekan Persatuan Islam.

Tujuan diadakannya Konferensi Internasional Persatuan Islam adalah untuk menciptakan persatuan dan solidaritas  umat Islam, konsensus para ulama, cendekiawan dan ilmuwan Muslim untuk mengkaji dan menyajikan solusi praktis guna mencapai persatuan Islam dan memecahkan persoalan yang dihadapi umat Islam serta memberikan solusi yang sesuai dalam hal ini.

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi pada pembukaan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36 pada Rabu (12/10/2022) mengatakan, pesan dari konferensi ini adalah kita sebagai  orang beragama, menginginkan terbentuknya kehidupan manusia kontemporer, dan Syuhada dunia Islam telah menciptakan kebangkitan.

Dia menambahkan, sejumlah orang berpikir bahwa Islam adalah masalah pribadi, tetapi berkat darah para syuhada Islam, kebangkitan Islam telah tercipta dan semua Muslim ingin hidup sebagai Muslim dan bertindak sesuai dengan Islam dalam semua aspek kehidupan mereka, dan musuh takut atas hal ini.

Tidak ada keraguan bahwa hari ini kubu arogansi dunia telah mengambil posisi tunggal dan dengki terhadap agama Islam, sehingga mencoba memecah belah umat Islam di dunia dengan menyebarkan kebohongan dan menghina Islam dan keluarga Nabi Agung dan Suci Muhammad Saw.

Pada masa kritis ini, kebutuhan akan persatuan di antara umat Islam terasa lebih dari sebelumnya, dan atas dasar ini, pemerintah-pemerintah Islam tidak boleh membiarkan musuh menciptakan perpecahan dan memisahkan umat Islam yang satu dengan menyebarkan perpecahan dan konflik. Oleh karena itu, Pekan Persatuan Islam dianggap sebagai kesempatan yang baik untuk empati dan persatuan dan menggagalkan serta menetralisir plot musuh.

Pengalaman beberapa dekade terakhir dengan jelas menunjukkan bahwa musuh selalu berusaha menghalangi kebebasan, kemerdekaan, kemandirian umat Islam yang sebenarnya, dan dalam konteks ini, mereka menggunakan berbagai cara, termasuk propaganda negatif melalui media terhadap umat Islam, menghasut dan menyebarkan Islamofobia, menuduh umat Islam sebagai ekstremis dan teroris serta menciptakan perpecahan di antara pemeluk agama dan mazhab yang berbeda.

Jelas bahwa ketika umat Islam terpecah, mereka tidak akan lagi dapat mencapai tujuan dan cita-cita luhur mereka, termasuk kemerdekaan, kemandirian dan kemajuan. Di sinilah al-Quran, Sunnah, dan mazhab Ahlul Bait as mengajarkan umat Islam untuk memusatkan perhatian mereka pada isu-isu penting dunia Islam daripada sibuk dengan isu-isu kontroversial yang tak berguna.

Ayat-ayat al-Quran mewajibkan umat Islam untuk memperjuangkan persatuan, karena Islam telah menyeru semua umat Islam sebagai umat yang satu dan memperkenalkan mereka sebagai saudara satu sama lain, sehingga perbedaan dalam beberapa hal tidak menghalangi persaudaraan Islam dan persatuan umat Islam. Dengan terwujudnya persatuan ini, umat Islam akan berada pada jalur untuk menciptakan peradaban baru Islam, yang akan mewakili persatuan seluruh umat Islam.

Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan pejabat Iran dan para tamu Konferensi Internasional Persatuan Islam pada 1398 HS (2019) menyinggung pencapaian peradaban baru Islam. Rahbar mengatakan, negara-negara Islam dan Muslim tidak pada tingkat yang sama dalam hal ilmu pengetahuan, kekayaan, keamanan, dan kekuatan politik. Untuk itu, mereka bisa saling membantu, dan bersinergi.

Ayatullah Khamenei menjelaskan, mereka yang lebih tinggi pada setiap bagian dan bidang, bisa menggandeng tangan mereka yang lebih rendah, di mana ini juga merupakan tahap persatuan. Tahap yang lebih tinggi adalah menyatukan seluruh dunia Islam untuk mencapai peradaban Islam yang baru. Inilah yang telah ditetapkan Republik Islam sebagai tujuan utamanya, yaitu untuk mencapai peradaban Islam, tetapi peradaban yang tepat dan sesuai untuk saat ini, peradaban baru Islam.

Jelas bahwa penyelenggaraan Konferensi Internasional Persatuan Islam, yang dihadiri para tokoh politik, ulama besar dan ratusan pemikir budaya dan agama dari puluhan negara, merupakan langkah efektif dan berharga untuk menarik perhatian dan dukungan umat Islam. Konferensi seperti ini juga bisa menjadi landasan yang diperlukan untuk menciptakan persatuan umat Islam, mencapai perdamaian dan menghindari perpecahan dan konflik di dunia Islam.

Ayatullah Khamenei: Musuh Terpaksa Bertindak Bodoh dan Dalangi Kerusuhan

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar menyebut kerusuhan-kerusuhan sporadis yang terjadi di Iran baru-baru ini sebagai rancangan reaksioner dan mentah musuh di hadapan kemajuan, serta gerakan-gerakan inovatif dan besar bangsa Iran. Menurutnya, cara mengatasi permusuhan adalah perlawanan.

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Rabu (12/10/2022) dalam pertemuan dengan Ketua dan anggota baru Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran, menegaskan bahwa dalam peristiwa terbaru di negara ini, peran dan campur tangan musuh jelas, dan tidak bisa ditutup-tutupi bagi semua, bahkan bagi para intelektual dunia yang tak berpihak sekalipun.

Rahbar menambahkan, "Kejadian-kejadian ini bukan sebuah masalah yang lahir secara spontan dari dalam, meski mungkin saja ia memanfaatkan beberapa peluang yang ada, namun langkah-langkah musuh semacam propaganda, upaya mempengaruhi pemikiran, menciptakan hasutan, provokasi dan bahkan pelatihan membuat bahan mudah terbakar, sekarang sepenuhnya terang benderang."

Menurut Ayatullah Khamenei, poin penting dari peristiwa-peristiwa ini adalah gerakan musuh yang reaksioner dan mentah.

"Bangsa Iran dalam waktu pendek melakukan gerakan-gerakan besar yang 180 derajat berlawanan dengan kebijakan-kebijakan imperialis dunia, sehingga musuh terpaksa bereaksi, dan dalam kerangka ini, dengan melakukan perencanaan dan mengeluarkan uang, mereka menerjunkan sejumlah politisi di Amerika Serikat, Eropa dan beberapa tempat lain," paparnya.

Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Gerakan-gerakan besar rakyat Iran ini, selain membuktikan bahwa hal itu dilakukan dengan penuh semangat, juga bertumpu pada relijiusitas, serta komitmen pada nilai-nilai dan masalah agama, dan negara pun melanjutkan kemajuannya secara cepat."

Rahbar kembali menekankan perbedaan tindakan hukum bagi mereka yang turun ke jalan. Ia menjelaskan, "Sebagian dari orang-orang ini adalah pion musuh atau jika bukan, mereka sejalan dengan musuh, dan sebagian lain adalah orang-orang yang terkena hasutan. Terkait golongan kedua, kerja budaya harus dilakukan, tapi terkait golongan pertama, pejabat lembaga peradilan dan keamanan harus melaksanakan kewajibannya."

Ayatullah Khamenei menerangkan, "Selama rakyat Iran memegang teguh panji Islam, dan berjalan bersama pemerintahan Islam, maka permusuhan-permusuhan ini akan terus berlanjut dalam berbagai bentuk, dan satu-satunya cara mengatasi permusuhan ini adalah perlawanan."

"Kami meyakini janji Ilahi terkait dengan kemenangan pasti, dan dapat dipastikan bantuan Ilahi akan menyertai kita," pungkasnya.

Pidato Presiden Iran di KTT ke-6 CICA

Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi menyampaikan pidato Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-6 Konferensi Interaksi dan Tindakan Membangun Kepercayaan di Asia (CICA/ the Conference on Interaction and Confidence-Building Measures in Asia) di Astana, Kamis (13/10/2022).

Sayid Raisi menyatakan bahwa dunia saat ini membutuhkan peran aktif regional yang lebih efektif daripada sebelumnya, dan tidak ada tempat bagi unilateralisme di Asia.

"Proses transformasi dan transisi dalam sistem internasional telah mencapai tahap khusus dan dalam redistribusi kekuasaan yang baru, pendekatan dominasi tuntutan ditolak dan suara serta peran negara-negara merdeka lebih didengar dan diamati dibandingkan sebelumnya," ujarnya.

Dia menjelaskan, Republik Islam Iran, yang memiliki sejarah peradaban dan kekayaan budaya, telah mendasarkan kebijakan luar negerinya pada konsep keadilan, spiritualitas, rasionalitas, moralitas, kebebasan, dan kemerdekaan ilahi-manusia yang transenden demi menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa-bangsa.

"Perjuangan melawan terorisme dan ekstremisme, bantuan berkelanjutan untuk pengungsi dan imigran Afghanistan, dukungan terhadap negara-negara tertindas dari Palestina hingga Yaman, dukungan terhadap kedaulatan nasional dan integritas teritorial negara-negara termasuk di Irak dan Suriah, konfrontasi melawan unilateralisme dan dominasi di semua bentuk, dan bantuan terhadap negara-negara tetangga di hari-hari sulit telah menjadi jalur otoritas dan strategi konstan Iran," jelasnya.

Sayid Raisi menegaskan, solidaritas dan keamanan di Asia tidak sesuai dengan kepentingan negara-negara hegemonik.

Presiden mengungkapkan bahwa bangsa Iran, yang telah memilih jalan kemerdekaan dan kemajuan menghadapi penentangan dan tekanan kuat dari kekuatan arogan global.

KTT CICA berlangsung di Astana, ibu kota Kazakhstan pada 12-13 Oktober 2022. KTT ini akan meringkas hasil kepemimpinan Kazakhstan selama dua tahun.

KTT CICA juga memperingati 30 tahun inisiatif konferensi ini. 11 presiden dan pemimpin negara dari Iran, Azerbaijan, Irak, Qatar, Kirgistan, Palestina, Rusia, Tajikistan, Turki, dan Uzbekistan berpartisipasi dalam KTT ini.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko berpartisipasi sebagai pengamat pada KTT CICA, dan Wakil Presiden Vietnam dan Cina juga menghadiri KTT tersebut. Hadir pula hampir 50 delegasi dari negara anggota, negara pengamat, organisasi pengamat, organisasi mitra, dan tamu.

Kazakhstan mengusulkan pembentukan CICA pada tahun 1992 pada sidang ke-47 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Seiring waktu, CICA telah berkembang menjadi instrumen multilateral untuk memperkuat keamanan dan kemakmuran di benua Asia. Jumlah negara anggota telah berkembang menjadi 27, mencakup 90 persen dari benua Asia.

Rahbar: Salah Besar Berpikir dapat Mencerabut Pohon Kokoh Republik Islam

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa sistem Republik Islam tidak menyerah di depan kekuatan dan menekankan, Sistem Republik Islam kini telah menjadi pohon kokoh yang bahkan membayangkan mencerabutnya saja tidak bisa.

Menurut laporan situs pusat informasi Kantor Pemimpin Besar Revolusi, bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Awal, peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Shadiq as, Ayatullah Khamenei melakukan pertemuan dengan para pejabat negara dan tamu asing yang berpartisipasi dalam Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-36.

Dalam pertemuan ini, Ayatullah Khamenei dalam pidatonya menyampaikan pertanyaan, "Apakah mungkin persatuan Muslim dan memiliki posisi tinggi di dunia yang sedang mengalami perubahan?"

Rahbar mengatakan, "Ya, persatuan antara bangsa-bangsa Islam adalah mungkin, tetapi membutuhkan usaha dan tindakan dan berdiri menghadapi segala tekanan dan kesulitan."

Pemimpin besar Revolusi Islam menekankan bahwa dalam konteks ini, harapan terbesar terletak pada karakter dunia Islam serta pemuda yang tercerahkan dan peran mereka dalam membimbing opini publik.

"Contoh kemungkinan terealisasinya pengaruh adalah Republik Islam Iran, yang merupakan bibit kecil di bawah bimbingan Imam Khomeini ra berdiri melawan dua negara adidaya saat itu dan pohon muda itu sekarang telah berubah menjadi pohon kokoh, di mana salah besar bagi siapa pun yang berpikir untuk mencerabutnya," tambah Rahbar.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut normalisasi hubungan beberapa negara Islam dengan rezim Zionis sebagai salah satu pengkhianatan terbesar.

Menurutnya, Beberapa mungkin mengatakan bahwa realisasi persatuan tidak mungkin dalam situasi saat ini dengan kehadiran beberapa kepala negara-negara Islam, tetapi para intelektual, ulama, orang bijak dan elit dunia Islam dapat membuat suasana berbeda dari kehendak musuh, di mana dalam hal ini akan lebih mudah untuk mencapai persatuan.

Ayatullah Khamenei menyatakan penyesalannya atas kejahatan Daesh (ISIS) di Irak, Suriah dan terutama pembunuhan siswa di Afghanistan.

"Ada ekstremis di sisi Syiah dan Sunni yang tidak ada hubungannya dengan Syiah dan Sunni, dan para ekstremis ini tidak boleh menjadi dasar untuk menuduh prinsip-prinsip mazhab, dan mereka yang atas nama mendukung satu agama, memprovokasi perasaan pihak lain, harus ditangani dengan serius," jelas Ayatullah Khamenei.

Rahbar menilai meningkatnya kesulitan, tekanan dan pembunuhan di Palestina dan bagian lain dari dunia Islam sebagai hasil dari "perpecahan Umat Islam".

Merujuk pada banyak kesamaan umat Islam, Rahbar mengatakan, Republik Islam Iran telah begitu jauh menggunakan segala dayanya untuk mencapai realisasi praktis persatuan Islam, di mana salah satu contoh nyata adalah dukungan menyeluruh untuk saudara-saudara Sunni di Palestina, yang akan terus berlanjut setelah ini dengan sekuat tenaga.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menekankan bahwa front perlawanan yang dibentuk di dunia Islam didukung oleh Republik Islam.

"Kami percaya pada rahmat dan pertolongan Allah dan harapan untuk realisasi praktis dari harapan besar persatuan Islam," pungkas Ayatullah Khamenei.

Tags