Hubungan Iran-Irak, Agenda Kunjungan Abdollahian di Baghdad
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian yang tengah berkunjung ke Irak, dalam pertemuan dengan petinggi negara ini termasuk presiden dan perdana menteri Irak membahas hubungan bilateral dan regional.
Dalam kunjungan Hossein Amir-Abdollahian ke Irak dibahas berbagai isu seperti keamanan perbatasan, kehadiran arus anti-revolusi dan separatis di wilayah Kurdistan Irak, menindaklanjuti berkas teror komandan muqawama, Syahid Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, membahas tuntutan ekonomi Iran dan isu-isu regional serta internasional.
Menlu Iran Kamis (24/2/2023) mengatakan, dalam pertemuan dengan perdana menteri, presiden, menteri luar negeri dan ketua parlemen Irak dibahas kerja sama ekonomi dan isu-isu keamanan.
Hubungan Iran dan Irak dalam koridor kebijakan bertetangga yang baik semakin luas, meskipun masih ada beberapa masalah seperti hutang Irak ke Iran dan masalah yang berkaitan dengan keamanan perbatasan dan kehadiran kelompok teroris dan separatis di Kurdistan Irak.
Di antara negara-negara Arab Asia Barat, Irak memiliki kedekatan budaya dan mazhab paling banyak dengan Iran. Memiliki perbatasan terpanjang di antara tetangga (sekitar 1258 km perbatasan darat dan 351 km perbatasan air), ikatan ras, sejarah, bahasa, kesamaan agama, dan adanya ancaman dan kepentingan bersama keamanan dan ekonomi dianggap poin penting dalam hubungan Iran-Irak, dan pernyataan para pejabat Iran dan Irak juga menunjukkan tekad serius kedua negara untuk mengembangkan hubungan yang menyeluruh.
Setelah Cina, Irak adalah mitra dagang kedua Iran, dan volume perdagangan antara kedua negara telah tumbuh sebesar 23 persen dalam 10 bulan tahun ini (1401 Hs) dibandingkan tahun lalu; Pejabat kedua negara telah memperkirakan visi 20 miliar dolar untuk tingkat hubungan perdagangan antara Iran dan Irak dalam lima tahun ke depan, yang dapat direalisasikan dengan mempertimbangkan kapasitas kedua negara, jika beberapa kendala saat ini dihilangkan.
Amir-Abdollahian terkait hal ini menyebut penyelesaian cepat isu tuntutan perbankan Iran dari Irak sebagai langkah yang bermanfaat bagi masa depan interaksi ekonomi kedua negara.
Isu lain kedua negara adalah isu di bidang keamanan dalam koridor kesepakatan keamanan dan anti-terorisme segera diselesaikan. Dalam beberapa bulan terakhir, khususnya setelah serangan teror ke tempat ziarah Shahcheragh di Shiraz, pejabat Iran berulang kali menekankan pentingnya menghukum para pelaku dan pendukung teroris serta kelompok separatis, dan mengingatkan bahwa anasir teroris yang terkonsentrasi di wilayah utara Irak, memanfaatkan wilayah tersebut untuk melancarkan operasi teror dan menyusup ke wilayah Iran.
Oleh karena itu, Republik Islam Iran senantiasa menekankan bahwa aksi-aksi kelompok teroris dan separatis dari wilayah Kurdistan Irak, jelas melanggar kedaulatan dan keamanan Iran serta Tehran tidak akan mentolerirnya dan menekankan balasan atas aksi tersebut dengan beberapa kali menyerang pusat konsentrasi kelompok teroris di Kurdistan Irak ini.
Jelas bahwa karena kesamaan pandangan Iran dan Irak tentang terorisme dan koordinasi kedua negara dalam hal ini, ada potensi untuk mengakhiri keberadaan teroris dan separatis di wilayah perbatasan Irak dan Iran, dan pejabat Irak juga mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan situasi ini terus berlanjut; Keputusan Dewan Keamanan Nasional Irak untuk pengerahan tentara negara ini di sepanjang garis perbatasan dengan Iran juga dianggap sebagai salah satu tindakan pemerintah Irak di bidang keamanan, yang jika diterapkan dapat efektif dalam mencegah pergerakan teroris.
Menlu Iran dalam kunjungannya ke Irak seraya menekankan kembali bahwa kelompok teroris dan separatis yang berada di wilayah Kurdistan tidak boleh menjadi ancaman bagi Iran menambahkan, "Mekanisme terkait hal ini telah jelas dan ditentukan di tingkat Komite Tinggi Keamanan kedua negara dalam beberapa bulan terakhir, di mana kami berharap secepatnya difinalisasi dan kami menyaksikan implementasinya." (MF)