Posisi BRICS di Dunia dan Urgensinya bagi Iran
Menteri Luar Negeri Iran berkunjung ke Cape Town, Afrika Selatan untuk berpartisipasi di sidang mendatang BRICS.
Mehdi Safari, deputi diplomasi ekonomi Kemenlu Iran terkait proses keanggotaan Iran di BRICS mengatakan, sampai saat ini negara-negara anggota BRICS belum menentukan tolok ukurnya bagi anggota baru, tapi sesuai dengan tolok ukur kami, kami dapat dengan mudah menyesuaikan berbagai tolok ukur dan ketentuan.
BRICS adalah sebuah kelompok yang dipimpin kekuatan ekonomi baru dunia dan sesuai dengan singkatannya adalah nama negara Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan. Sementara itu, negara-negara BRICS akan berkumpul di Cape Town, Afrika Selatan pada 2-3 Juni membahas perluasan kelompok ini. Iran, Arab Saudi, Argentina, Uni Emirat Arab (UEA), Aljazair, Mesir, Bahrain, dan Indonesia mengungkapkan minat mereka untuk bergabung dengan kelompok ini.
Republik Islam Iran selama masa pemerintahan ke-13 yang dipimpin Presiden Sayid Ebrahim Raisi, menetapkan kebijakan luar negerinya pada pengokohan hubungan politik dan perdagangan dengan negara-negara tetangga serta sekutunya di Timur. Pendekatan ini bertujuan untuk membuka ekonomi Iran dan melawan sanksi ekonomi Amerika.
Faktanya selama periode ini, kebijakan luar negeri Iran telah berupaya untuk mengembangkan hubungan dan memperluas kerja sama internasional multilateral dengan negara-negara tersebut dalam bentuk upaya untuk menjadi anggota organisasi regional dan internasional seperti Uni Ekonomi Eurasia dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Kini bergabung dengan BRICS dapat dianggap sebagai langkah selanjutnya dari diplomasi ekonomi Iran untuk meningkatkan hubungan multilateral internasional dan regional.
Salah satu alasan utama dari pentingnya kelompok BRICS, yang memiliki potensi tinggi untuk mempengaruhi ekonomi global, adalah pertumbuhan ekonominya yang cepat dan pengaruhnya dalam urusan global, karena memiliki setengah dari populasi dunia dan antara 25 dan 28 persen persen dari kapasitas ekonomi global serta sumber daya manusia dan kekayaan alam; Untuk alasan ini, Amerika Serikat adalah salah satu penentang BRICS dan selalu berusaha menantang proses globalisasi negara-negara berkembang lainnya bersama dengan sekutu baratnya. Sebagai organisasi yang sedang berkembang, kelompok ini bertujuan untuk memainkan peran di dunia multipolar masa depan dan menantang tatanan sistem internasional saat ini.
Isu-isu ekonomi seperti perbankan, energi, transportasi, telekomunikasi serta sosial dan ketenagakerjaan merupakan isu-isu ekonomi yang paling penting menjadi perhatian kelompok ini. Tujuan lain dari BRICS adalah memisahkan diri dari dolar sebagai mata uang standar perdagangan internasional, dan sekarang masalah pembentukan dana "cadangan mata uang internasional" berdasarkan mata uang negara-negara anggota sedang berlangsung. BRICS juga mencoba menghadapi lembaga keuangan Barat seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) dengan menciptakan bank pembangunan baru dan cadangan mata uang bersama.
Masing-masing negara anggota kelompok BRICS dianggap sebagai pemain utama dalam salah satu bidang politik atau ekonomi di wilayahnya. Letak geografis Iran yang unik dan kapasitasnya di bidang energi, transit dan perdagangan membuat anggota BRICS memberikan perhatian khusus kepada Iran sebagai jalur emas untuk menghubungkan Timur ke Barat. Oleh karena itu, keanggotaan Iran sebagai salah satu penyuplai besar energi dan kepemilikan kapasitas transit dapat memainkan peran penting bagi BRICS, karena hal ini dapat menciptakan peluang ekonomi sangat besar bagi anggota kelompok ini.
Selain itu, harus juga diperhatikan bahwa Iran membutuhkan infestasi ekonomi untuk memulihkan kondisi ekonominya. Oleh karena itu, pemanfaatan investasi anggota BRICS dapat disebut sebagai peluang bagi Iran. Sementara dari segi politik, kerja sama dan keanggotaan Iran di BRICS memiliki nilai urgen. Kelompok BRICS dibentuk tanpa partisipasi Eropa dan Amerika Serikat, dan mengingat sanksi sepihak dan represi politik AS dan Eropa terhadap Iran, Tehran memandang BRICS, khususnya Cina, Rusia dan India sebagai pengganti Barat yang mampu mereduksi dampak sanksi dan represi politik ini. (MF)