Kebijakan Luar Negeri Iran Sukses, Musuh Marah
(last modified Sat, 24 Jun 2023 15:14:11 GMT )
Jun 24, 2023 22:14 Asia/Jakarta
  • Presiden RII Sayid Ebrahim Raisi.
    Presiden RII Sayid Ebrahim Raisi.

Kebijakan luar negeri pemerintah ke-13 Republik Islam Iran yang aktif dan dinamis telah menimbulkan kemarahan media musuh dan para pakarnya.

Sejak kurang lebih dua tahun berkuasa, pemerintahan ke-13 Republik Islam Iran yang dipimpin oleh Sayid Ebrahim Raisi memiliki fokus yang khusus pada kebijakan luar negeri, terutama untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan berbagai negara dunia.

Salah satu strategi kebijakan luar negeri pemerintahan Raisi adalah untuk memulihkan atau mengembangkan hubungan dengan negara-negara Islam dan Muslim, negara-negara tetangga, negara-negara regional, dan sekutu.

Pemerintah ke-13 Iran juga menyambut baik negosiasi dengan Barat untuk mencapai kesepakatan guna mengurangi perbedaan dan ketegangan, termasuk di bidang nuklir. Negosiasi dengan Eropa dan Amerika Serikat juga diupayakan.

Dalam kerangka ini, Presiden Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian telah melakukan beberapa kunjungan diplomatik. Sejauh ini, Raisi telah melakukan 16 perjalanan ke luar negeri. Lawatan terbaru adalah ke Venezuela, Nikaragua, dan Kuba di Amerika Latin.

Pada saat yang sama, 15 pejabat senior dari berbagai negara juga melakukan perjalanan ke Iran, dan yang terbaru adalah kunjungan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev ke Tehran.

Presiden RII Sayid Ebrahim Raisi dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev

Usai mendampingi Presiden dalam lawatan ke Amerika Latin, Amirabdollahian melakukan perjalanan ke empat negara Arab di Teluk Persia, antara lain Qatar, Oman, Kuwait, dan Uni Emirat Arab. Kunjungan dan interaksi para pejabat Iran di atas telah menyebabkan kemarahan media musuh dan media-media anti-Iran.

Baru-baru ini, Iran International, dalam perbincangan dengan dua pakar, mengungkapkan kemarahannya atas kebijakan luar negeri pemerintahan ke-13 Iran. Media yang berkantor pusat di Washington, D.C ini mengecam negara-negara Barat yang terus bernegosiasi dengan Iran.

Salah satu penyebab kemarahan para penentang kebijakan luar negeri pemerintah ke-13 Iran adalah bahwa dalam dua tahun terakhir, pemerintahan ini berhasil menggerakkan kebijakan luar negeri ke arah dinamisme dan memperkuat kemandirian dalam politik luar negerinya.

Pemerintahan ke-13 Iran juga berhasil menurunkan dan mengurangi tekanan eksternal, terutama di tingkat region dengan cara memulihkan dan meningkatkan hubungan dengan negara-negara kawasan.

Alasan lain mengapa musuh marah terhadap kebijakan luar negeri pemerintah ke-13 Iran adalah bahwa dinamisme dan keberhasilan kebijakan luar negeri pemerintahn Raisi telah membuat beberapa negara Eropa, termasuk Prancis, menyimpulkan bahwa bersekutu dengan kelompok-kelompok anti-Iran dan musuh negara ini tidak mengamankan kepentingan mereka, melainkan justru membuat Republik Islam Iran lebih dekat dengan negara-negara saingan mereka.

Pergerakan kebijakan luar negeri negara-negara itu terhadap Republik Islam Iran berubah dari tekanan ke negosiasi serta mengarah kepada kesepakatan-kesepakatan yang menguntungkan. Perkembangan ini menjadi alasan lain bagi kemarahan media-media dan para pakar anti-Republik Islam Iran.

Alasan lain kemarahan musuh dan penentang Republik Islam Iran adalah langkah pemerintah Albania yang menindak kelompok teroris dan munafik, MKO (Mojahedin-e-Khalq Organization) yang bermarkas di kamp Ashraf di negara ini.

Polisi Albania yang mendatangi kamp Ashraf menyulut bentrokan dengan anggota MKO. 21 anggota kelompok teroris ini dilaporkan terluka. Perlakuan polisi Albania terhadap anggota MKO, yang bahkan menurut pakar Iran International, tidak memiliki dasar di dalam Iran, juga membuktikan keunggulan Iran dalam perkembangan keamanan, dan tentunya hal ini meningkatkan kemarahan MKO dan musuh-musuh Iran.

Poin terakhir adalah para penentang Iran meyakini bahwa kebijakan luar negeri yang dinamis dan aktif dari pemerintah ke-13 akan bermakna bahwa Republik Islam Iran berhasil mengatasi tekanan asing.

Alih-alih Iran terisolasi, namun justru sebaliknya, hubungan negara-negara asing dengan Iran makin meningkat, pemerintah Tehran terus mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan hubungan dengan negara-negara lain, bahkan berhasil memulihkan hubungan dengan negara-negara seperti Arab Saudi dan selanjutnya dengan Mesir. (RA)